Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KARAKTERISASI UNSUR PM 2,5 PADA PERIODE KEBAKARAN HUTAN DI PEKANBARU DENGAN TEKNIK ANALISIS AKTIVASI NEUTRON Indah Kusmartini; Natalia Adventini; Dyah Kumala Sari; Syukria Kurniawati; Diah Dwiana Lestiani; Muhayatun Santoso
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 20, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.041 KB) | DOI: 10.17146/jstni.2019.1.1.4655

Abstract

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Untuk mengetahui dampak kualitas udara akibat kebakaran hutan, telah dilakukan karakterisasi dan evaluasi cuplikan partikulat udara yang dikumpulkan pada periode terjadinya kebakaran hutan di Pekanbaru. Karakterisasi cuplikan telah dilakukan dengan metode AAN yang memiliki beberapa kelebihan antara lain sensitivitas tinggi, multiunsur dan limit deteksi yang rendah. Validasi metode dilakukan pengujian terhadap cuplikan bahan acuan SRM NIST 1648a Urban Particulate Matter. Konsentrasi massa saat terjadi kebakaran hutan di Pekanbaru terdeteksi 5 hingga 7 kali lebih tinggi dari kondisi normal. Hasil karakterisasi cuplikan telah terkuantifikasi 15 unsur (Al, Ca, Ti, Cl, Mn, As, Br, Na, K, As, Fe, Zn, Cr, Co, Sb). Output dari kegiatan ini diharapkan dapat menggambarkan unsur utama yang menjadi indikator sumber pencemar yang selanjutnya dapat digunakan sebagai early warning dalam mengantisipasi bencana kebakaran hutan. Selain itu evaluasi unsur karsinogenik dan non-karsinogenik dapat menunjukkan resiko kesehatan masyarakat di sekitar lokasi kebakaran hutan yang secara tidak langsung dapat terpapar oleh emisi sumber partikulat udara.
Analytical Capabilities of EDXRF for Determination of Rare Earth Elements Syukria Kurniawati; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani; Natalia Adventini; Woro Yatu Niken Syahfitri
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 22, No 1 (2021): February 2021
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jstni.2021.22.1.5815

Abstract

Rare earth elements (REE) are present in the lanthanide range and are widely used in high-tech and clean technology applications that are predicted to grow significantly in the coming decades. Therefore, there will be a high demand for REE in the future that will impact the needs for development of sensitive and selective methods for determination of REEs such as X-Ray Fluorescence (XRF). Reliability of REEs analysis results depend on analytical capability of XRF instrument’s performance. Analytical capability shows the ability of the instrument to perform sample analysis with high accuracy and precision and proven by validation so that the results obtained are reliable. The aim of this study is to assess the analytical capability of XRF for REEs analysis in samples particularly Lanthanum (La), Cerium (Ce), Neodymium (Nd), Samarium (Sm) and Yttrium (Y), by performing method validation of energy dispersive x-ray spectrometers (ED-XRF). Four measurement conditions that covered the selected elements were defined. Accuracy, precision and detection limits determination were performed by measuring the CRM In House Monazite Sand. The yield of the selected element corresponds to its certified value, with a %recovery between 95.99 to 103.1%. The %RSD values ranging from 0.59 to 5.19%. The detection limits (LLD) of ED-XRF ranged from 8.78 to 67.4 ppm. The results showed the good analytical capability of ED-XRF method for REEs analysis.
Personal Exposure of Traffic Policeman to Particulate Matter in Jakarta: Distribution of Size, Chemical Composition, and Work Time Doni Hikmat Ramdhan; Eka Fitriani Ahmad; Fitri Kurniasari; Zuly Prima Rizky; Hardy Atmajaya; Muhayatun Santoso
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 14, No 2 (2019): Volume 14, Issue 2, November 2019
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.216 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v14i2.3165

