Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Karakteristik Suara kokok Ayam Burgo Jantan Kota Bengkulu Muhamad Iqbal Safitra; Heri Dwi Putranto; Bieng Brata
Jurnal Peternakan Vol 19, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v19i1.15047

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik suara kokok ayam Burgo di Kota Bengkulu. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Slebar, Kota Bengkulu. Sampel dipilih dengan purposive sampling dengan kriteria 10 ekor ayam Burgo jantan umur 6 bulan ke atas. Instrumen yang digunakan adalah handphone android, perekam suara dan Software Cool Edit-Pro. Variabel yang diamati meliputi jumlah suara kokok, durasi kokok dan frekuensi kokok. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kokok ayam Burgo di Kota Bengkulu pada pagi hari (05.00-07.00 WIB) sebanyak 120 kali, siang hari (11.00-13.00 WIB) sebanyak 50 kali, dan pada sore hari (15.00–17.00 WIB) adalah 57 kali. Durasi kokok ayam Burgo adalah 1,51 detik pada pagi hari, 1,86 detik pada siang hari, dan 1,61 detik pada sore hari. Frekuensi kokok ayam jantan Burgo peliharaan di Kota Bengkulu adalah 19,03   kali/10 menit. Disimpulkan bahwa puncak aktivitas waktu berkokok ayam Burgo jantan di Kota Bengkulu terjadi di pagi hari (05.00–07.00 WIB) dengan rata-rata 1,51 detik dengan durasi terpanjang selama 1,86 detik dan rata-rata frekuensi 120,9 kali. Rata-rata frekuensi kokok ayam Burgo secara keseluruhan mencapai 19,03 kali/10 menit.Kata Kunci: Ayam jantan burgo, karakteristik suara kokok. Crowing Characteristic of Bengkulu’s Burgo RoosterABSTRACT. This study aims to analyze the characteristics of the crowing of the Burgo chicken in Bengkulu City. The research was conducted at Pagar Dewa Village, Slebar District, Bengkulu City. The samples selected using purposive sampling with the criteria of 10  Burgo chickens aged 6 months and over. The instruments used are android handphone, voice recorders and cool edit-pro software. The variables observed included the crowing number, crowing duration and crowing frequency. The data collected were tabulated and analyzed descriptively. The result showed that the crowing number of the Burgo roosters in Bengkulu City in the morning (05.00-07.00 a.m) was 120 times, noon (11.00 a.m-01.00 p.m) was 50 times, and in the afternoon (03.00 - 05.00 p.m) was 57 times. The crowing durations of the Burgo rooster were 1.51 seconds in the morning, 1.86 seconds in the noon and 1.61 seconds in the afternoon. The crowing frequency of domesticated Burgo rooster in Bengkulu City was 19,03 times/10 minutes. It can be concluded that the crowing peak of the Burgo rooster in Bengkulu City occurred in the morning (05.00 – 07.00 a.m) with an averge of 1, 51seconds and the longest duration was 1.86 seconds per crowing with the average frequency of 120,9 times per crowing and the total average frequency of the crowing was 19 times/10 minutes.
ANALISA KEUNTUNGAN PETERNAK SAPI POTONG DALAM PROGRAM INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN SELEBAR KOTA BENGKULU Yossie Yumiati; Heri Dwi Putranto; Rika Dwi Yulihartika
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 2 No 2 (2015)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.543 KB) | DOI: 10.37676/agritepa.v2i2.184

Abstract

Considering the low productivity of Indonesia’s ruminant management, the government proposed Artificial Insemination program as one solution to enhance ruminants productivity. The purpose of this study was to evaluate the economical aspect by using a profit analysis on artificial insemination program in District of Selebar, Bengkulu city. The research was conducted during June to August 2015. There were 4 villages (Pekan Sabtu, Betungan, Bumi Ayu and Sumur Dewa) with total of 70 interviewees. Primary and secondary data were qualitatively and quantitatively analyzed. The profit and total cost were calculated. The results showed that the profit was IDR 8,073,679 (gained fromcarcass sale), the average of revenue was IDR 10,671,429 and the average of cost was IDR 2,597,750.Keywords: Artificial Insemination  Program, District of Selebar, Profit,  Ruminant.
Assesmen Tingkat Partisipasi Peternak Dalam Kegiatan Inseminasi Buatan Di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu Yossie Yumiati; Heri Dwi Putranto; Eva Ramalia Sari
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 4 No 1 (2017)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.866 KB) | DOI: 10.37676/agritepa.v4i1.596

