Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Pelatihan Ecobrick dalam Mengelola Sampah Plastik Sutin Narto; Basuki Agus Suparno
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 17, No 3 (2019)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v17i3.3778

Abstract

Sampah telah menjadi masalah dunia sejak dahulu, dan hingga saat ini perhatian masyarakat global tertuju pada banyaknya sampah, terutama sampah plastik yang tersebar di penjuru laut dan mencemari ekosistem. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. PT. Coca Cola adalah penyumbang sampah botol plastik nomor 1 di Indonesia dan dunia. PT Coca Cola telah banyak melakukan kegiatan CSR untuk mengelola sampah botol plastik dengan visi world without waste 2030, yaitu program pelatihan Ecobrick yang diberikan ke tiga sekolah binaan. Adanya program pelatihan Ecobrick nyatanya belum memberikan dampak perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program CSR pelatihan Ecobrick PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Java dalam mengelola sampah plastik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan studi evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CSR Pelatihan Ecobrick tidak memberi manfaat untuk masa depan. Proses perencanaan program CSR tidak mengikuti standar perencanaan pembuatan program CSR yang benar. Perencanaan Program CSR di Coca Cola belum mengikuti standar pembuatan CSR yang benar, yaitu tidak melakukan riset terlebih, tidak melakukan evaluasi dan pelaporan. Penelitian ini menemukan model perencanaan program Pelatihan Ecobrick yang lebih tepat sasaran, yaitu penelitian (research), perencanaan (plan), pelaksanaan (execute), pengukuran atau evaluasi (measure), dan pelaporan (report).
Reception Analysis of Millennials Generation to Ads in Social Media Setiya Hertanti Oktayusita; Basuki Agus Suparno; Christina Rochayanti
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 17, No 2 (2019)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v17i2.3696

Abstract

Gerindra presented an ad under the title of “Indonesia Bergerak Bersama Gerindra dan Rakyat version Sarjana Kerja Kerja Kerja!”, but due to the use of symbols and visualization, it became viral and caused controversy in the community. This study aims to determine the opinion of millennials response after watching the ads. The research is qualitative research approach used is the analysis of the reception, the technique of collecting data is using interviews, observation and document analysis. The theory used to analyze the meaning of the audience is the encoding-decoding, reception analysis theory and new media theory. The result of this study indicate three position of millennials reception, namely a dominant, negotiated, and oppositional position. In the dominant position, it’s considered as a good political ad because it successfully criticizes the government by presenting the reality of the existing problems. In the negotiating position, millennials saw the ads containing a message of criticism without a solution, in this condition millennials refused some symbols such as the use of profession symbols and titles in it, while in the opposition position, millennials considered the ads irrelevant and interpret it as a black campaign. There are several factors that become the benchmark of the millennials in perceiving that ads in social media like the character of millennials, education background, job, experience and view or tendencies to political parties. This research contributes in the form of policy recommendations to the Gerinda Party to pay more attention to solutions to criticism of advertising so as not to cause new problems.
Vocal Point: Komunikasi Transformatif dalam Desa Melek Politik Susilastuti DN; Basuki Agus Suparno; Adi Soeprapto
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 14, No 3 (2016)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v14i3.2133

