Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran Pendidikan Tinggi: Chaira Saidah Yusrie; Ernawati Ernawati; Dadang Suherman; Ujang Cepi Barlian
Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal Vol 3 No 1 (2021): RESLAJ: Religion Education Social Laa Roiba Journal
Publisher : LPPM Institut Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.246 KB) | DOI: 10.47467/reslaj.v3i1.276

Abstract

Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dan meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar, yang didalamnya terdapat perencanaan, pengorganisasian, actuating dan evaluasi. Pengembangan kurikulum pendidikan tinggi merupakan formulasi konsep-konsep dasar sebagai landasan atau pijakan yang menjelaskan secara mendalam dan komprehensif aspek filosofis, sosiologis, psikologis, rasio empirik dan yuridis, serta dilengkapi sistem pengelolaan kurikulum pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi adalah bagian dari pendidian tinggi yang ada di Indonesia, dimana posisi perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan cara mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteran umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap satuan pendidikan termasuk perguruan tinggi memiliki sistem untuk mengha­silkan lulusan yang berkualitas. Sistem pendidikan tinggi di Indonesia memiliki empat tahapan pokok, yaitu (1) Input; (2) Proses; (3) Output; dan (4) Outcomes. Dalam sistem pendidikan kurikulum dapat berperan sebagai: 1) Sumber kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan arah penyelenggaraan pendi­di­kannya; 2) Filosofi yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik; 3) Patron atau pola pembelajaran, yang mencerminkan bahan kajian, cara penyampaian dan penilaian pembelajaran; 4) Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi manajerial perguruan tinggi dalam mencapai tujuan pembelajarannya; 5) Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu; serta 6) ukuran keberhasilan perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat. Sebuah kurikulum tidak terlepas dari proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran yang baik memiliki unsur yang penting dalam beberapa hal, yaitu: (1) capaian pembelajaran (learning outcomes) yang jelas; (2) Organisasi perguruan tinggi yang sehat; (3) Pengelolaan perguruan tinggi yang transparan dan akuntabel; (4) Ketersediaan rancangan pembelajaran perguruan tinggi dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasar kerja; (5) Kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia akademik dan non akademik yang handal dan profesional; (6) Ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas belajar yang memadai.
Analisis Ekonomi dan Keberlanjutan Usaha Ternak Puyuh Pada Saat Pandemi Corona Virus Desease (Covid–19) Di Kecamatan Muarabangkahulu Kota Bengkulu Sutriyono Sutriyono; Ahmad Saleh Harahap; Dadang Suherman; Alexander Giovani
Buletin Peternakan Tropis Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.3.1.%p

Abstract

Puyuh merupakan jenis unggas dan masyarakat sudah lama membudidayakan untuk memproduksi telur dan daging. Pemeliharaan bertujuan untuk mata pencaharian dan pendapatan rumah tangga. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan terjadinya dampak negatif terhadap usaha peternakan, terutama dalam memperoleh input produksi dan penjualan produk ternak. Menurunnya pendapatan masyarakat menyebabkan menurunnya pembelian produk peternakan. Penelitian ini menganalisis ekonomi dan keberlanjutan peternakan puyuh saat pandemi dan pasca pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan di Kecamatan Muarabangkahulu Kota Bengkulu. Lima peternak digunakan dalam penelitian ini, yang dipilih dengan menggunakan metode snowball sampling. Data dikumpulkan pada penelitian ini adalah produksi telur, biaya produksi, penerimaan, pendapatan, R/C (Revenue/Cost), dan BEP (Break Even Point). Dari penelitian diperoleh hasil bahwa jumlah puyuh yang dipelihara adalah 2200/ekor/peternak, produksi telur adalah 71,14%, konsumsi pakan adalah 26,96 kg/ekor/hari, dan konversi pakan adalah 3,41. Pendapatan peternak adalah Rp 4.777.021,70/peternak/bulan, dengan nilai R/C 1,51; BEP unit 31.314 butir telur, dan BEP harga Rp 200,09/butir. Dapat disimpulkan bahwa usaha ternak puyuh masih untung dan  layak dilanjutkan pada saat pandemi dan pasca pandemi COVID-19. Kata kunci: Ekonomi, Keberlanjutan, Puyuh, Pandemi Covid-19
Analisis Profit dan Payback Period Pada Budidaya Ternak Perah Sumber Mulya di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu Dadang Suherman; Sutriyono Sutriyono
Buletin Peternakan Tropis Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.3.1.17-23