Abstract

Tingkat kesuksesan penerapan program Inseminasi Buatan (IB) yang masih belum maksimal dikarenakan masih adanya sikap petani/ peternak yang belum mengetahui program IB secara menyeluruh dan belum bisa menerima program tersebut. Selain itu besaran assesmen dari tingkat partisipasi peternak dapat dilihat dari tingkat partisipasi dalam perencanaan, tingkat partisipasi dalam pelaksanaan dan tingkat partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran assesmen tingkat partisipasi peternak dalam kegiatan Inseminasi Buatan. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei- Juli 2016 di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Adapun responden terpilih secara acak (simpel random sampling) sebanyak 77 orang. Data yang diperoleh baik data primer atau sekunder dianlisa secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisa data yang digunakan untuk melihat besarnya assesmen tingkat partisipasi antara variabel dependen (Y) dan independen (X) dilakukan analisis regresi berganda dengan program statistik computer costat versi 9.00. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis regresi yang dilakukan maka dapat diperoleh hasil bahwa besaran assesmen tingkat pertisipasi yang mempengaruhi secara nyata dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan inseminasi buatan adalah umur peternak dan jumlah ternak potong yang dimiliki responden. Berdasarkan hasil perhitungan koefisen determinasi (r2) hanya memberikan sumbangan sebesar 0,1958 dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan koefisen korelasi (r), variabel independen dari karakteristik responden terhadap variabel dependen tingkat partisipasi ini mempunyai hubungan yang lemah sampai dengan sedang, karena hanya sebesar 0,4425 masih jauh dari 1. Kata Kunci: Assesmen tingkat partisipasi, peternak sapi potong, kegiatan IB
Variasi Tingkah Laku Reproduksi Rusa Sambar pada Manajemen Pemeliharaan Intensif di Habitat Ex Situ Heri Dwi Putranto
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 5, No 2 (2010)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.5.2.129-134

Abstract

ABSTRAKRusa Sambar (Cervus unicolor) merupakan ruminansia yang berpotensi sebagai sumber protein hewani dan layak dikembangkan, deskripsi tingkah laku reproduksinya (tingkah laku estrus betina dan tingkah laku kawin jantan) sampai kini belum banyak diketahui. Penelitian dirancang untuk merekam variasi tingkah laku reproduksi dominan rusa Sambar yang mendapat perlakuan pemeliharaan secara intensif dan untuk mengetahui pengaruh musim (hujan dan kemarau) terhadap tingkah laku reproduksinya. Sepasang rusa Sambar berumur enam tahun yang dipelihara pada CZAL Jurusan Peternakan Faperta Unib diobservasi secara visual dan dicatat tingkah laku reproduksinya selama Mei - Oktober 2009. Hasil analisa uji t-student, musim berpengaruh sangat nyata terhadap tiga macam variasi tingkah laku estrus dominan betina yaitu aktifitas menjilat jantan, aktifitas menunggangi jantan atau individu lain dan berkurangnya nafsu makan (p<0,01). Selanjutnya, musim juga berpengaruh sangat nyata terhadap sembilan macam variasi tingkah laku kawin jantan antara lain vokalisasi, agresif, aktifitas menjilat betina, aktifitas mencium genitalia betina, aktifitas menunggangi betina, ereksi penis, flehmen, aktifitas menggosokkan tubuh ke betina serta mengikuti betina (p<0,01), kecuali aktifitas intromisi dan kopulasi. Dapat disimpulkan bahwa faktor musim mempengaruhi frekuensi tingkah laku reproduksi dan tercatat tiga macam variasi tingkah laku reproduksi dominan betina dan sepuluh macam tingkah laku reproduksi dominan jantan.Kata kunci: Musim, pemeliharaan intensif, rusa Sambar, tingkah laku reproduksi.
Profil Komponen Leukosit Kambing Kacang Betina Prasapih yang Disuplementasi Tepung Katuk Heri Dwi Putranto; Nurmeiliasari Nurmeiliasari; Sura Menda Ginting; Yossie Yumiati; Ahmad Zueni
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 9, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.9.1.1-9

