Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Effect of Sodium Hydroxide (NaOH) in Bitumen Separation Process from Asbuton in Hot Wate Hamzah, Afan; Ferdiansyah, Dita Ahmeta; Nurkhamidah, Siti; Taufany, Fadlilatul; Susianto, Susianto
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.107 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1179

Abstract

Hot water process is one of methods to separate bitumen from asbuton. For increasing %recovery of bitumen, we can modify the hot water process by adding diesel oil, sodium hydroxida (NaOH) and Sodium Ligno Sulfonat (SLS) as surfactant. This research was foccusing on effect of the addition of NaOH concentration. This research used asbuton from Kabungka and carried out in two processes, digestion and sedimentation process. % recoverey decreases with the increasing of NaOH concentration. The highest % recovery is 92% when ratio of diesel oil:asbuton 60:40, 0,5%wt SLS concentation, 30%wt SLS-NaOH solution from total solution and 1%wt NaOH concentration.
Crude Distillation Unit (CDU) dari Kuwait Crude Oil Ryanda Luthfi Zaim; Wahyuni Eka Muqni; Siti Nurkhamidah; Yeni Rahmawati; Soejoto Gondo
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.435 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24542

Abstract

Kebutuhan Indonesia akan energi terus meningkat. Produksi energi dalam negeri jika dilihat dari kapasitas kilang yang tersedia tidak sebanding dengan konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dibangun sebuah pabrik untuk memenuhi kekurangan dari produksi energi tersebut. Pada perencanaan ini akan dibangun pabrik crude distillation unit (CDU) dengan kapasitas 300000 barrel per hari. Prinsip kerja dari CDU adalah proses pemisahan berdasarkan titik didih komponen-komponennya pada tekanan atmosferik. Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah Kuwait crude oil. Kuwait crude oil merupakan salah satu Negara dengan jumlah minyak mentah (crude oil) terbesar didunia serta memiliki jumlah ekspor sebesar 50% dari total produksi. Produk yang dihasilkan dari pabrik CDU berupa naphtha (overhead product), kerosene, light gas oil, heavy gas oil dan long residu. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari segi teknis berupa kapasitas produksi, umur pabrik dan perencanaan produksi serta dari ekonomi berupa IRR sebesar 9%, POT selama 10,2 tahun dan BEP sebesar 75% maka diperoleh hasil bahwa pabrik CDU layak didirikan.
Studi Proses Pemisahan Bitumen dari Asbuton dengan Proses Hot Water Menggunakan Bahan Pelarut Kerosin dan Larutan Surfaktan Mochamad Sidiq; Surya Rachmadani; Ali Altway; Siti Nurkhamidah
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.254 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3567

Abstract

Penelitian ini merupakan studi proses pemisahan bitumen dari asbuton dengan proses hot water menggunakan bahan pelarut kerosin dan larutan surfaktan. Asbuton adalah aspal alam yang terdeposit dalam batuan dengan kadar bitumen antara 15-30% yang terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara dengan jumlah deposit aspal sebesar 677juta ton. Bitumen dapat digunakan sebagai campuran aspal minyak untuk pembangunan dan pemeliharaan sarana infrastruktur berupa jalan raya. Salah satu cara pemisahan bitumen dari mineral adalah dengan proses hot water menggunakan bahan pelarut kerosin dan larutan surfaktan. Sistem yang ditinjau dalam penelitian ini adalah tangki berpengaduk berbentuk silinder dengan kapasitar 2000cm2. Dalam penelitian ini akan ditinjau pengaruh dari penambahan ratio larutan surfaktan/asbuton dan penambahan kerosin terhadap %recovery bitumen. Proses ekstraksi dilakukan selama 20 menit dengan suhu proses 90oC dan kecepatan putar pengaduk 1500 rpm. Hasil proses ini akan terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan atas terdiri dari larutan bitumen (kerosin dan bitumen), lapisan tengah terdiri dari air, larutan surfaktan dan mineral murni yang terpisah, dan lapisan bawah terdiri dari asbuton yang tidak terekstrak, kerosin dan sedikit air. Lapisan paling atas di ambil dan dilakukan analisa densitasnya untuk diketahui konsentrasi bitumennya. Sehingga dapat dihitung %recovery bitumen yang dihasilkan. Lapisan paling atas dipisahkan dan dianalisa konsentrasi bitumennya dengan mengukur densitasnya. Dari hasil eksperimen diperoleh kesimpulan bahwa (%) recovery bitumen tertinggi adalah pada penambahan kerosin 50% dan 0,1% konsentrasi larutan surfaktan 35 % sebesar 80,797%.
Studi Pemilihan Proses Pabrik Poly-L-Lactic Acid (PLLA) dari Tetes Tebu Bertiningrum Cintya Devi; Bagus Arief Febriansyah; Siti Nurkhamidah; Yeni Rahmawati
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.46456