Abstract

Penelitian ini menganalisis “profit” dan “payback period” peternakan Sumber Mulya yang mengusahakan sapi perah. Sumber Mulya terletak di Desa Sukasari, Kabawetan, Kepahiang. Pelaksanaan kegiatan selama 3 bulan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner, buku catatan perusahaan, alat tulis, alat transportasi, dan kamera. Sumber data dan informasi yang diperoleh dari peternak, buku catatan, dan pekerja di pertanian. Untuk memperoleh data dilakukan observasi langsung, wawancara dan pengisian kuesioner; yang meliputi data aspek teknis dan keuangan meliputi data investasi, biaya produksi, pendapatan usaha, pendapatan, produksi air susu, dan jumlah sapi induk laktasi selama satu tahun (Juli 2017 hingga Agustus 2018). Data diolah dan ditabulasi kemudian dihitung laba dan periodenya dan dibahas secara deskriptif. Hasil analisis diperoleh nilai keuntungan rata-rata sebesar Rp. 5.427.176,71/bulan, rata-rata sapi laktasi 7 ekor,  dan  biaya total  Rp. 10.032.823,29/bulan, dan “Payback period” tercapai untuk jangka waktu 3 tahun 4 bulan. Disimpulkan bahwa beternak sapi perah masih menguntungkan dan biaya investasi dapat dilakukan dalam waktu singkat. Kata  kunci : Payback period, peternakan sapi perah, profit,
Perencanaan Eskalator Lantai Satu ke Dua pada Gedung Direktorat Politeknik Negeri Samarinda dengan Kendali PLC Muhammad Hendrik Septiawan; Dadang Suherman; Prihadi Murdiyat
Jurnal Teknik Mesin Sinergi Vol 18, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Politeknik Negeri Ujung Pandang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.088 KB) | DOI: 10.31963/sinergi.v18i1.2242

Abstract

Eskalator atau tangga berjalan akan membantu manusia untuk naik turun lantai dengan lebih mudah, aman dan cepat, sehingga lebih efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga. Kebutuhan akan escalator juga tampak pada Gedung Direktorat Politeknik Negeri Samarinda, yang merupakan bangunan bertingkat 4 dengan tangga berada di tengah gedung. Sebagian orang akan lelah untuk naik ke lantai dua, tiga, dan empat. Melihat perlunya escalator untuk dipasang menggantikan tangga biasa, maka pada penelitian ini direncanakan eskalator dengan sistem kendali PLC (Programmable Logic Controller) yang menggabungkan beberapa jenis sensor antara lain: sensor infrared dan sensor keamanan seperti, handrail entry switch, skirt guard safety switch, driving chain safety switch, step chain safety switch, dan step safety switch. Perencanaan yang dilakukan meliputi perhitungan panjang eskalator yang akan dipasang, kapasitas daya motor yang akan digunakan dan sistem kontrol eskalator tersebut. Sistem ini dapat melakukan kontrol keamanan dan efisiensi penggunaan listrik pada eskalator. Eskalator akan bekerja apabila ada penumpang yang dideteksi oleh sensor infrared. Jika tidak ada penumpang yang dideteksi maka eskalator akan berhenti bekerja dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Ketika terjadi masalah pada sistem yang dapat mengakibatkan kecelakaan terhadap penumpang maka sensor keamanan akan bekerja untuk menghentikan eskalator.
DEVELOPMENT OF LOCAL POULTRY, BURGO CHICKEN TO IMPROVE FOOD SECURITY IN BENGKULU Sutriyono Sutriyono; Bieng Brata; Dadang Suherman
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2023.007.02.39

Abstract

ABSTRACTThis study aims to evaluate the production, population, and develop scenarios for the development of burgo chicken. The research was conducted for 3 months in Bengkulu Tengah, Bengkulu Province. Thirty-eight respondents were selected by the snowball sampling method used in this study. Data obtained through interview. filling out questionnaires, and observing; covering the identity of respondents, rearing management, production, and population; then a population development scenario is prepared. Research result, the purpose of raising chickens for food production, business, hunting chickens, and ornamental chickens. Chickens are housed during the day and night, released during the day and night, and a combination. Egg production 6-12 eggs/hen/period, an average of 8.64 eggs/hen/period; egg laying period 2-6 times/year, average 3.14. Total egg production per year is 2946, incubated is 90.98%, egg hatchability is 80.17%; and produced 2148 chicks. The population of burgo chickens was 357 (hens 29.97%, roosters 25.21%, chicks 29.41%, and young chickens 15.41%). The highest selling value of burgo chicken is IDR 800000 (decorated chicken) and the lowest is IDR 50000. In conclusion, burgo chicken has high productivity and selling value which is able to support food security through the provision of animal food and people's purchasing power increases, and population development is slow due to poor management. Recommendations, population development by multiplying hens, improving rearing and hatchery management, increasing egg laying period, reducing mortality, and preventing predators. 
Analisis Profitabilitas Usaha Penangkaran Murai Batu di Kota Bengkulu Heri Dwi Putranto; Alven Syahril Muslim; Ahmad Saleh Harahap; Dadang Suherman
Bulletin of Tropical Animal Science Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : BPFP Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.4.1.26-31

