Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Tinjauan karakteristik foam plastik mikroseluler polistirena dengan penambahan aditif pada teknologi superkritis Faidliyah Nilna Minah; Firman Kurniawansyah; S Sumarno
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 1 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.1.5

Abstract

Processing technology of microcellular plastic represents development of foaming conventional plastic process. The processing of microcellular plastic has been acknowledged as eco-friendly technology because this plastic is produced by the use of benign supercritical carbon dioxide gas as blowing agent. In this work, the samples polystyrene and additive were saturated with supercritical CO2 at various saturation pressures from 10-22 MPa (at around glass transition temperature of 95 oC and 80 oC) When the saturation time was accomplished, the solution was decompressed rapidly into atmospheric pressure. The samples were placed in the vessel heated and completed by flowing of carbon dioxide as cooler gas into the vessel. The samples were characterized to observe volume expansion ratio, cell density, average cell diameter and surface fractured with Scanning Electron Microscopy. The microcellular foam of plastic product of PS system has cell diameter between 3.970-9.933 μm , cell density between 9.14x104 – 6.24x109 cell/ cm3. PS-CaCO3 system has cell diameter between 3.501-8.050 μm, cell density between 3.31x107 – 1.10x1011 cell/cm3, while PS-coconut fiber system hascell diameter between 2.520-8.414 μm, cell density between 1.50x108 -1.60x1010 cell/cm3 at various pressure.Keywords: polystyrene, microcellular foam plastic, supercritical CO2, CaCO3additive, coconut fiber additive.  AbstrakProses pembuatan plastik mikroseluler merupakan pengembangan dari proses pembuatan foam plastik konvensional. Plastik mikroseluler menggunakan fluida superkritis seperti CO2 dan N2 sebagai blowing agent yang ramah terhadap lingkungan, sehingga proses pembuatan foam plastik mikroseluler dikenal sebagai teknologi ramah lingkungan. Penelitian ini menggunakan sampel polistirena yang dicampur dengan partikel kalsium karbonat atau sabut kelapa dengan konsentrasi 5% yang diproses pada kondisi tekanan 10-22 MPa (T = 95 oC dan 80 oC). Setelah kondisi yang diinginkan tercapai dilakukan dekompresi secara mendadak menuju tekanan atmosfer, dan dilanjutkan dengan proses pemanasan, diakhiri dengan mengalirkan gas CO2 sebagai pendingin. Selanjutnya sampel dikarakterisasi untuk mengetahui rasio volume ekspansi foam, densitas sel, diameter rata-rata sel dan struktur foam yang dihasilkan dengan Scanning Electron Microscope. Pada penelitian ini didapatkan pada sistem PS Murni menghasilkan diameter sel antara 3,970-9,933 μm dan densitas sel 9,14x104 - 6,24x109 cell/cm3. Sistem PS-CaCO3 menghasilkan diameter sel antara 3,501-8,050 μm dan densitas sel 3,31x107 - 1,10x1011 cell/cm3, dan pada sistem PS-Sabut kelapa menghasilkan diameter sel antara 2,520-8,414 μm dan densitas sel 1,50x108 - 1,60x1010 cell/cm3 pada berbagai variasi tekanan.Kata kunci : polistirena, foam plastik mikroseluler, CO2 superkritis, aditif CaCO3, aditif sabut kelapa.
Pra Rancangan Pabrik Biodiesel dari Minyak Jelantah Menggunakan Metode Transesterifikasi dengan Kapasitas 50.000 Ton/Tahun Caroline Fernanda Sutanto; Fernando Pujiadhi Wiryawan; Firman Kurniawansyah
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.70673

