Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengembangan Kawasan Wisata Pesisir Talang Siring di Kabupaten Pamekasan Alifiana Hafidian Rizkiyani; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.88 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3934

Abstract

Kawasan wisata pesisir Talang Siring adalah salah satu potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Pamekasan yang terletak di Kecamatan Larangan. Berdasarkan. Potensi ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal dan masih belum memiliki keterkaitan antar potensi wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi wisata tersebut. Tahapan pada penelitian ini, yaitu mengidentifikasi potensi wisata, menganalisa keterkaitan antar potensi, faktor pendukung pengembangan wisata, kriteria pengembangan wisata dan konsep pengembangan wisata. Pada Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik. Teknik analisa yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran antara lain sasaran pertama dengan menggunakan metode analisa deskriptif theoretical dan Analisa Scoring (Pembobotan dengan skala likert), sasaran kedua menggunakan analisis empirical analytic serta dilanjutkan analisa delphi bertujuan untuk menentukan konsensus group untuk faktor pendukung, pada sasaran keempat menggunakan analisis deskriptif theoritical dan sasaran kelima menggunakan analisis triangulasi untuk merumuskan konsep pengembangan. Penelitian ini menghasilkan tiga zona pengembangan, yaitu zona inti, pendukung dan konservasi. Dengan penanganan konsep pariwsata Bahari yang harus dilakukan antara lain meningkatkan daya tarik utama dengan penambahan jenis sajian atraksi wisata khususnya di zona inti wisata, mempertahankan kelestarian lingkungan dengan rehabilitasi kerusakan lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung dan penunjang khususnya di zona pendukung wisata serta menjalin linkage kawasan dengan obyek wisata lain yang dilakukan kerja sama antara masyarakat dengan wisatawan agar obyek wisata yang belum berkembang mendapatkan dampak dari wisata utamanya.
Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang Sebagai Heritage Tourism Lilik Krisnawati; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (969.969 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7249

Abstract

Permasalahan di kawasan cagar budaya Singosari yaitu kurangnya peran serta stakeholder dan keterpaduan perencanaan dalam mengembangkan obyek pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan cagar budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism. Tahapan dalam penelitian ini meliputi mengetahui potensi dengan menggunakan analisa teoritical descriptif dan skoring, mengetahui kendala dengan menggunakan analisa teoritical descriptif dan skoring. Selanjutnya dilakukan penentuan faktor yang berpengaruh dengan menggunakan teknik analisa deskriptif dan analisa Delphi. Kemudian dalam perumusan arahan pengembangan kawasan cagar budaya di Singosari Malang menggunakan teknik content analysis. Arahan untuk pengembangan kawasan cagar budaya Singosari sebagai heritage tourism terdiri dari arahan mikro spasial-non spasial dan arahan makro spasial-non spasial yang dibagi menjadi 3 zona pengembangan secara spasial di kawasan cagar budaya Singosari yaitu zona inti, zona pendukung langsung dan zona pendukung tidak langsung. Zona inti merupakan tempat adanya bangunan cagar budaya sebagai daya tarik wisata, zona pendukung langsung berkaitan dengan arahan mikro spasial-non spasial yaitu penataan bangunan cagar budaya yang kondisinya sebagai ikon kawasan dan kesejarahan yang terkandung didalamnya, fasilitas akomodasi serta fasilitas pendukung pengembangan. Kemudian zona pendukung tidak langsung berkaitan dengan arahan makro spasial-non spasial yaitu partisipasi masyarakat, atraksi wisata, pemasaran, aksesibilitas, implementasi kebijakan, pengembangan antar obyek wisata, kerjasama sektor swasta serta pendanaan di kawasan wisata cagar budaya.
Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan Faris Zakaria; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.735 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7292

Abstract

Kawasan Desa Bandungan adalah salah satu potensi desa wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Pamekasan yang terletak di Kecamatan Pakong, Desa Bandungan ini memiliki bentangan lahan perhatian yang luas yang bisa di manfaatkan sebagai objek wisata alam dan berbagi komoditi hasil tani. Selain itu, Desa Bandungan juga memiliki keaslian, keunikan, sifat khas dari segi bangunan, sosial dan budaya. Potensi ini masih belum di manfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat sampai saat ini. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan faktor-faktor yang dapat mendukung pengembangan kawasan desa wisata dan perumusan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Desa Bandungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik. Teknik analisa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran antara lain pada sasaran pertama dengan menggunakan statistik deskriptif. Pada sasaran kedua menggunakan analisa skoring, dilanjutkan analisa delphi bertujuan untuk menentukan konsensus grup untuk faktor pendukung, pada sasaran keempat menggunakan analisis triangulasi untuk merumuskan konsep pengembangan. Penelitian ini menghasilkan konsep pengembangan secara spasial dan non spasial. Adapun konsep spasialnya dengan menyediakan rute perjalanan wisata, menyediakan sarana transportasi khusus menuju kawasan desa wisata dan menyediakan fasilitasw pendukung kegiatan wisata. Sedangkan konsep non spasialnya dengan menjadikan adat istiadat sebagai peraturan kegiatan wisata, mengembangkan kawasan desa wisata berbasis agrowisata, menyediakan fasilitas penginapan berkonsep tanean lanjheng, menyediakan toko souvenir, menyediakan fasilitas rumah makan, memberikan pelatihan kepada masyarakat, menyediakan tempat rekreasi, membuat web tentang kawasan desa wisata, melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan menerapkan peraturan zonasi.
Konsep Optimalisasi Distribusi Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Ngawi Solving Subekti; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.076 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7297