Abstract

Poly-L-Lactic Acid atau disingkat PLLA merupakan termoplastik biodegradable turunan dari sumber daya terbarukan. Kebutuhan dunia akan plastik yang terus meningkat diiringi dengan pencemaran lingkungan akan plastik yang juga terus meningkat, membuat PLLA menjadi alternatif baik pengganti plastik non-degradable seperti PET, PP dan PS. Selain membantu mengurangi pencemaran lingkungan, PLLA dapat membantu mengurangi penggunaan sumber daya fosil serta mengurangi emisi CO2 secara bersamaan. Proses pembuatan PLLA melalui beberapa tahap proses meliputi proses pembentukan asam laktat melalui proses fermentasi, proses pemurnian asam laktat melalui proses distilasi reaktif, dan proses polimerisasi melalui proses ring-opening polymerization. Proses pembentukan asam laktat dilakukan dengan proses fermentasi dalam fermentor secara batch menggunakan bakteri Lactobacillus delbrueckii pada kondisi suhu 42oC, tekanan atmosfir, dan pH 6,9. Asam laktat yang terbentuk dimurnikan hingga 99% dalam kolom distilasi reaktif. Asam laktat 99% kemudian dipolimerisasi terlebih dahulu menjadi prepolymer yaitu polimer dengan berat molekul rendah pada suhu 180oC dan tekanan atmosfir. Prepolymer yang terbentuk dipecah menjadi monomer siklik lactide. Monomer lactide kemudian dipolimerisasi dengan membuka cincin siklik lactide menjadi polimer PLLA dengan berat molekul (Mw) yang tinggi sebesar 220.000.
Pra Desain Pabrik Poly-L-Lactic Acid dari Tetes Tebu Eriska Wahyu Kusuma; Ayu Larasati; Siti Nurkhamidah; Ali Altway
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.492 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.46997

Abstract

Poly-L-Lactic Acid atau disingkat PLLA merupakan termoplastik biodegradable turunan dari sumber daya terbarukan. Kebutuhan dunia akan plastik yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh plastik. Hal ini membuat PLLA menjadi alternatif pengganti plastik petroleum-based untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan bioplastik dalam negeri dan adanya peluang ekspor yang masih terbuka, maka dirancang pabrik PLLA dengan kapasitas 20.000 ton/tahun dengan memanfaatkan limbah tetes tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula sebagai bahan baku. Pabrik direncanakan berdiri pada tahun 2020 di Lampung Tengah, Sumatera Selatan.  Proses pembuatan PLLA dilakukan melalui tiga tahap, yakni proses produksi asam laktat, pemurnian asam laktat, dan polimerisasi asam laktat. Tahap produksi asam laktat dilakukan dengan proses fermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. delbrueckii selama 26 jam pada kondisi 42oC, tekanan atmosfir, dan pH 6,9. Tahap pemurnian dilakukan hingga asam laktat mencapai kemurnian 99% dalam kolom distilasi reaktif. Tahap polimerisasi asam laktat dilakukan dengan metode ring-opening-polymerization. Untuk mendirikan pabrik PLLA dari limbah tetes tebu ini diperlukan modal tetap (FCI) sebesar Rp 926.811.877.912,00 dan modal kerja (WCI) sebesar 92.681,187.791,00. Dari perhitungan analisa ekonomi didapatkan nilai Pay Out Time (POT) 5,13 tahun dengan Break Event Point (BEP) sebesar 45,6% dan Internal Rate of Returm (IRR) sebesar 13,19%.
Pra Desain Pabrik Triple Superphosphate (TSP) dari Batuan Fosfat Imanuel Berin; Naufal Ahmad Murtadho; Siti Nurkhamidah; Fadlilatul Taufany
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.54802