Abstract

Biodiesel merupakan alternatif dari bahan bakar fosil yang bersumber dari minyak nabati atau lemak hewani. Pengembangan biodiesel mengalami kendala diantaranya adalah tingginya harga bahan baku dan biaya produksi yang mengakibatkan harga jual biodiesel yang dihasilkan belum mampu bersaing dengan minyak diesel berbasis minyak bumi. Salah satu upaya dalam pencarian bahan baku yang ekonomis dengan menggunakan low cost feed stock contohnya minyak jelantah. Biodiesel dari minyak jelantah ini dipandang lebih ekonomis dari segi biaya bahan baku dibandingkan CPO, dan dapat memanfaatkan limbah rumah tangga sehingga mengurangi polusi di lingkungan. Terdapat 3 tahapan utama dalam proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah, antara lain tahap pre-treatment bahan baku, reaksi transesterifikasi dan pemurnian. Produksi diawali dengan tahap pre-tratment limbah minyak jelantah yaitu tahap degumming, bleaching, filter kotoran, evaporasi, reaksi esterifikasi dan penetralan. Selanjutnya dilakukan tahapan utama yaitu pembentukan biodiesel dengan reaksi transesterifikasi. Setelah itu dilakukan pemurnian produk dengan evaporasi biodiesel dan merecovery metanol dengan distilasi pada produk gliserol sehingga didapatkan produk utama biodiesel dan produk samping gliserol. Pembiayaan pabrik biodiesel dari minyak jelantah berasal dari 40% dana pribadi dan 60% pinjaman dari Bank. Dengan perincian analisa ekonomi sebagai berikut: Nilai Net Present Value positif dan nilai Internal rate of Return sebesar 26,98% dan bunga bank 12%, Pay Out Time dalam 4,3 tahun, dan Titik Impas sebesar 30,68%. Dilihat dari sensitivitas terhadap IRR, harga jual produk berpengaruh besar dalam nilai IRR.
Pengembangan Teknologi Berbasis Media Air Subkritis dan CO2 Bertekanan untuk Intensifikasi Proses Firman Kurniawansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.1 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.41868

Abstract

A B S T R A C TGreen solvent, an environmentally friendly solvent in form of subcritical water (SBCW) and pressurized CO2, has been used as media in process intensification. It has characteristic of having low or even zero toxicity. Hence it can simplify purification procedure. In this communication, development of technology applications of those green solvents, i.e. extraction, particle synthesis, and reaction engineering, is briefly presented. In general, studies show a positive utilization of green solvents of subcritical water and pressurized CO2. For example, in pectin extraction, yield up to 90% has been obtained when the combined solvent was used. In another application, hydrolysis using SBCW-CO2 as combined solvent has facilitated 100% conversion of pinene.Keywords: carbon dioxide; intensification process; subcritical water A B S T R A KGreen solvent, yakni pelarut yang ramah lingkungan dalam bentuk air subkritis (subcritical water, SBCW) dan CO2 bertekanan yang telah dikembangkan untuk media pemrosesan, sebagai salah satu upaya intensifikasi proses. Solven ini dikatakan ramah lingkungan karena tingkat toksisitas air subkritis maupun CO2 sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga mempersingkat prosedur purifikasi. Pada artikel pendek ini, pengembangan aplikasi teknologi tersebut diulas sebagai telaah (review) pendek dalam teknologi pemisahan (ekstraksi), sintesis partikel, dan rekayasa reaksi. Hasil-hasil studi pada umumnya memberi konfirmasi positif tentang potensi pemakaian dua fluida ramah lingkungan, yaitu SBCW dan CO2, dalam rekayasa proses. Sebagai contoh pada studi ekstraksi pektin, proses menggunakan green solvent berhasil mencapai yield hingga 90%. Hasil serupa dapat dilihat dari konversi pinene melalui proses hidrolisis hingga mencapai 100%.Kata kunci: air subkritis; karbon dioksida; intensifikasi proses
Kinerja Katalis Ni-Cu/HZSM-5 dalam Pembuatan Biogasoil dari Minyak Bintaro (Cerbera Manghas) dengan Proses Hydrocracking Afrida Nur Aini; Muhammad Al-Muttaqii; Achmad Roesyadi; Firman Kurniawansyah
BERKALA SAINSTEK Vol 8 No 3 (2020)
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bst.v8i3.17937