Abstract

Permasalahan mendasar fasilitas pendidikan di Kabupaten Ngawi khususnya sekolah tingkat dasar (SD/MI) terletak pada penyediaan dan distribusi yang belum merata antar wilayah serta belum sesuai dengan kebutuhan karakteristik permukimannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengotimalkan distribusi sekolah tingkat dasar (SD/MI) dalam rumusan konsep optimalisasi yang didasarkan pada karakteristik pola persebaran permukiman. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tetangga terdekat untuk mengetahui karakteristik pola persebaran permukiman, analisis regresi linier berganda untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap distribusi sekolah, analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan sekolah dasar, serta analisis deskriptif kualitatif dengan teknik triangulasi untuk merumuskan konsep optimalisasi distribusi SD/MI. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2 pola persebaran permukiman di Kabupaten Ngawi, beberapa wilayah mengalami kondisi berlebih fasilitas pendidikan SD/MI, faktor yang berpengaruh dalam distribusi adalah panjang jalan kawasan permukiman (tingkat aksesibilitas) dan kepadatan penduduk (demografi) permukiman, sedangkan dirumuskan 2 konsep secara umam dan khusus untuk optimalisasi distribusi sekolah tingkat dasar (SD/MI) di Kabupaten Ngawi yang didasarkan pada pola persebaran permukiman.
OPTIMALISASI LOKASI ALOKASI INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN SMP DI SURABAYA Alie Sadikin; Rimadewi Suprihardjo; Putu Rudy Satiawan
Jurnal Penataan Ruang Vol 5, No 1 (2010): Jurnal Penataan Ruang 2010
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v5i1.2236

Abstract

Konsep scoolh distict (batas administrasi sekolah), merupakan konsep penataan spasial pendidikan yang mempertimbangkan prinsip minimalisasi jarak tempuh siswa, kesamaan akses pembentukan komunitas lokal, dan pembangunan berdasarkan keberlanjutan pendidikan dapatkesempatan pendidikan yang sama bagi diterapkan untuk memberikan semua penduduk untuk memanfaatkan infrastruktur pendidikan. Tujuan dan adalah untuk mengkaji bagaimana pola pendistribusian infrastruktur pendidikan SMP yang dapat menciptakan keadian sosial bagi masyarakat golongan menengah kebawah, agar pendistribusian dapat meningkatkan masyarakat golongan menengah kebawah untuk memanfaatan pelayanan pendidikan dasar SMP Surabaya tersebut dapat dengan merumuskan konsep distrik  berdasarkan prinsip pengalokasian siswa jarak tempuh minimal dan infrastruktur pendidikan SMP. Hasil dari analisis SEM memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung dan kota SMP terhadap APK dan APM lewat indikator peran serta sehingga dalam membuat kebijakan penataan pendidikan perlu adanya optimalisasi terhadap sarana yang ada dengan menerapkan konsep distrik sekolah (penataan kembali batas administrasi sekolah) berdasarkan  jarak tempuh yang ideal untuk mengatasi pada aspek kota yang berpengaruh signifikan terhadap peranserta masyarakat, sehingga pembangunan pendidikan diarahkan pada wilayah yang memiliki potensi kehilangan kesempatan menempuh pendidikan yang tinggi untuk mendukung keberlanjutan pendidikan dasar pada jenjang SMP di Surabaya. Distrik sekolah hendaknya memperhatikan jarak tempuh ideal yang resiko kecelakaan pada siswa dan dampaknya terhadap partisipasi penduduk serta menekankan pada pengalokasian siswa dengan tingkat ekononomi menengah kebawah. Simulasi penataan pendidikan pada UP IX dan sekitarnya menghasikan jarak tempuh total kelas-Km yang lebih efisien sebesar 34,7% redistricting dlakukan berdasarkan batas administrasi sekolah daripada berdasarkan administrasi wilayah pembangunan. Selain itu pembangunan sekolah lebih optimal jika menggunakan level menengah (membangun USB-RKB dikombinasikan dengan sistem sift  atau SD SMP satu atap untuk kondisi darurat), jarak tempuh kelas-Km lebih efiseien sebesar 7,74% pada level atas (membangun USB dan RKB) pada wilayah UP IX dan sekitamya.
KRITERIA TAMAN KOTA UNTUK SARANA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI AF Asri Primastuti; Rimadewi Suprihardjo; Bambang Soemardiono
Jurnal Penataan Ruang Vol 4, No 2 (2009): Jurnal Penataan Ruang 2009
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i2.2353