Abstract

ABSTRAKKambing kacang dikenal sebagai kambing lokal dan merupakan salah satu plasma nutfah ternak ruminansia Indonesia. Kambing lokal ini lazim dipelihara oleh peternak dan menjadi salah satu pensuplai kebutuhan protein hewani masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari suplementasi tepung katuk (Sauropus androgynus) dengan level pemberian yang berbeda terhadap profil komponen leukosit dan deferensiasinya pada kambing kacang betina fase prasapih. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah Bujur Sangkar Latin (Latin Square). Sebanyak 9 ekor kambing kacang betina prasapih (umur 4 sampai 6 bulan, berat rerata 8,45 ± 1,00 kg) selama 7 minggu dipelihara dalam kandang individu dan mendapat perlakuan 3 aras suplementasi tepung katuk (A: pakan hijauan dan konsentrat ad libitum (HK) + non suplementasi, B: HK + suplementasi 3% dari berat hidup, dan C: HK + suplementasi 6% dari berat hidup) masing dengan 3 ulangan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahwa perlakuan suplementasi tepung katuk berpengaruh tidak nyata terhadap profil komponen leukosit dan deferensiasinya yaitu limfosit, monosit, netrofil dan eosinofil (P > 0,05). Kondisi (umur, berat badan, seks) kambing betina prasapih yang seragam dalam penelitian ini diperkirakan sebagai penyebabnya. Kondisi individu yang seragam berakibat pada kondisi fisiologis tubuh serta kemampuan produksi antibodi yang sama pula.Kata Kunci: Kambing kacang betina prasapih, Leukosit, Suplementasi tepung katuk
KAJIAN PENURUNAN TINGKAT RESIDU PESTISIDA PADA MADU LEBAH HASIL BUDIDAYA PADA KAWASAN TANAMAN HORTIKULTURA DI DESA SUMBER URIP KECAMATAN SELUPU REJANG KABUPATEN REJANG LEBONG Iskandar Rahmatullah; Dadang Suherman; Heri Heri Dwiputranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.9.2.13501

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan madu lebah yang dihasilkan oleh lebah A.cerana yang dibudidayakan pada kawasan tanaman hortikultura di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong dalam menurunkan residu pestisida. Pada penelitian sebelumnya Saefudin dkk (2017) melaporkan bahwa madu lebah A.cerana hasil budidaya pada kawasan tanaman hortikultura di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong tidak terdeteksi kandungan pestisida. Penyiapan sample bahan uji dilakukan di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu. Uji laboratorium terhadap sample madu dilaksanakan di Laboratorium Saraswati Indo Genetec (SIG) Bogor. Uji laboratorium dilakukan dengan mengintroduksikan 2 (dua) jenis bahan aktif pestisida yang dominan dipakai oleh petani. Pengujian untuk setiap bahan aktif dilakukan sebanyak 2 (dua) kali ulangan, dengan jangka waktu pengujian (interfal) pengujian selama 1 (satu) minggu, 4 (empat) minggu, dan 12 (dua belas) minggu. Sebagai kontrol digunakan media aquades (air murni) dengan perlakuan yang sama dengan madu lebah A.cerena. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibahas secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa madu lebah yang dihasilkan oleh lebah A.cerana yang dibudidayakan pada kawasan tanaman hortikultura di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong mampu menurunkan kandungan residu pestisida golongan organofosfat. Bahkan pada sample madu dengan bahan aktif profenofos pada minggu ke 12, kandungan residu pestisida sudah dibawah ambang yang dapat terdeteksi (0,0026 ppm).
KAJIAN KEBERLANJUTAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN AIR NAPAL DAN KECAMATAN BATIKNAU KABUPATEN BENGKULU UTARA Sulaksono Sulaksono; Irma Badarina; Heri Dwi Putranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 10 No. 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.10.2.20426