Abstract

Particulate matter (PM) is an air pollutant that has an impact on public health, especially in an urban area. The objective of this study was to analyze the personal concentration of PM2.5 and its composition among police working in the roadside area in Jakarta. PM measurement has done to the policeman that controlled traffic on four near highway locations in Jakarta. Sioutas impactor, Leland Legacy personal pump, and quartz fiber filter were chosen to measure the fine particles. Each PM was measured for 8-hour period. PM concentration was analyzed by the gravimetric method while tracing element and black carbon in PM0.25 by energy dispersive X-ray fluorescence (EDXRF) and EEL Smoke Stain Reflectometer. As a result, near highway PM2.5 concentration in Jakarta during weekdays and weekends measurement are 92.18 ± 10.66 μg/m3, and 78.09 ± 11.61 μg/m3. S, K, Fe, Ca, Zn, and Pb are major elements found in all locations. The black carbon concentration in all location was 17 ± 5.7 μg/m3. A high concentration of fine particles, a traffic-related trace element in PM0.25, and black carbon are showed that traffic-related source is the major contributor to a high level of fine particulate matter at near highway locations in Jakarta. The weekday's concentration of PM2.5 and PM0.25 among Jakarta Policemen was higher than in the weekend concentration. A particle with size of less than 0.25 µm dominated the fine particles concentration. Further researcher is expected to see the difference in the effects of traffic-related particulate matter exposure between traffic policeman and police who work at office.
KAJIAN BAKU MUTU LOGAM BERAT DI UDARA AMBIEN SEBAGAI BAHAN MASUKAN LAMPIRAN PP 41/1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA Rita Mukhtar; Susy Lahtiani; Esrom Hamonangan Panjaitan; Hari Wahyudi; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani
Jurnal Ecolab Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2014.8.1.32-42

Abstract

Logam berat yang terkandung di dalam udara ambien khususnya partikulat udara PM2.5 dapat membahayakan manusia karena ukuran PM2.5 memungkinkannya untuk berpenetrasi menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovascular bahkan kematian. Dalam PP No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara telah tercantum baku mutu logam berat di udara ambien namun baru terbatas pada logam timbal (Pb) sedangkan logam berbahaya lainnya seperti arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), kromium (Cr), mangan (Mn), dan nikel (Ni) belum diatur dalam PP tersebut. Sehingga perlu dilakukan kajian logam berat dalam partikulat udara ambien PM2.5 sebagai bahan dasar ilmiah dalam rangka revisi Lampiran PP 41/199 tersebut. Selain itu, nilai baku mutu yang telah diatur dalam PP tersebut perlu ditinjau kembali untuk melihat kesesuaiannya dengan kondisi lingkungan atau udara ambien saat ini. Adapun usulan yang disampaikan dalam rangka revisi Lampiran PP 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara adalah parameter logam berat yang berada pada partikulat udara ukuran TSP dan PM2.5 yaitu baku mutu Pb pada TSP diperketat menjadi 0.5 μg/m3 untuk tahunan dan 1 μg/m3 untuk waktu 24 jam, sedangkan baku mutu Pb pada PM2.5 adalah 0.25 μg/m3 untuk tahunan dan 0.5 μg/m3 untuk 24 jam; As pada TSP 0.006 μg/m3 untuk tahunan dan 0.3μg /m3 untuk 24 jam, As pada PM2.5 0.00006 μg/m3 untuk tahunan dan 0.0125 μg/m3 untuk 24 jam; Cd pada TSP tahunan 0.005 μg/m3 dan 2 μg/m3 pada 24 jam, Cd pada PM2.5 0.00005 μg/m3 pada tahunan dan 0.02 μg/m3 untuk 24 jam; Hg pada TSP tahunan 1 μg/m3 dan 0.5 μg/m3 untuk 24 jam, dan Hg pada PM2.5 tahunan 0.005 μg/m3 dan 0.01 μg/m3 untuk 24 jam. Cr pada TSP tahunan 0.01 μg/m3 dan 1.5 μg/m3 untuk 24 jam, dan Cr pada PM2.5 tahunan 0.0001 μg/m3 dan 0.005 μg/m3 untuk 24 jam; Mn pada TSP tahunan 0.15 μg/m3 dan 2.5 μg/m3 untuk 24 jam, dan Mn pada PM2.5 tahunan 0.00015 μg/m3 dan 0.0078 μg/m3 untuk 24 jam; Ni pada TSP tahunan 0.02 μg/m3 dan 2 μg/m3 untuk 24 jam dan Ni pada PM2.5 tahunan 0.0002 μg/m3 dan 0.015 μg/m3 untuk 24 jam.
KUALITAS UDARA (PM10 DAN PM2.5) UNTUK MELENGKAPI KAJIAN INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Rita Rita; Diah Dwiana Lestiani; Esrom Hamonangan Panjaitan; Muhayatun Santoso; Hernani Yulinawati
Jurnal Ecolab Vol 10, No 1 (2016): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.115 KB) | DOI: 10.20886/jklh.2016.10.1.1-7