Abstract

Fosfat adalah salah satu unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh semua jenis tanaman untuk memacu perkembangan akar, batang, bunga, dan buah menjadi lebih cepat. Kekurangan fosfat dapat menyebabkan tanaman akan tumbuh kerdil, daun berwarna hijau tua, anakan sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan buah. Pupuk TSP (Triple Superposphate) merupakan jenis pupuk anorganik multi-komponen yang memiliki kandungan komponen hara N atau P secara parsial yang lebih besar jika dibanding dengan pupuk NPK. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat pupuk TSP ini adalah batuan fosfat. Pemilihan proses untuk memproduksi pupuk TSP perlu dianalisis agar produksi yang dihasilkan lebih optimal. Pupuk TSP dapat diprodiksi melalui dua macam proses, yaitu proses Odda dan Dorr-Oliver. Pada proses Odda, digunakan bahan baku berupa batuan fosfat dan asam nitrat atau asam klorida. Sedangkan pada proses Dorr-Oliver, digunakan bahan baku berupa batuan fosfat dan asam fosfat. Dari studi yang telah dilakukan, proses Odda lebih dipilih karena ditinjau dari aspek bahan baku, konversi, kondisi operasi, dan ekonomi, proses Odda lebih baik daripada proses Dorr-Oliver. Dengan desain umur pabrik selama 30 tahun, didapatkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 18.6% yang dimana nilainya lebih besar dari bunga pinjaman bank sebesar 9.18%. Kemudian didapatkan Pay Out Time (POT) sebesar 5.1 tahun dan Break Even Point (BEP) sebesar 26%.
Pra Desain Pabrik Dimetil Eter (DME) dari Gas Alam Menggunakan Metode Indirect Process Luthfi Kurnia 'Arifushidqi; Ibrohim Muhammad; Yeni Rahmawati; Siti Nurkhamidah
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.62265

Abstract

Tingginya kebutuhan energi dan pentingnya pengembangan bahan bakar alternatif menjadi latar belakang utama pendirian industri DME ini. Didukung dengan ketersediaan bahan baku gas alam di Indonesia yang cukup untuk memproduksi DME sebagai bahan bakar alternatif. Dengan kondisi demikian maka industri DME di Indonesia memiliki prospek positif kedepannya. Bahan baku utama dalam proses pembuatan DME yaitu gas alam yang memiliki komposisi sebesar 80,27% hidrokarbon, 19,39% CO2, dan sisanya N2. Adapun bahan baku tambahan berupa steam, oksigen, dan recycle CO2 yang merupakan byproduct dari tiap proses. Kapasitas produksi DME direncanakan sebesar 210.000 ton/tahun. Perencanaan ini berdasarkan rencana pemerintah, jumlah produksi, konsumsi, ekspor, dan impor LPG yang diproyeksikan pada tahun 2024. Dalam pemenuhan kapasitas tahunan, pabrik akan beroperasi kontinyu 24 jam per hari selama 330 hari. Untuk memproduksi DME tersebut diperlukan bahan baku gas alam sebesar 746.111 ton/tahun. Proses pembuatan DME menggunakan indirect process dapat diuraikan menjadi beberapa tahapan proses, yaitu proses primary reforming, secondary reforming, methanol synthesis, methanol purification, DME synthesis, dan DME purification. Dari perhitungan analisa ekonomi, dengan harga jual DME sebesar $550 per ton. Adapun diperoleh Internal Rate Return (IRR) sebesar 17,10%. Dengan IRR tersebut mengindikasikan bahwa pabrik layak untuk didirikan dengan suku bunga 9,75% dan waktu pengembalian modal (pay out period) selama 5,9 tahun. Perhitungan analisa ekonomi didasarkan pada discounted cash flow. Modal untuk pendirian pabrik menggunakan rasio 30% modal sendiri dan 70% modal pinjaman. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik adalah sebesar Rp1.734.605.045.072. Sedangkan Break Event Point (BEP) yang diperoleh adalah sebesar 42,39%.
Pra Desain Pabrik Pembuatan Garam Industri Soda Kaustik dari Garam Rakyat Ainun Fitrayawati; Yeni Rahmawati; Nurdin Amin; Siti Nurkhamidah
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.69246