Abstract

Catalytic cracking dan hydroprocessing merupakan dua proses yang digunakan untuk mengubah minyak nabati menjadi biofuel, gabungan dari kedua proses tersebut dinamakan reaksi hydrocracking. Minyak bintaro yang bersifat non-edibleoil serta memiliki kadar minyak cukup banyak yakni sebesar 35-50% dapat direkomendasikan sebagai salah satu sumber minyak nabati yang dapat diolah menjadi biogasoil. Penambahan logam nikel (Ni) dan tembaga (Cu) ialah untuk memperoleh yield yang lebih baik daripada menggunakan satu jenis katalis. Preparasi katalis dilakukan dengan menggunakan metode incipient wetness impregnation. Variabel loading support HZSM-5 yang digunakan sebesar 5% dan 10%, serta ratio logam Ni-Cu yaitu 1:1. Katalis Ni-Cu/HZSM-5 dianalisa menggunakan BET, EDX, dan XRD untuk mengetahui karakteristik katalis. Selanjutnya proses hydrocracking dilakukan dengan mencampurkan 2 gram katalis Ni- Cu/HZSM-5 dan 250 ml minyak bintaro ke dalam reaktor batch berpengaduk pada suhu reaksi 375 ̊C selama 2 jam. Produk cair (biofuel) yang dihasilkan dari proses hydrocracking dianalisa menggunakan GC-MS untuk mengetahui komposisi hidrokarbon. Rute reaksi yang mendominasi dalam penelitian ini ialah reaksi dekarbinolasi dan dekarboksilasi. Hal itu terlihat dari komposisi hidrokarbon terbanyak dari produk biogsoil yang dihasilkan ialah C15 dan C17. Hasil dari penelitian diperoleh Ni-Cu/HZSM-5 dengan loading 5% dan ratio logam 1:1 optimum digunakan pada proses hydrocracking minyak bintaro untuk menghasilkan biogasoil dengan yield sebesar 82,7%.
Zn-Mo/HZSM-5 Catalyst for Gasoil Range Hydrocarbon Production by Catalytic Hydrocracking of Ceiba pentandra oil Yustia Wulandari Mirzayanti; Firman Kurniawansyah; Danawati Hari Prayitno; Achmad Roesyadi
Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis 2018: BCREC Volume 13 Issue 1 Year 2018 (April 2018)
Publisher : Department of Chemical Engineering - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.699 KB) | DOI: 10.9767/bcrec.13.1.1508.136-143

Abstract

Biofuel from vegetable oil becomes one of the most suitable and logical alternatives to replace fossil fuel. The research focused on various metal ratio Zinc/Molybdenum/HZSM-5 (Zn-Mo/HZSM-5) catalyst to produce liquid hydrocarbon via catalytic hydrocracking of Ceiba penandra oil. The catalytic hydrocracking process has been applied in this study to crack Ceiba pentandra oil into a gasoil range hydrocarbon using Zn-Mo/HZSM-5 as a catalyst. The effect of various reaction temperature on the catalytic hydrocracking of Ceiba pentandra oil were studied. The Zn-Mo/HZSM-5 catalyst with metal ratio was prepared by incipient wetness impregnation method. This process used slurry pressure batch reactor with a mechanical stirrer. A series of experiments were carried out in the temperature range from 300-400 oC for 2 h at pressure between 10-15 bar. The conversion and selectivity were estimated. The liquid hydrocarbon product were identified to gasoline, kerosene, and gas oil. The results show that the use of Zn-Mo/HZSM-5 can produce gas oil as the most component in the product. Overall, the highest conversion and selectivity of gas oil range hydrocarbon was obtained when the ZnMo/HZSM-5 metal ratio was Zn(2.86 wt.%)-Mo(5.32 wt.%)/HZSM-5 and the name is Zn-Mo/HZSM-5_102. The highest conversion was obtained at 63.31 % and n-paraffin (gas oil range) selectivity was obtained at 90.75 % at a temperature of 400 oC. Ceiba pentandra oil can be recommended as the source of inedible vegetable oil to produce gasoil as an environmentally friendly transportation fuel. 
Bio-kerosene and Bio-gasoil from Coconut Oils via Hydrocracking Process over Ni-Fe/HZSM-5 Catalyst Muhammad Al-Muttaqii; Firman Kurniawansyah; Danawati Hari Prajitno; Achmad Roesyadi
Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis 2019: BCREC Volume 14 Issue 2 Year 2019 (August 2019)
Publisher : Department of Chemical Engineering - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.372 KB) | DOI: 10.9767/bcrec.14.2.2669.309-319