Abstract

Penentuan kualitas udara ambien dengan parameter PM10 dan PM2.5 menggunakan Gent Stacked Filter Unit Sampler dapat diterapkan dalam melengkapi parameter untuk perhitungan kualitas udara yang merupakan bagian dari perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). IKLH merupakan gambaran atau indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu. Pada rumusan IKLH yang dipublikasikan oleh KLH sejak tahun 2009-2014, parameter yang digunakan untuk kualitas udara hanya SO2 dan NO2. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi parameter kualitas udara yang digunakan untuk perhitungan IKLH dengan menambahkan parameter PM10 dan PM2.5. Idealnya ada 5 parameter yaitu SO2, NO2, PM10, PM2.5, dan O3 yang mewakili perhitungan kualitas udara untuk IKLH. PM10 dan PM2.5 merupakan pencemar utama yang memberi dampak besar terhadap kesehatan manusia. WHO menetapkan nilai baku mutu tahunan 20μg/m3 untuk PM10 dan 10μg/m3 untuk PM2.5. Dengan data PM10 dan PM2.5 dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi parameter Indeks Kualitas Udara (IKU) dalam kajian IKLH mendatang. Penelitian ini menunjukkan hasil simulasi perhitungan menggunakan AQI calculator di Provinsi Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali diperoleh kriteria “baik” bila hanya dengan parameter SO2 dan NO2. Namun bila ditambahkan parameter PM10 dan PM2.5 di keempat lokasi tersebut kriterianya menjadi “sedang”, kecuali Bali kriterianya tetap “baik”. Hal ini menunjukkan bahwa PM10 dan PM2.5 merupakan parameter sensitif yang berperan dalam menentukan kriteria kualitas udara. Diharapkan dengan memasukkan parameter PM10 dan PM2.5 dapat diperoleh hasil IKU yang mendekati kondisi sebenarnya.
PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER Rita Mukhtar; Isa Ansyori; Esrom Hamonangan; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani
Jurnal Ecolab Vol 9, No 1 (2015): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1648.838 KB) | DOI: 10.20886/jklh.2015.9.1.17-25

Abstract

Pengambilan contoh uji partikulat di udara ambien dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berbeda yaitu High Volume Air Sampler (HVAS) dan Gent Stacked Filter Unit Sampler. Untuk mengetahui hasil dari kedua metode sampling tersebut, Pusarpedal melakukan pengambilan contoh uji menggunakan kedua alat tersebut dan mengukur parameter logam berat timbal (Pb) sesuai yang tercantum di dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio atau perbandingan konsentrasi Pb yang didapat dari alat HVAS dan Gent stacked filter unit sampler. Contoh uji Total Suspended Particulate (TSP) yang didapat dari alat HVAS merupakan partikel yang berada pada ukuran 0-100μm, dan analisis kandungan logam timbal (Pb) dalam sampel ini dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Sedangkan pada alat Gent Stacked Filter Unit Sampler ukuran partikel yang diperoleh adalah dua jenis partikel yang berukuran 0-2,5μm atau PM2.5 dan ukuran partikel 2,5-10μm atau PM2.5-10. Analisis Pb pada sampel ini dilakukan menggunakan Particle Induced X-ray Emission (PIXE). Hasil pengukuran yang dilakukan pada rentang waktu 25 Agustus sampai 25 September 2008 menunjukkan konsentrasi Pb pada PM2,5-10 memiliki korelasi yang cukup kuat atau mempunyai pola kecenderungan yang sama terhadap konsentrasi Pb di TSP dengan nilai R2 sekitar 0,7.
KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA Rita Mukhtar; Hari Wahyudi; Esrom Hamonangan Panjaitan; Susy Lahtiani; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani; Syukria Kurniawati
Jurnal Ecolab Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2013.7.2.49-59

