Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Hydrogeochemical Analysis of Unconfined Groundwater in the Surrounding Salt Farming Areas of Pademawu, Madura, Indonesia Wisnu Arya Gemilang; Ulung Jantama Wisha; Mas Agus Mardyanto
ASEAN Journal on Science and Technology for Development Vol. 39 No. 2 (2022): Green Economy
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29037/ajstd.793

Abstract

The Pademawu coast has rapidly transformed into salt ponds, causing seawater intrusion and pollution. This study aims to examine the quality of groundwater in the surrounding settlement area of Pademawu and assess its eligibility for daily use. The psychochemical parameters of groundwater are measured in situ. Groundwater samples from several stations are analyzed in the laboratory and used to collect several chemical compounds, including Ca2+, Mg2+, Na+, K+, HCO3-, Cl-, SO42-, Fe2+, Mn2+, F-, NO2-, NO3, and CaCO3. The detected concentrations are then used to calculate TH, sodium adsorption ratio (SAR), %Na, PI, KR, and MH. Hydrochemical calculation and interpretation are also performed. The groundwater characteristics are determined according to TDS, conductivity, and water quality index (WQI). Results showed that the groundwater facies are predominated by Ca-HCO3 (50%) in the northern and middle study areas and Na-Cl (37%) in the salt farming area. The groundwater is categorized as SAR (C2S1) in the north and SAR (C4S2) in the south. The primary groundwater consists of Na+ and Cl- (dominant cation and anion) originating from salt farming. The TDS in the salt farming area ranges from 1000 mg/L to 3000 mg/L (slightly saline). The WQI ranges from 39.0 to 735.4, which encompasses excellent water, good water, very poor water, and unsuitable for consumption. Salt farming infiltration toward unconfined aquifers is the primary factor causing groundwater pollution. Mitigation efforts to minimize scattered infiltration must be applied in the Pademawu Subdistrict by modifying the system between salt farming and settlement areas.
Perencanaan Sistem Pemanenan Air Hujan sebagai Alternatif Air Bersih di Rusunawa Sumur Welut dan Keputih Surabaya Halif Akbar Ibadah; Mas Agus Mardyanto
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.109226

Abstract

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang jumlah penduduknya diproyeksikan meningkat setiap tahunnya. Seiring berjalannya waktu terjadinya kelangkaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terjadi jika penggunaan air bersih tidak dikelola dengan baik. Pemanenan air hujan merupakan cara yang digunakan untuk menangkap dan mengelola air hujan untuk dimanfaatkan kembali dan untuk melakukan pemanenan air hujan dibutuhkan sistem yang baik agar pemanenan air hujan dapat dilakukan secara maksimal. Data yang digunakan pada perencanaan kali ini yaitu data primer berupa observasi lapangan dan data sekunder berupa denah rusunawa, penggunaan air, jumlah penghuni, data curah hujan harian 10 tahun terakhir, dan jumlah kamar. Hasil dari perencanaan sistem pemanenan air hujan ini yaitu pada sistem pemanenan air hujan Rusunawa Keputih dapat menghemat efisiensi biaya penggunaan air selama musim hujan dengan rata-rata penghematan pada Blok A sebesar Rp 214.616,38, Blok B sebesar Rp. 347.309,11, Blok C sebesar Rp. 296.090,93, dan Blok D sebesar Rp. 205.196,38. Sedangkan Rusunawa Sumur Welut dapat menghemat biaya penggunaan air bersih selama musim hujan tiap blok dengan rata-rata estimasi penghematan biaya pada Blok A sebesar Rp 437.015,28, Blok B sebesar Rp. 316.217,28, Blok C sebesar Rp. 301.337,28, Blok D sebesar Rp. 387.467,28 dan Blok E sebesar Rp. 296.909,94. Total biaya yang dikeluarkan dalam perencanaan sistem pemanenan air hujan pada Rusunawa Keputih sebesar Rp 30.000.000,00 sedangkan untuk Rusunawa Sumur Welut menghabiskan total biaya sebesar Rp 39.000.000,00.
APLIKASI METODE DRASTIC UNTUK ANALISIS KERENTANAN AIR TANAH TERHADAP PENCEMARAN DI KABUPATEN BOYOLALI, PROVINSI JAWA TENGAH Muhammad Ario Baskoro; Mas agus Mardyanto; Ali Masduqi; Irwan Bagyo Santoso
Sebatik Vol. 27 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : STMIK Widya Cipta Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46984/sebatik.v27i2.2319

Abstract

Pembangunan wilayah yang disertai dengan peningkatan aktivitas manusia dapat berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan, khususnya air tanah. Oleh karena itu, perlindungan air tanah dari pencemaran sangat penting untuk dilakukan mengingat pesatnya perubahan pola penggunaan lahan serta perkembangan wilayah Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kerentanan pencemaran air tanah bebas di Kabupaten Boyolali berdasarkan hasil analisis spasial dan observasi lapangan. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar mencakup perhitungan matematis, analisis deskriptif, dan analisis spasial. Perhitungan matematis digunakan untuk menganalisis kerentanan air tanah terhadap pencemaran. Analisis deskriptif dalam penelitian ini mencakup kegiatan survei lapangan, pengukuran di lapangan, observasi, serta pemetaan. Sedangkan analisis spasial meliputi kegiatan deliniasi dan zonasi berdasarkan pada indeks DRASTIC dan penggunaan lahan. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan bantuan software ArcGIS 10.2. Potensi kerentanan air tanah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode DRASTIC yang terdiri dari tujuh parameter yaitu kedalaman muka air tanah (D), curah hujan (R), media akuifer (A), tekstur tanah (S), topografi (T), Material zona tak jenuh (I) dan konduktivitas hidraulik (C). Selain itu, terdapat parameter lain yaitu penggunaan lahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi hasil analisis kerentanan. Berdasarkan hasil analisis, kerentanan air tanah di Kabupaten Boyolali terbagi menjadi lima kelas kerentanan, yang meliputi tidak rentan (90-111), kerentanan rendah (112-132), kerentanan sedang (133-153), kerentanan tinggi (154-174), dan kerentanan sangat tinggi (175-195). Hasil analisis dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan air tanah di daerah penelitian