Abstract

Meningkatnya performa Taman Kota di Surabaya dalam dua tahun terakhir menimbulkan konsekuensi peningkatan jenis penggunaannya, di antaranya ialah pemanfaatan untuk kegiatan edukasi. Data pemanfaatan taman menunjukkan pengguna terbanyak Taman Kota adalah dari kalangan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD tersebut memanfaatkan taman-taman kota sebagai salah satu alternatif sumber pembelajaran luar ruangan (outdoor learning). Keadaan ini dapat dilihat sebagai suatu demand yang memerlukan supply berupa Taman Kota yang dapat mendukung pencapaian tujuan dari penyelenggaraan PAUD.Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kriteria Taman Kota yang mampu berperan sebagai sarana Pendidikan Anak usia Dini, dengan kota Surabaya sebagai study kasus. Untuk itu akan digunakan pendekatan rasionalistik, dengan mode analisis deskriptif. Variabel penelitian didapatkan dari proses triangulasi berbagai teori dan konsep, yakni dari aspek Pendidikan Anak Usia Dini dan dari aspek Taman Kota.Dari hasil analisa didapatkan taman kota yang sesuai untuk sarana Pendidikan Anak Usia Dini adalah Taman Kota yang memiliki kriteria-kriteria: 1) Jenis vegetasi yang aman, estetis, variatif,  2) Lokasi memenuhi nilai efisiensi, nyaman dan aman. Harus dekat dengan dengan pemukiman dan lembaga PAUD, namun jauh dari zona-zona rawan. 3) Pembatas taman yang estetis dan aman dari material dan bentuk. 4) Perancangan taman harus stimulatif, nyaman, aman dan estetis. Banyak menggunakan pola-pola rancangan yang organis. 5) Fasilitas taman harus lengkap, dengan berjalan dan edukatif. Luas taman memadai, minimal ½ jam bila ditempuh dengan berjalan kaki skala anak-anak, untuk kenyamanan dan keamanan. 7) Pengelolaan dan  harus berprinsip responsif dan efisien.
Konsep Distribusi Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Wilayah dan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Gresik Ahmad Nur Sonhaji; Rimadewi Suprihardjo; Putu Rudy Satiawan
Jurnal Penataan Ruang Vol 5, No 1 (2010): Jurnal Penataan Ruang 2010
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v5i1.2242

Abstract

Permasalahan  sekolah dasar serta kekurangan siswa pada beberapa banyaknya sekolah dasar yang melayani siswa dari luar wilayah normatifnya di Kabupaten Gresik terindikasi karena distribusi layanan fasilitas  pendidikan sekolah dasar yang ada belum sesuai kebutuhan serta karakteristik pola persebaran permukiman. Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep distribusi fasilitas pendidikan berdasarkan karakteristik pola persebaran tetap antara kebutuhan dan ketersediaan pendidikan sekolah fasilitas dasar di Kabupaten Gresik.Teknik analisis tetangga digunakan untuk mengklasifikasikan wilayah berdasarkan karakteristik persebaran permukimannya,  (Regresi linier berganda) untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi distribusi fasilitas sekolah dasar, selanjutnya analisis kebutuhan ketersediaan fasilitas pendidikan berdasarkan faktor yang berpengaruh untuk mengetahui keseimbangan antara ketersediaan fasilitas pendidikan dengan kebutuhan disuatu wilayah, lebih lanjut perumusan arahan konsep distribusi layanan Sekolah dasar berdasarkan pola persebaran permukiman di kabupaten Gresik dilakukan dengan analisis triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan di kabupaten Gresik mempunyai 2 pola persebaran permukiman yaitu pola persebaran mengelompok dan persebaran acak, analisis Regresi berganda menunjukkan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi distribusi fasilitas pendidikan adalah variabel jumlah penduduk dan jumlah desa. sedangkan hasil analisis kebutuhan ketersediaan layanan fasilitas pendidikan mendapatkan bahwa sebagian besar wilayah mengalami kondisi berlebih. Adapun konsep distribusi layanan Sekolah dasar yang ideal adalah sistem distribusi layanan sekolah dasar yang diarahkan pada: 1) pola persebaran permukiman sebagai dasar pendistribusian layanan fasilitas pendidikan yang mampu menjangkau wilayah normatifnya; 2) Penyesuaian ketersediaan fasilitas pendidikan berdasarkan kebutuhannya.
KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PUSAT KOTA PONOROGO Dirthasia Gemilang Putri; Bambang Soemardiono; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Penataan Ruang Vol 7, No 1 (2012): Jurnal Penataan Ruang 2012
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v7i1.2261