Abstract

In this study, hydrocracking of coconut oil over Ni-Fe/HZSM-5 catalyst was carried out in a batch reactor under different reaction temperature. Coconut oil is proposed as one of the potential feedstock for biofuel production. The Ni-Fe/HZSM-5 catalyst was prepared by incipient wetness impregnation method. The characterization of Ni-Fe/HZSM-5 catalyst by X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-ray (SEM-EDAX), and Brunauer-Emmett-Teller (BET). The chemical composition of biofuel was analyzed by Gas-Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). The results from the GC-MS analysis showed that the hydrocracking reaction over 10 % (Ni-Fe)/HZSM-5 catalyst at temperature of 375 oC obtained the highest hydrocarbon content (contained 49.4% n-paraffin, 26.93 % isoparaffin, 3.58 % olefin) and the highest yield of bio-gasoil 38.6 % in the biofuel liquid hydrocarbon. Pentadecane (n-C15) and heptadecane (n-C17) were the most abundant hydrocarbon compounds in biofuel liquid hydrocarbon. Decarboxylation and/or decarbonylation was the dominant reaction pathways in this process. Based on the result, the reaction temperature had a significant effect on the distribution of biofuel composition and yield of biofuel from coconut oil.
Pengembangan Teknologi Berbasis Media Air Subkritis dan CO2 Bertekanan untuk Intensifikasi Proses Firman Kurniawansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 1 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.1 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.41868

Abstract

A B S T R A C TGreen solvent, an environmentally friendly solvent in form of subcritical water (SBCW) and pressurized CO2, has been used as media in process intensification. It has characteristic of having low or even zero toxicity. Hence it can simplify purification procedure. In this communication, development of technology applications of those green solvents, i.e. extraction, particle synthesis, and reaction engineering, is briefly presented. In general, studies show a positive utilization of green solvents of subcritical water and pressurized CO2. For example, in pectin extraction, yield up to 90% has been obtained when the combined solvent was used. In another application, hydrolysis using SBCW-CO2 as combined solvent has facilitated 100% conversion of pinene.Keywords: carbon dioxide; intensification process; subcritical water A B S T R A KGreen solvent, yakni pelarut yang ramah lingkungan dalam bentuk air subkritis (subcritical water, SBCW) dan CO2 bertekanan yang telah dikembangkan untuk media pemrosesan, sebagai salah satu upaya intensifikasi proses. Solven ini dikatakan ramah lingkungan karena tingkat toksisitas air subkritis maupun CO2 sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga mempersingkat prosedur purifikasi. Pada artikel pendek ini, pengembangan aplikasi teknologi tersebut diulas sebagai telaah (review) pendek dalam teknologi pemisahan (ekstraksi), sintesis partikel, dan rekayasa reaksi. Hasil-hasil studi pada umumnya memberi konfirmasi positif tentang potensi pemakaian dua fluida ramah lingkungan, yaitu SBCW dan CO2, dalam rekayasa proses. Sebagai contoh pada studi ekstraksi pektin, proses menggunakan green solvent berhasil mencapai yield hingga 90%. Hasil serupa dapat dilihat dari konversi pinene melalui proses hidrolisis hingga mencapai 100%.Kata kunci: air subkritis; karbon dioksida; intensifikasi proses
Pembuatan Glukosa dan Sukrosa dari Rumput Laut dengan Metode Hidrolisa Menggunakan Katalis SiO2 Fatma Putrinta Devi; Delfimelinda Nurul Riyadi; Firman Kurniawansyah; Himawan TBM Petrus; Widi Astuti; Achmad Roesyadi
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan 2020: Memberdayakan Riset dan Inovasi untuk Teknologi yang Berkelanjutan
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia berada pada posisi pertama eksportir rumput laut, Namun pada posisi ke-7 dari sisi harga. Karbohidrat pada rumput laut dihidrolisis dengan katalis asam akan menghasilkan sejumlah monosakarida. Dalam hal ini, katalis berperan penting untuk menghasilkan produk. Memproses dengan katalis asam homogen memiliki beberapa kekurangan, salah satunya ialah sulit dalam proses pemisahan antara katalis dan produk akhir. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan katalis heterogen yaitu silika (SiO2). Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pembuatan sukrosa dan glukosa yang terbentuk dari rumput laut dan mempelajari reaksi proses hidrolisa rumput laut dengan katalis heterogen. Metodologi yang digunakan yaitu hidrolisa untuk pembuatan sukrosa dan glukosa dengan variabel katalis SiO2 komersil sulfonat dan SiO2 geothermal sludge sulfonat. Hasil analisa XRD mendapatkan sudut difraksi pada katalis SiO2 komersil sulfonat bersifat amorf dan katalis SiO2 geothermal sludge (GS) sulfonat bersifat kristal. Glukosa yang dihasilkan pada reaksi hidrolisis katalitik dengan katalis SiO2 komersil sulfonat lebih besar yaitu sebesar 0,0143(b/b) dari variabel katalis yang lain. Dan memiliki kadar sukrosa lebih tinggi sebesar 1,5 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa katalis SiO2 komersil sulfonat merupakan katalis yang menghasilkan glukosa dan kadar sukrosa lebih banyak dibandingkan dengan katalis lainnya.
Hydrocracking of Coconut Oil over Ni-Fe/HZSM-5 Catalyst to Produce Hydrocarbon Biofuel Muhammad Al-Muttaqii; Firman Kurniawansyah; Danawati Hari Prajitno; Achmad Roesyadi
Indonesian Journal of Chemistry Vol 19, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.955 KB) | DOI: 10.22146/ijc.33590