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai indeks dan status keberlanjutan masing-masing di-mensi dari usaha ternak sapi potong di Kecamatan Air Napal dan Kecamatan Batiknau Kabu-paten Bengkulu Utara. Mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor atau atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap Keberlanjutan Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Air Na-pal dan Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara. Indeks dan status keberlanjutan usaha ternak sapi potong ini dinilai dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi teknologi dan infrastruktur serta dimensi hukum dan kelembagaan. Dalam menganalisis data keberlanjutan dari usaha ternak sapi potong di Kecamatan Air Napal dan Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara adalah dengan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) yang disebut dengan pendekatan RAP-BANGKAPET. Dimana hasilnya dinya-takan dalam bentuk nilai indeks dan status keberlanjutan. Identifikasi atribut-atribut yang sen-sitif terhadap indeks dan status keberlanjutan masing-masing dimensi memakai Analisis Lever-age dan Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks status keberlanjutan dari usaha ternak sapi potong di Kecamatan Air Napal dan Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara adalah 56,14% (cukup berkelanjutan). Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar (64,23%), dimensi ekonomi (51,95%), dimensi sosial budaya (54,72%), dan dimensi hukum dan kelembagaan (74,97%) dikategorikan baik dengan status cukup berkelanju-tan. Untuk dimensi teknologi dan infrastruktur sebesar (34,81%) dikategorikan kurang dengan status kurang berkelanjutan. Dari 50 (lima puluh) atribut yang dianalisis, terdapat 36 (tiga puluh enam) atribut yang perlu diperhatikan dan segera ditangani karena sensitif terhadap indeks dan status keberlanjutan. Untuk meningkatkan status keberlanjutan untuk masa yang akan datang (jangka panjang) maka perlu dilakukan upaya perbaikan secara menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif dalam peningkatan status kawasan.
PENGARUH TIPE FERMENTOR DAN LEVEL PEMBERIAN FESES PUYUH TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR PUYUH Hermy Puspita Sari; Urip Santoso; Heri Dwi Putranto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.2.6008

Abstract

Feses yang dihasilkan dari usaha peternakan puyuh berupa feses puyuh belum termanfaatkan secara maksimal sehingga masih berdampak kepada pencemaran lingkungan seperti pencemaran pada air, udara dan tanah. Kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang cukup tinggi ini merupakan faktor pembatas penggunaan feses puyuh sebagai pakan ternak sehingga perlu pengolahan agar penggunaannya optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan feses puyuh dalam ransum, yaitu memanfaatkan Teknologi Fermentasi. Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi adalah mikroorganisme yang ada di Em4, ragi tempe dan ragi tape. Tujuan Peneltian mengevaluasi pengaruh tipe fermentor terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Mengevaluasi pengaruh level pemberian feses puyuh fermentasi terhadap produksi dan kualitas telur puyuh Mengevaluasi interaksi antara tipe fermentor dengan level pemberian feses puyuh fermentasi terhadap produksi dan kualitas telur puyuh. Bahan penelitian yang digunakan adalah puyuh betina awal produksi sebanyak 360 ekor. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu faktor pertama level pemberian feses (Faktor A = 10%, 15% dan 20%) dan faktor kedua tipe fermentor (Faktor B = EM4, Ragi Tempe dan Ragi Tape). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interksi antara Faktor A dan Faktor B terhadap konsumsi ransum, produksi massa telur, konversi ransum (P<0,005) dan produksi telur (P<0,001. Tidak terdapat interaksi antara Faktor A dan Faktor B terhadap berat telur, berat yolk, kecerahan yolk dan tebal kerabang (P>0,05). Kesimpulan penelitian bahwa nteraksi antara tipe fermentor dan level pemberian feses terbaik adalah tipe fermentor EM4 dengan level pemberian feses puyuh sebesar 10%.
Dampak Penambahan Empat Aras Tepung Daun Katuk Dalam Ransum Terhadap Mutu Eksternal Telur Ayam Kampung Heri Dwi Putranto; Urip Santoso; Juan Retno Sumarna
Buletin Peternakan Tropis Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.3.1.50-59