Abstract

Garam merupakan salah satu bahan kimia yang dimanfaatkan untuk memenuhi konsumsi manusia dan industri dalam sehari-hari. Berdasarkan pemanfaatannya, garam dibagi menjadi 2 kelompok yaitu garam konsumsi memiliki kadar NaCl minimal 94% dan garam industri memiliki kadar NaCl diatas 96%. Adapun penyusun terbesar garam adalah Natrium Klorida (NaCl) dengan zat-zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO4, MgCl2 dan lain-lain. Garam industri merupakan garam yang digunakan sebagai bahan baku utama maupun tambahan untuk kebutuhan industri baik di sektor petrokimia, farmasi, dan sebagainya dimana besarnya kebutuhan garam industri di Indonesia belum diimbangi dengan produksi garam industri nasional, sehingga Indonesia setiap tahun harus mengimpor garam industri yang berdampak pada peningkatan anggaran impor pemerintah. Berdasarkan perhitungan proyeksi data impor, ekspor, konsumsi dan produksi diperoleh jumlah kebutuhan garam industri di Indonesia pada tahun 2024 sebesar 1,2 milyar ton. Dalam upaya mengurangi ketergantungan impor garam industri, pra desain pabrik garam industry khususnya untuk industry soda kaustik direncanakan mulai beroperasi tahun 2024 dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 ton/tahun untuk memenuhi 12,23% kebutuhan garam industri di Indonesia. Lokasi pendirian pabrik direncanakan di Desa Randal Kumalas, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini berdasarkan tingginya ketersediaan bahan baku berupa garam rakyat di Kabupaten Sampang. Proses yang dipilih dalam pembuatan garam industri soda kaustik dari garam rakyat adalah pencucian dengan brine (washing) yang terdiri dari empat tahapan proses, yaitu Pre-Treatment bahan baku, Washing and Filtration, Drying and Packing Product, serta Brine Preparation. Dari perhitungan analisa ekonomi didapatkan IRR sebesar 13,64%, POT selama 2,9 tahun dan BEP sebesar 51%.
Synthesis of Polymeric Membrane for Desalination Process I Made Pendi Adi Merta; Deffry Danius Dwi Putra; Siti Nurkhamidah; Fadlilatul Taufany; Yeni Rahmawati
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1160

Abstract

Cellulose acetate/polyethylene glycol 200 (CA/PEG) membrane with ration 80/20 (wt%) was modified with varying amount of silica in many concentration (1-5% w/v). CA/PEG-200 membranes were characterized for their hydrophilicity, functional groups and permeation properties. The increasing of CA at CA/PEG membrane make membrane more dense and hydrophilicity of membrane decreases. Membrane hydrophilicity, permeate flux, permeability, and salt rejection increase with the increasing of silica concentration in CA/PEG membrane. The experiment results show that the highest salt rejection was obtained when 5% silica was added into CA/PEG (80/20) membrane.
Pra Desain Pabrik Garam Farmasi dari Air Laut dengan Metode Reverse Osmosis Gabriella Putri Bonita; Ayu Cahyarani Heksa; Siti Nurkhamidah; Yeni Rahmawati
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.97466

Abstract

Garam merupakan istilah umum yang digunakan untuk senyawa kimia bernama Natrium Chlorida (NaCl). Garam banyak diperlukan dalam beberapa industri, diantaranya untuk pengawetan dan campuran bahan kimia. Selain itu, garam juga penting bagi konsumsi. Salah satu garam yang masih diimpor oleh Indonesia adalah garam farmasi. Saat ini, industri farmasi Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor, dimana hampir 95% bahan baku obat (BBO) yang diperlukan masih diimpor. Garam farmasi merupakan garam yang memiliki kualitas yang paling tinggi dengan kadar NaCl > 99,8%. Dalam industri farmasi, garam farmasi digunakan sebagai bahan baku untuk sediaan infus, produksi tablet, pelarut vaksin, sirup, oralit, cairan pencuci darah, minuman kesehatan, dan lain-lain. Pabrik direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2026 dengan kapasitas produksi sebesar 4.500 ton/tahun. Lokasi pendirian pabrik garam farmasi ini direncanakan di Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Kabupaten ini dipilih karena memiliki ketersediaan bahan baku seluas 673,8 km2. Dalam pemenuhan kapasitas tahunan, pabrik akan beroperasi kontinyu 24 jam per hari selama 330 hari dan bahan baku sebesar 57.200,726 kg/jam, dapat dihasilkan produk garam farmasi sebesar 568 kg/jam. Untuk dapat mendirikan pabrik dengan kapasitas 4.500 ton/tahun diperlukan total modal investasi sebesar Rp 156,282,972,947.92 dan total biaya produksi (tanpa depresiasi) sebesar Rp 41,813,138,203.84 dengan estimasi hasil penjualan sebesar Rp 90,000,000,000.00 dengan estimasi umur pabrik 10 tahun, dapat diketahui internal rate of return (IRR) sebesar 16,68%, pay out time (POT) 3,1 tahun, dan break even point (BEP) sebesar 30,46%.