Abstract

This present study was aimed to investigate the hydrocracking of coconut oil using Ni-Fe/HZSM-5 catalyst in a batch reactor at three reaction temperatures (350, 375, and 400 °C). The Ni-Fe/HZSM-5 catalyst was prepared by using incipient wetness impregnation. The Ni-Fe/HZSM-5 catalyst was characterized using XRD, BET, and SEM-EDX. From XRD results, the loading of Ni and Fe did not change the crystalline structure of HZSM-5 catalyst. The surface area of HZSM-5 was 425 m2/g and decreased after the addition of metals (Ni and Fe) into HZSM-5 support. These changes implied that Ni and Fe particles were successfully dispersed on the HZSM-5 surface and incorporated into HZSM-5 pore. The product of hydrocarbon biofuel was analyzed using GC-MS. The GC-MS results of hydrocarbon biofuel showed the highest compounds for n-paraffin and yield for gasoil was 39.24 and 18.4% at a temperature of 400 °C, respectively. The reaction temperature affected the yield and the composition of hydrocarbon biofuel. At this reaction temperature condition, decarboxylation and decarbonylation were favored; lead to the formation of n-alkanes with an odd number of carbon atoms chain length.
Pelatihan Pembuatan Produk Personal Care: Shower Gel dan Sabun Cair Bagi Masyarakat Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya Eva Oktavia Ningrum; Hikmatun Ni’mah; Ni Made Intan Putri Suari; Orchidea Rachmaniah; Yeni Rahmawati; Rizky Tetrisyanda; Siti Nurkhamidah; Donny Satria Bhuana; Firman Kurniawansyah; Kusdianto
Sewagati Vol 2 No 1 (2018)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.492 KB)

Abstract

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia memiliki keahlian yang mumpuni di masing-masing bidang ilmunya untuk membuat suatu produk industri. Sebagai sebuah institusi, terdapat kewajiban untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari di kampus kepada masyarakat sekitar secara nyata, salah satunya dengan aplikasi teknologi. Salah satu bidang yang bergerak pada inovasi teknologi adalah Jurusan Teknik Kimia. Ilmu teknik kimia mempelajari perubahan bahan baku menjadi produk yang mempunyai nilai tambah dengan menggunakan proses ekonomis, aman, dan bersih untuk lingkungan. Berdasarkan latar belakang ilmu teknik kimia, salah satu aplikasi teknologi yang dapat diberikan kepada masyarakat yaitu berupa proses pembuatan produk-produk personal care, seperti shower gel dan sabun cair. Oleh karena itu, pengabdian masyarakat ini akan memberikan pelatihan pembuatan sabun mandi khususnya sabun cair sehingga dapat membuka wawasan dan meningkatkan keterampilan masyarakat di daerah sekitar kampus ITS, yaitu masyarakat Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Dengan adanya keterampilan tersebut, maka diharapkan masyarakat Keputih memiliki wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan sabun mandi. Sehingga masyarakat Keputih yang tertarik untuk membuat usaha dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat sabun mandi khususnya sabun cair. Kegiatan pelatihan telah dilakukan di ruang pertemuan di Kantor Kelurahan Keputih Sukolilo Surabaya selama 1 hari, yaitu tanggal 9 September 2017. Peserta pelatihan terdiri dari ibu-ibu warga Keputih sebanyak 23 peserta. Dalam kegiatan pelatihan ini, selain diberikan materi mengenai shower gel dan proses pembuatannya juga dilakukan praktek langsung oleh para peserta.