Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Ecolab

KAJIAN BAKU MUTU LOGAM BERAT DI UDARA AMBIEN SEBAGAI BAHAN MASUKAN LAMPIRAN PP 41/1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA Rita Mukhtar; Susy Lahtiani; Esrom Hamonangan Panjaitan; Hari Wahyudi; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani
Jurnal Ecolab Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2014.8.1.32-42

Abstract

Logam berat yang terkandung di dalam udara ambien khususnya partikulat udara PM2.5 dapat membahayakan manusia karena ukuran PM2.5 memungkinkannya untuk berpenetrasi menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovascular bahkan kematian. Dalam PP No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara telah tercantum baku mutu logam berat di udara ambien namun baru terbatas pada logam timbal (Pb) sedangkan logam berbahaya lainnya seperti arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), kromium (Cr), mangan (Mn), dan nikel (Ni) belum diatur dalam PP tersebut. Sehingga perlu dilakukan kajian logam berat dalam partikulat udara ambien PM2.5 sebagai bahan dasar ilmiah dalam rangka revisi Lampiran PP 41/199 tersebut. Selain itu, nilai baku mutu yang telah diatur dalam PP tersebut perlu ditinjau kembali untuk melihat kesesuaiannya dengan kondisi lingkungan atau udara ambien saat ini. Adapun usulan yang disampaikan dalam rangka revisi Lampiran PP 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara adalah parameter logam berat yang berada pada partikulat udara ukuran TSP dan PM2.5 yaitu baku mutu Pb pada TSP diperketat menjadi 0.5 μg/m3 untuk tahunan dan 1 μg/m3 untuk waktu 24 jam, sedangkan baku mutu Pb pada PM2.5 adalah 0.25 μg/m3 untuk tahunan dan 0.5 μg/m3 untuk 24 jam; As pada TSP 0.006 μg/m3 untuk tahunan dan 0.3μg /m3 untuk 24 jam, As pada PM2.5 0.00006 μg/m3 untuk tahunan dan 0.0125 μg/m3 untuk 24 jam; Cd pada TSP tahunan 0.005 μg/m3 dan 2 μg/m3 pada 24 jam, Cd pada PM2.5 0.00005 μg/m3 pada tahunan dan 0.02 μg/m3 untuk 24 jam; Hg pada TSP tahunan 1 μg/m3 dan 0.5 μg/m3 untuk 24 jam, dan Hg pada PM2.5 tahunan 0.005 μg/m3 dan 0.01 μg/m3 untuk 24 jam. Cr pada TSP tahunan 0.01 μg/m3 dan 1.5 μg/m3 untuk 24 jam, dan Cr pada PM2.5 tahunan 0.0001 μg/m3 dan 0.005 μg/m3 untuk 24 jam; Mn pada TSP tahunan 0.15 μg/m3 dan 2.5 μg/m3 untuk 24 jam, dan Mn pada PM2.5 tahunan 0.00015 μg/m3 dan 0.0078 μg/m3 untuk 24 jam; Ni pada TSP tahunan 0.02 μg/m3 dan 2 μg/m3 untuk 24 jam dan Ni pada PM2.5 tahunan 0.0002 μg/m3 dan 0.015 μg/m3 untuk 24 jam.
KUALITAS UDARA (PM10 DAN PM2.5) UNTUK MELENGKAPI KAJIAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Rita Rita; Diah Dwiana Lestiani; Esrom Hamonangan Panjaitan; Muhayatun Santoso; Hernani Yulinawati
Jurnal Ecolab Vol 10, No 1 (2016): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.115 KB) | DOI: 10.20886/jklh.2016.10.1.1-7

Abstract

Penentuan kualitas udara ambien dengan parameter PM10 dan PM2.5 menggunakan Gent Stacked Filter Unit Sampler dapat diterapkan dalam melengkapi parameter untuk perhitungan kualitas udara yang merupakan bagian dari perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). IKLH merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu. Pada rumusan IKLH yang dipublikasikan oleh KLH sejak tahun 2009-2014, parameter yang digunakan untuk kualitas udara hanya SO2 dan NO2. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi parameter kualitas udara yang digunakan untuk perhitungan IKLH dengan menambahkan parameter PM10 dan PM2.5. Idealnya ada 5 parameter yaitu SO2, NO2, PM10, PM2.5, dan O3 yang mewakili perhitungan kualitas udara untuk IKLH. PM10 dan PM2.5 merupakan pencemar utama yang memberi dampak besar terhadap kesehatan manusia. WHO menetapkan nilai baku mutu tahunan 20μg/m3 untuk PM10 dan 10μg/m3 untuk PM2.5. Dengan data PM10 dan PM2.5 dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi parameter Indeks Kualitas Udara (IKU) dalam kajian IKLH mendatang. Penelitian ini menunjukkan hasil simulasi perhitungan menggunakan AQI calculator di Provinsi Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali diperoleh kriteria “baik” bila hanya dengan parameter SO2 dan NO2. Namun bila ditambahkan parameter PM10 dan PM2.5 di keempat lokasi tersebut kriterianya menjadi “sedang”, kecuali Bali kriterianya tetap “baik”. Hal ini menunjukkan bahwa PM10 dan PM2.5 merupakan parameter sensitif yang berperan dalam menentukan kriteria kualitas udara. Diharapkan dengan memasukkan parameter PM10 dan PM2.5 dapat diperoleh hasil IKU yang mendekati kondisi sebenarnya.
PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER Rita Mukhtar; Isa Ansyori; Esrom Hamonangan; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani
Jurnal Ecolab Vol 9, No 1 (2015): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1648.838 KB) | DOI: 10.20886/jklh.2015.9.1.17-25