Abstract

Pencemaran udara terutama di kota-kota besar (ibukota provinsi) telah menjadi salah satu masalah yang serius. Kontribusi pencemar terbesar berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, industri, pembangkit listrik, dan kegiatan rumah tangga. Bahan pencemar udara yang ditimbulkan dapat berupa gas maupun partikulat debu. Di Indonesia, saat ini belum tersedia data series khususnya data logam berat di udara ambien. PUSARPEDAL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melakukan pemantauan bekerjasama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dalam rangka pemanfaatan iptek nuklir untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengambilan contoh uji menggunakan alat Gent Staked Filter Unit sampler seminggu sekali pada tahun 2012 pada 10 kota di Indonesia. Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan Energy Dispersive X-Ray Fluorescence (ED-XRF). Kisaran kadar unsur (ng/m3) Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, dan Pb, secara berurut adalah; 1,90 – 667; 1,33 – 786; 0,13 – 1020; 0,2 – 744; 2,54 – 1397; 3,7 – 640; 0,48 – 381; 1,3 – 7,2 ; 0,02 – 22,5; 1,94 – 1561; 0,018 – 18,52; 0,26 – 13; 0,05 – 18,79; 2,9 – 913; 0,2 – 2664,2
KOMPONEN KIMIA PM2,5 DAN PM10 DI UDARA AMBIEN DI SERPONG – TANGERANG Rita Mukhtar; Esrom Hamonangan Panjaitan; Hari Wahyudi; Muhayatun Santoso; Syukria Kurniawati
Jurnal Ecolab Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2013.7.1.1-7

Abstract

Komponen Kimia PM2,5 dan PM10 Di Udara Ambien di SERPONG. Partikel yang terkandung di udara ambien umumnya berukuran 0,1 – 50 μm atau lebih. Parameter utama partikel pencemaran udara yang memiliki dampak signifikan pada kesehatan adalah partikel udara dengan ukuran diameter 2,5 μm atau kurang. Partikel udara yang berukuran kurang dari 2,5 μm (PM2,5) disebut dengan partikel halus, dan PM10 adalah partikel udara yang berukuran kurang dari 10 μm. Beberapa peneliti epidemiologi berpendapat bahwa partikel udara halus sangat berbahaya karena dapat berpenetrasi menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung, menyebabkan gangguan kesehatan di antaranya infeksi saluran pernafasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular bahkan kematian. Partikel udara halus diperkirakan dapat memberikan kontribusi besar pada angka kematian yang diakibatkan oleh gangguan kesehatan terkait pencemaran udara. Partikel udara halus umumnya berasal dari sumber antropogenik seperti kendaraan bermotor, pembakaran biomassa, pembakaran bahan bakar. Pengambilan sampel untuk mengukur konsentrasi PM2,5 dan PM10 dengan menggunakan alat Gent Stacked Filter Unit sampler. Lokasi pengambilan sampel di Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) Kawasan Puspiptek Serpong. Pelaksanaan sampling 2-3 kali seminggu pada periode tanggal 11 September – 29 Desember 2008, 10 Februari-30 Juli 2009, dan 14-23 Juli 2010. Konsentrasi PM2,5 dan PM10 ditentukan dengan prinsip gravimetri dan penentuan unsur dilakukan menggunakan metode analisis aktivasi neutron (AAN) atau particle-induce X-ray emission (PIXE). Hasil analisis didapatkan konsentrasi rerata partikel halus PM2.5 di Serpong pada tahun 2008 adalah 15.72 ± 7 μg/m3, tahun 2009 adalah 15.61± 5 μg/m3, dan tahun 2010 adalah 20.26 ± 6 μg/m3. Konsentrasi ini belum melewati nilai batas ambang harian PM2.5 di Indonesia yaitu 65 μg/m3, akan tetapi nilai tersebut telah mendekati nilai rata-rata tahunan sebesar 15 μg/m3 yang tercantum didalam Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41/1999 tentang baku mutu udara ambien nasional. Konsentrasi rerata PM10 di Serpong pada tahun 2008 adalah 31.17 ± 13.7 μg/ m3, tahun 2009 adalah 30.9 ± 11.5 μg/m3, dan tahun 2010 adalah 34.18 ± 7.2 μg/m3. Kandungan komponen kimia atau unsur pada PM2,5 dan PM10 dengan menggunakan PIXE, adalah: Pb, Al, Na, Fe, K, Cl, Mg, Si, S, Ca, Sc, Ti, V, Cr, Mn, Co, Cu, Ni, Zn, As, Se, Br, Ba, P, dan Hg dengan rata-rata konsentrasi PM2,5 masing-masing adalah ; 228.6, 80.6, 111.9, 46.8, 139.9, 33.0, 45.1, 150.3, 769.9, 37.8, 1.2, 3.3, 1.3, 1.5, 2.9, 0.5, 2.0, 0.8, 40.5, 6.6, 1.2, 3.4, 4.2, 21.5, dan 2.3 ng/m3. Dan rata-rata konsentrasi PM10 masing-masing adalah ; 331.6, 554.4, 482.3, 361.0, 268.2, 301, 176.1, 1108.3, 1089.9, 426, 5.7, 32, 3.7, 3.6, 12.9, 2.3, 6.3, 2.0, 87, 15.4, 4.6, 5.1, 7.3, 105.4, dan 7.8 ng/m3
KANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA AMBIEN DI DAERAH SERPONG - TANGERANG Rita Mukhtar; Esrom Hamonangan Panjaitan; Hari Wahyudi; Muhayatun Santoso; Diah Dwiana Lestiani
Jurnal Ecolab Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2012.6.1.1-11