Abstract

Politik tidak hanya tentang berpartisipasi memberikan suara pada pemilihan umum tetapi juga untuk menstranformasikan apa yang konstitusi mandatkan dalam mewujudkan cita-cita negara. Oleh karena itu politik harus diartikulasikan dan dijalankan pada semua level di desa-desa dengan mendorong mereka berpartisipasi dan terlibat dalam segala bentuk program pembangunan. Penelitian ini memfokuskan pada gagasan “genuine” tentang Desa Melek Politik di Desa Sendangsari Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Desa Melek Politik merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kolaborasi beberapa pihak yang telah menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang menjadikan politik sebagai aktivitas adalah sesuatu yang akrab dalam kehidupan di desa. Karenanya, mereka menggunakan banyak waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang didedikasikan bagi kesejahteraan masyarakat. Melalui riset partisipatif, penelitian telah berhasil menciptakan vocal point yang merujuk pada aktor yang akan mendiseminasikan dan mengkomunikasi cara dan arah politik di desa khususnya di Desa Sendangsari agar menjadi lebih produktif dan konstruktif. Pembentukan Vocal Point telah diterima masyarakat desa dan diapresiasi oleh pemerintah kabupaten sebagai kelompok masyarakat yang akan memberi kemanfaatan dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi pembangunan. Kata kunci: Vocal point, Desa Melek Politik, Politik, Desa, Patisipasi 
Developing Sangiran Archaeological Site as Tourism Destination: Social Expectations and Governmental Policy’s Constraints Basuki Agus Suparno; Kurnia Arofah; Isbandi Sutrisno
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies Vol. 9 No. 1 (2021)
Publisher : Program Pascasarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sangiran is an archaeological site that was established as a cultural heritage by Indonesia and was recognized as a world cultural heritage by UNESCO. Since the 1930s, Sangiran local people have become familiar with the visitors who investigate the site. In 2009, Ministry of Education established Sangiran Primordial Human Conservation Centre (Balai Pelestarian Manusia Purba Sangiran - BPSMPS). Later in 2010, the Indonesian government released the Law 2010/No. 11 about Cultural Heritage for all Cultural Heritage around Indonesia. Both BPSMPS and the law bring changes in Sangiran. This research aims to expose the social expectation and governmental policy constraints after the BPSMPS and the Law 2010/No 11 has been implemented for 10 years. This research was conducted by critical ethnography. Findings of this research are, a) Sangiran local people feel disadvantages and distrust by the implementation of Cultural Heritage Law, yet they adapt and obey the law; b) two expectations should be synchronized, on one other side, the first tourism development must be accelerated, and the second is the implementation conservation principle must be reinvented; c). clear policy related to every stakeholder's roles must be formed to avoid sectoral ego and clash among stakeholders. It must be secured and maintain to synergize to any kind of resources there.Keywords: Conservation, cultural heritage law, heritage tourism, Sangiran, social expectation.
Developing Sangiran Archaeological Site as Tourism Destination: Social Expectations and Governmental Policy's Constraints Basuki Agus Suparno; Kurnia Arofah; Isbandi Sutrisno
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies Vol. 9 No. 1 (2021)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jitode.2021.009.01.03

Abstract

Sangiran is an archaeological site that was established as a cultural heritage by Indonesia and was recognized as a world cultural heritage by UNESCO. Since the 1930s, Sangiran local people have become familiar with the visitors who investigate the site. In 2009, Ministry of Education established Sangiran Primordial Human Conservation Centre (Balai Pelestarian Manusia Purba Sangiran - BPSMPS). Later in 2010, the Indonesian government released the Law 2010/No. 11 about Cultural Heritage for all Cultural Heritage around Indonesia. Both BPSMPS and the law bring changes in Sangiran. This research aims to expose the social expectation and governmental policy constraints after the BPSMPS and the Law 2010/No 11 has been implemented for 10 years. This research was conducted by critical ethnography. Findings of this research are, a) Sangiran local people feel disadvantages and distrust by the implementation of Cultural Heritage Law, yet they adapt and obey the law; b) two expectations should be synchronized, on one other side, the first tourism development must be accelerated, and the second is the implementation conservation principle must be reinvented; c). clear policy related to every stakeholder's roles must be formed to avoid sectoral ego and clash among stakeholders. It must be secured and maintain to synergize to any kind of resources there.Keywords: Conservation, cultural heritage law, heritage tourism, Sangiran, social expectation.
Computer Mediated Communication Situs Jejaring Sosial dan Identitas Diri Remaja Basuki Agus Suparno; Edwi Arief Sosiawan; Sigit Tripambudi
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 10, No 1 (2012)
Publisher : Univeritas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jik.v10i1.88

Abstract

Setiap manusia memiliki konsep diri dan identitas yang membedakan dengan manusia lainnya. Keduanya hanya dapat dikembangkan melalui interkasi; sebab melalui interaksilah semua bentuk pengalaman, rujukan, dan pengetahuan dapat diperoleh. Penelitian ini bertujuan menemukan peran kehadiran teknologi, khususnya internet, dalam membentuk konsep diri dan identitas siswa SMU di Catur Tunggal Depok Sleman. Metode penelitian berupa Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian ini yaitu siswa SMU mengembangkan konsep diri dan identitas ketika mereka menggunakan internet, terutama situs-situs jejaring sosial. Komunikasi interpersonal memainkan peran penting dalam membentuk konsep diri dan identitas, khususnya pada identitas sosial, sebab setiap interaksi pasti melalui proses komunikasi. Permasalahannya menjadi lebih menarik ketika teknologi komunikasi dan informasi mempengaruhi cara berkomunikasi dan berinteraksi. Seperti telah diketahui bahwa kehadiran teknologi telah menentukan cara berkomunikasi. Teknologi dapat memperluas dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kesadaran sosial yang akan mempengaruhi bentuk konsep diri dan identitas identitas sosial. Siswa-siswa SMU menggunakan CMC untuk mengekspresikan perasaan, emosi dan hiburan.