Abstract

Pengambilan contoh uji partikulat di udara ambien dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berbeda yaitu High Volume Air Sampler (HVAS) dan Gent Stacked Filter Unit Sampler. Untuk mengetahui hasil dari kedua metode sampling tersebut, Pusarpedal melakukan pengambilan contoh uji menggunakan kedua alat tersebut dan mengukur parameter logam berat timbal (Pb) sesuai yang tercantum di dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio atau perbandingan konsentrasi Pb yang didapat dari alat HVAS dan Gent stacked filter unit sampler. Contoh uji Total Suspended Particulate (TSP) yang didapat dari alat HVAS merupakan partikel yang berada pada ukuran 0-100μm, dan analisis kandungan logam timbal (Pb) dalam sampel ini dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Sedangkan pada alat Gent Stacked Filter Unit Sampler ukuran partikel yang diperoleh adalah dua jenis partikel yang berukuran 0-2,5μm atau PM2.5 dan ukuran partikel 2,5-10μm atau PM2.5-10. Analisis Pb pada sampel ini dilakukan menggunakan Particle Induced X-ray Emission (PIXE). Hasil pengukuran yang dilakukan pada rentang waktu 25 Agustus sampai 25 September 2008 menunjukkan konsentrasi Pb pada PM2,5-10 memiliki korelasi yang cukup kuat atau mempunyai pola kecenderungan yang sama terhadap konsentrasi Pb di TSP dengan nilai R2 sekitar 0,7.
KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA Rita Mukhtar; Hari Wahyudi; Esrom Hamonangan Panjaitan; Susy Lahtiani; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani; Syukria Kurniawati
Jurnal Ecolab Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2013.7.2.49-59

Abstract

Pencemaran udara terutama di kota-kota besar (ibukota provinsi) telah menjadi salah satu masalah yang serius. Kontribusi pencemar terbesar berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, industri, pembangkit listrik, dan kegiatan rumah tangga. Bahan pencemar udara yang ditimbulkan dapat berupa gas maupun partikulat debu. Di Indonesia, saat ini belum tersedia data series khususnya data logam berat di udara ambien. PUSARPEDAL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melakukan pemantauan bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dalam rangka pemanfaatan iptek nuklir untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengambilan contoh uji menggunakan alat Gent Staked Filter Unit sampler seminggu sekali pada tahun 2012 pada 10 kota di Indonesia. Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan Energy Dispersive X-Ray Fluorescence (ED-XRF). Kisaran kadar unsur (ng/m3) Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, dan Pb, secara berurut adalah; 1,90 – 667; 1,33 – 786; 0,13 – 1020; 0,2 – 744; 2,54 – 1397; 3,7 – 640; 0,48 – 381; 1,3 – 7,2 ; 0,02 – 22,5; 1,94 – 1561; 0,018 – 18,52; 0,26 – 13; 0,05 – 18,79; 2,9 – 913; 0,2 – 2664,2
KANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA AMBIEN DI DAERAH SERPONG - TANGERANG Rita Mukhtar; Esrom Hamonangan Panjaitan; Hari Wahyudi; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani
Jurnal Ecolab Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2012.6.1.1-11

Abstract

Black carbon (BC) merupakan bentuk impuritas dari karbon hasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil atau pembakaran biomassa. Black carbon memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan iklim melalui sifatnya yang mampu menyerap sinar matahari karena merupakan gas rumah kaca. Sumber utama BC yaitu sumber antropogenik, termasuk pembakaran biomas pembakaran tidak sempurna, kendaraan bermotor khususnya diesel serta sumber industri seperti pembakaran batu bara. Konsentrasi BC pada partikulat halus yang berukuran kurang dari 2,5 μm (PM2,5) lebih dari 10% partikulat udara halus sehingga sangat penting dilakukan penentuan secara tepat. Pada penelitian ini, metode penentuan BC pada partikulat udara halus (PM2,5) dan partikulat udara kasar (PM2.5-10) berdasarkan metode reflektansi menggunakan alat EEL Smoke Stain Reflectometer. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Gent Stacked Filter Unit sampler, lima kali seminggu di empat lokasi di daerah Serpong pada tahun 2008 yaitu di Batan Indah, BSD, Setu, dan Pusarpedal serta pada tahun 2009 di daerah Tangerang, yaitu di Curug, Jatiuwung, Islamic Village Lippo Karawaci, dan Cikupa. Hasil penentuan konsentrasi BC di daerah Serpong pada partikulat udara halus berkisar antara 2,31-3,76 μg/m3, sedangkan pada partikulat udara kasar berkisar antara 0,72-1,54 μg/m3. Rasio konsentrasi BC terhadap konsentrasi massa PM2.5 untuk daerah Serpong berkisar antara 13-20%, sedangkan rasio BC terhadap konsentrasi massa pada partikulat udara kasar sekitar 3-5%. Jika dibandingkan konsentrasi BC di partikulat udara halus dan kasar maka BC terkonsentrasi dominan pada partikulat udara halus, hal ini disebabkan karena BC umumnya berasal dari sumber antropogenik/aktivitas manusia yang partikel berukuran kurang dari 2,5 um. Konsentrasi BC di Serpong dan Tangerang masih dalam level yang sama dengan BC di Bandung dan Lembang. Perbandingan rasio BC di Serpong terhadap partikulat massa dengan beberapa negara lain di Asia yang menggunakan metoda dan formula yang sama, hal ini dilakukan untuk mengetahui distribusi tingkat pencemaran BC di Asia masih berada dibawah BC di negara-negara lain