Abstract

Ayam kampung merupakan unggas lokal yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat. Lazim difungsikan sebagai penghasil daging ataupun penghasil telur. Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis efek dari penambahan 4 aras tepung daun katuk dalam ransum terhadap parameter mutu eksternal telur ayam kampung yaitu bobot, indeks dan ketebalan kerabang. Studi telah dilaksanakan selama 8 minggu (Agustus hingga Oktober 2020) di Commercial Zone and Animal Laboratory Jurusan Peternakan dan Laboratorium Peternakan Universitas Bengkulu. Diaplikasikan 4 perlakuan dengan 10 ulangan yang terdiri atas masing-masing 1 ekor ayam betina sebagai ulangan. Total sebanyak 40 ekor ayam kampung betina dipergunakan. Perlakuan berupa 4 aras penambahan tepung daun katuk yaitu TK1 = 0% tepung daun katuk, TK2 = 4% tepung daun katuk, TK3 = 8% tepung daun katuk dan TK4 = 12% tepung daun katuk. Parameter mutu eksternal telur yang diamati adalah bobot telur, indeks telur, dan ketebalan kerabang telur. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Anova, dan hasil analisis yang berpengaruh nyata (P < 0,05) diuji lanjut dengan metode DMRT. Analisis hasil studi menunjukkan bahwa perlakuan 4 aras tepung daun katuk tidak berpengaruh nyata terhadap bobot, indeks dan ketebalan kerabang telur ayam kampung (P > 0,05). Bobot telur bervariasi antara  35,10 hingga 42,24 g, indeks telur bervariasi antara 71,23 hingga 75,86, dan ketebalan kerabang telur bervariasi antara 0,28 hingga 0,29 mm. Dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung daun katuk dalam ransum sampai aras 12% tidak mempengaruhi mutu eksternal telur ayam kampung.
Kelimpahan Relatif Ektoparasit pada Inang Ayam Buras Lokal Heri Dwi Putranto; Meriana Meriana; Bieng Brata; Nurmeiliasari Nurmeiliasari
Buletin Peternakan Tropis Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/bpt.2.1.1-8

Abstract

Negara beriklim tropis seperti Indonesia memiliki suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi, dan hal ini menjadi salah satu faktor berkembangnya ektoparasit. Ektoparasit pada unggas peliharaan dapat menjadi masalah yang berpotensi untuk berkontribusi pada kerugian sebuah usaha peternakan seperti penyakit, penurunan produksi dan bahkan mortalitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi serta menganalisa nilai Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) ektoparasit yang ditemukan pada 3 jenis inang ayam buras lokal (ayam burgo, ayam ketarras dan ayam kampung) yang dipelihara pada manajemen pemeliharaan intensif. Penelitian eksploratif ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling pada 3 jenis ayam buras lokal yang dipelihara secara intensif di Commercial Zone and Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Ektoparasit dikoleksi langsung dari setiap individu ayam, kemudian data jenis dan populasi ektoparasit dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 jenis ektoparasit yang ditemukan yaitu Echidnophaga gallinacea, Penicillidia dufourii, Lipeurus caponis, Menopon gallinae dan Rhipicephalus sanguineus. Total populasi ektoparasit pada 3 jenis inang ayam buras lokal ditemukan sebanyak 174 ekor. Populasi ektoparasit tertinggi yaitu 68 ekor (M. Gallinae) dan populasi terendah sebanyak 13 ekor (P. dufourii). Spesies M. gallinae dan L. caponis ditemukan lebih melimpah serta memiliki IKR yang tinggi (39,1% dan 24,1%).