Abstract

The research objective was to analyze the income and profitability of the Murai Batu bird breeding business. The implementation starts from February to March 2019 in the Murai Batu captivity. The object used was the Murai Batu breeder in Bengkulu City, Bengkulu Province. The research method used purposive sampling. Data obtained through interviews. Data was calculated for 1 year regarding technical and financial aspects. Data were analyzed descriptively. The Murai Batu breeding business earned an income of Rp. 532,701.76/pair/breeder/year with an average number of Murai Batu of 7 pairs. Production cost was Rp. 2,957,656.37/pair/breeder/year. The profitability achieved was 18.01%. In conclusion, the Murai Batu captive breeding business was profitable.   Key words: Murai Batu, income, profitability   ABSTRAK Tujuan penelitian untuk menganalisis pendapatan dan profitabilitas usaha penangkaran burung Murai Batu. Pelaksanaan dimulai  bulan Februari hingga Maret 2019 di penangkaran burung Murai Batu. Obyek yang digunakan adalah penangkar burung Murai Batu di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Metode penelitian menggunakan purposive sampling. Data diperoleh melalui wawancara. Data dihitung selama 1 tahun mengenai aspek teknis dan keuangan. Data dianalisis secara secara deskriptif. Usaha penangkaran burung Murai Batu memperoleh pendapatan sebesar Rp. 532.701,76/pasang/penangkar/tahun dengan jumlah burung Murai Batu rata-rata 7 pasang. Biaya produksi  sebesar Rp. 2.957.656,37/pasang/penangkar/tahun. Profitabilitas yang dicapai sebesar 18,01 %. Dapat dismpulkan usaha penangkaran Murai Batu adalah profitable   Kata kunci: Murai Batu, Pendapatan, Profitabilitas.
Performa Reproduksi dan Perkembangan Populasi Keturunan dari Ayam Hutan Merah pada Masyarakat di Kabupaten Seluma, Bengkulu Sutriyono Sutriyono; Nurmeiliasari Nurmeiliasari; Edi Soetrisno; Bieng Brata Brata; Dadang Suherman
Bulletin of Tropical Animal Science Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : BPFP Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.4.1.55-62

Abstract

This study evaluates the reproductive performance and population development of red junglefowl offspring in communities in Seluma District, Bengkulu. Fifty respondents obtained by snowball sampling method used in this study. Data obtained through interviews, filling out questionnaires, and observation; includes rearing techniques, egg and chick production, as well as population. As a result, chicken population based on age and sex structure consisting of roosters (85 individuals), hens (67 individuals), chicks (63 individuals), and young chickens (122 individuals); and a total of 337 chickens. Chickens are raised by the community with 3 systems, namely (1) caged during the day and night, (2) released during the day and night, caged at night and released during the day. Egg production 5–15 eggs/hen/period, average 10.07±2.3 eggs/head/period, 8.6 ± 1.83 eggs were incubated by the hen, and eggs hatched 6.17±1.6 eggs/hen/period (72.78%), and and produced 6.17 chicks (61.26% of total egg production). Population development was slow, the initial population was 96 and the final population was 337 or an increase of 241 individuals (259.14%), the length of time of rearing was 7.47 years, so the increase rate was 32.26 individuals/year or 33.60% from the initial population. In conclusion, the descendants of the red jungle fowl are local chickens that genetically have good reproductive performance. Population growth is slow and is thought to be due to poor chickens rearing management.   Key words: Red Jungle Fowl, Offspring, Reproduction, Population   ABSTRAK Penelitian ini mengevaluasi performa reproduksi dan perkembangan populasi ayam hutan merah dan keturunannya pada masyarakat di Kabupaten Seluma, Bengkulu. Lima puluh responden diperoleh dengan metode snowball sampling digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh  melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan observasi;  meliputi teknik pemeliharaan, produksi telur dan anak ayam, serta populasi. Hasil, populasi ayam terdiri dari ayam jantan (85 ekor ayam), ayam betina (67 ekor ayam), anak ayam (63 ekor anak ayam), dan ayam muda (122 ekor ayam), sehingga total ayam 337 ekor ayam. Ayam dipelihara dengan 3 sistim yaitu : dikandangkan  siang  dan malam hari, dilepas siang dan malam hari, dikandangkan pada malam hari dan dilepas pada siang hari. Produksi telur 5–15 butir/induk ayam/periode, rata-rata 10,07±2,3 butir/ekor/periode, jumlah telur dieram 8,6±1,83 butir/induk ayam/periode, dan telur yang menetas 6,17±1,6 butir/induk ayam/periode (72,78%). Produksi anak ayam sebanyak 6,17 ekor/induk ayam/periode (61,26% dari total produksi telur). Perkembangan populasi lambat, populasi awal adalah 96 ekor dan populasi akhir sebanyak 337 ekor atau naik 241 ekor (259,14%), dengan lama pemeliharaan adalah 7,47 tahun, sehingga angka kenaikkan adalah 32,26 ekor/tahun atau 33,60% dari populasi awal. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa ayam hutan merah keturunan dipelihara sebagai ayam lokal yang secara genetik memiliki kemampuan reproduksi cukup baik. Perkembangan populasi lambat yang diduga disebabkan menajemen pemeliharaan yang kurang baik.   Kata kunci: ayam hutan merah, keturunan, reproduksi, populas