Abstract

Black carbon (BC) merupakan bentuk impuritas dari karbon hasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil atau pembakaran biomassa. Black carbon memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan iklim melalui sifatnya yang mampu menyerap sinar matahari karena merupakan gas rumah kaca. Sumber utama BC yaitu sumber antropogenik, termasuk pembakaran biomas pembakaran tidak sempurna, kendaraan bermotor khususnya diesel serta sumber industri seperti pembakaran batu bara. Konsentrasi BC pada partikulat halus yang berukuran kurang dari 2,5 μm (PM2,5) lebih dari 10% partikulat udara halus sehingga sangat penting dilakukan penentuan secara tepat. Pada penelitian ini, metode penentuan BC pada partikulat udara halus (PM2,5) dan partikulat udara kasar (PM2.5-10) berdasarkan metode reflektansi menggunakan alat EEL Smoke Stain Reflectometer. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Gent Stacked Filter Unit sampler, lima kali seminggu di empat lokasi di daerah Serpong pada tahun 2008 yaitu di Batan Indah, BSD, Setu, dan Pusarpedal serta pada tahun 2009 di daerah Tangerang, yaitu di Curug, Jatiuwung, Islamic Village Lippo Karawaci, dan Cikupa. Hasil penentuan konsentrasi BC di daerah Serpong pada partikulat udara halus berkisar antara 2,31-3,76 μg/m3, sedangkan pada partikulat udara kasar berkisar antara 0,72-1,54 μg/m3. Rasio konsentrasi BC terhadap konsentrasi massa PM2.5 untuk daerah Serpong berkisar antara 13-20%, sedangkan rasio BC terhadap konsentrasi massa pada partikulat udara kasar sekitar 3-5%. Jika dibandingkan konsentrasi BC di partikulat udara halus dan kasar maka BC terkonsentrasi dominan pada partikulat udara halus, hal ini disebabkan karena BC umumnya berasal dari sumber antropogenik/aktivitas manusia yang partikel berukuran kurang dari 2,5 um. Konsentrasi BC di Serpong dan Tangerang masih dalam level yang sama dengan BC di Bandung dan Lembang. Perbandingan rasio BC di Serpong terhadap partikulat massa dengan beberapa negara lain di Asia yang menggunakan metoda dan formula yang sama, hal ini dilakukan untuk mengetahui distribusi tingkat pencemaran BC di Asia masih berada dibawah BC di negara-negara lain