Abstract

Kawasan pusat kota Ponorogo merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan masyarakat kota Ponorogo, akan tetapi seiring dengan perkembangan kota penambahan jumlah penduduk ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Ponorogo juga semakin berkurang dan tidak lagi memenuhi fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis, estetika, sosial, budaya dan ekonomi kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan komposisi proporsi dan distribusi Ruang Terbuka Hijau Kota yang sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang kualitas ekologis kota yang juga sesuai dengan tipologi kota Ponorogo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan positivistic dimana teknik analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif, analisa delphi dan triangulasi data untuk menghasilkan suatu konsep ruang terbuka hijau kawasan pusat kota Ponorogo yang mampu menunjang kualitas ekologi, penunjang estetika serta keberlangsungan kota.
FAKTOR-FAKTOR PENENTUAN TEMPAT PENAMPUNGAN SAMPAH SEMENTARA (TPS) BERDASARKAN ASPIRASI MASYARAKAT DI KECAMATAN SUKOLILO, SURABAYA Dida Aditya; Rimadewi Suprihardjo
Jurnal Penataan Ruang Vol 4, No 2 (2009): Jurnal Penataan Ruang 2009
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v3i2.2351

Abstract

The enhancement of city makes increasing volume of domestic waste. The consequences is the waste management become more difficult and being a main problem for big cities such as Surabaya. At present, waste management in Surabaya still using end of pipe approach solution, which are consist of  three procedures: (i) collecting, (ii) transferring, and (iii) final disposal. The temporary waste transfer station (TPS) and final waste disposal location (TPA) is very important on the collecting procedure. Transfer station is public facility necesities, but it is becomed a problem for the people if its location is near by their daily activities due to the air pollution and stained. Based on these phenomena, it is needed to formulate the determination factors of waste transfer location based on community aspiration. To achieve those factors, it is needed some identification of factors and indicators which are use to determine location of transfer station based on community aspiration.There are three analysis methode: (i) descriptive-qualitative, (2) comparative analysis to find out the information added of determination temporary waste transfer station location's factors from publics' participation, (ii) scoring analysis to find out the weight of factors identify each priority factors based on both preferences, and (iii) quadrant analysis to find out the mappings priority factors on both preferences.The analysis result are: (i) some distances between location of TPS with settlement or public facilities to be exist (ii) integrated between location TPS and recycle waste management, (iii) the location of TPS election will not disturb the fulfill of community needs of natural resources especially on ground water quality. The major priority factors on determination of TPS location in Sukolilo sub district are the demography and physical environment, while the the easy accessibility became the major factor of the main respondent Finally, the lowest priority factors are the utility and appropriate technology. The research result can be use for more detail study to determine parameter factors of TPS location, particularly for Sukolilo sub district and generally for urban area.
PERMASALAHAN OPTIMALISASI SPASIAL PADA PELAYANAN FASILITAS PENDIIKAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA KABUPATEN MOJOKERTO Priadi Asmanto; Rimadewi Suprihardjo; Putu Rudy Satiawan
Jurnal Penataan Ruang Vol 4, No 1 (2009): Jurnal Penataan Ruang 2009
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v4i1.2362

Abstract

Permasalahan optimalisasi merupakan sebagian dari permasalahan pengadaan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan public. Kajian ini ditujukan untuk menghasilkan model strategis peningkatan pelayanan fasilitas pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di Kabupaten Mojokerto. Teknik analisa yang digunakan dalam kajian ini adalah indeks gini pendidikan dan capacited location allocation model. Hasil analisa menunjukan bahwa tingkat keseimbangan kebutuhan terhadap ketersediaan fasilitas dan pelayanan pendidikan cenderung mengalami ketimpangan berat. Hasil simulasi optimalisasi spasial menyimpulkan pangalokasian penduduk usia sekolah pada fasilitas pendidikan terdekat merupakan alternative efisiensi aksesiblitas dan optimalisasi spasial pada fasilitas pendidikan setingkat SLPTP. Pembentukan wilayah pelayanan sekolah merupakan alternative optimalisasi pelayanan fasilitas pendidikan.