Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HAMBATAN DETEKSI DINI HIV/AIDS PADA IBU HAMIL Studi pada salah satu puskesmas di wilayah Sumatra Barat Sumitri, Sumitri; Darmayanti, Darmayanti
The Southeast Asian Journal of Midwifery Vol 3 No 1 (2017): The Southeast Asian Journal of Midwifery
Publisher : Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK  Resiko penularan HIV dari ibu ke bayi masih cukup tinggi, namun kesadaran melakukan deteksi dini rendah (0,85 %). Penelitian bertujuan untuk menganalisis hambatan deteksi dini HIV/AIDS dari pihak responden, keluarga dan konselor, serta model konseling. Penelitin ini adalah penelitian deskritip dengan menggunakan pendekatan kuatitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan dari 49 ibu hamil dan 2 orang konselor. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan tentang deteksi dini HIV cukup tinggi 61,2%, sikap positif terhadap deteksi dini HIV berjumlah 49 %, dukungan positif keluarga untuk deteksi dini HIV sebanyak 63,7%. Deteksi dini konseling individual sebanyak 18,4% kemudian dilakukan konseling ulang dengan model terintegrasi dengan kegiatan  kelas ibu didapatkan hasil sebanyak  90 % responden melakukan deteksi dini  HIV. Hambatan yang ditemukan pihak konselor dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu dan fasilitas ruangan untuk konseling belum memadai. Hambatan dari responden adalah adanya stigma tentang penyakit HIV, perasaan  terintimidasi, takut diambil darah, takut dengan jarum suntik, dan takut mengetahui  hasilnya.  Kesimpulan  terdapat  hambatan   pelaksanaan  deteksi  dini HIV/AIDS pada ibu hamil pada aspek responden dan kesiapan pelayanan kesehatan.   Kata Kunci: Deteksi dini HIV, Ibu hamil, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga dan konselor     ABSTRACT  Risk of HIV transmission from mother to fetus is very high, however the awareness to  did the early detection are still very low (0.85%). The purpose of the study to analyze the barriers to early detection of HIV/AIDS from the respondent, family and counselors, as well as models of counseling. This research is descriptive research using quantitative and qualitative approach. Data were collected from 49 pregnant women and 2 counselors. The results showed knowledge about early detection of HIV is high enough 61.2%, a positive attitude towards early detection HIV amounted to 49%, positive family support for early detection of HIV as much as 63.7%. Early detection of individual counseling as much as 18.4% and then re-counseled with integrated model with maternal class activities obtained results as much as 90% of respondents conducted early detection of HIV. The barriers from the counselor in this study is the limited time and room facilities for counseling is not adequate. The barriers from respondents are the existence of a stigma about HIV disease, feeling intimidated, afraid of blood taken, fear with a syringe, and fear of knowing the results. Conclusion there are barriers to the implementation of early detection of HIV/AIDS on pregnant women on the respondent and the readiness of the health service.  Key words: Early detection of HIV, pregnant women, the knowledge, attitudes, and Family Support counselor
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU LAKI-LAKI SUKA BERHUBUNGAN SEKS DENGAN LAKI- LAKI (LSL) DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2016 Darmayanti. Y, Darmayanti; Sumitri, Sumitri
Jurnal Endurance Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.97 KB) | DOI: 10.22216/jen.v3i2.2784

Abstract

West Sumatera ranked 13thout of 33 provinces of HIV/AIDS cases in Indonesia by 2003. Bukittinggi occupied the second highest rank after Padang.HIV/AIDS cases  are dominated by the age of 20-29 years. In 2014, 188 case of HIV/AIDS recorded, in West Sumatera, 156 people died, 73people from Padang, 15 people from Bukittinggi, and 11 people from Agam Regency. This study aims to determine the factor wich cause Male sex behavior with another man(LSL) in Bukittinggi by 2016. This is a qualitative research. Informant consisted of 2 LSL men, 7 conselours, and 8 LSL.The data was gained from the in-depth interviews focus group discussion. The cause of LSL from parental upbringing using the three parenting patterns, authoritarian, permissi, and democratic. From the aspect of psychodynamics, they were closer to the older siter. The role of father in effective, lack of love, violence, to the were looking for father figure outside the house. Mother would prefer a daughter and impose her child to behave like a women. From social sexual aspects, the experience being sexualy a bused by the same sex in yunior and senior high school and also teacher. The cause of LSL from parental upbringing,  psychodynamics and sexual aspects.Pada tahun 2013 Provinsi Sumatra Barat menduduki rangking ke 13 dari 33 propinsi di Indonesia.  Kota Bukittinggi menduduki rangking kedua terbanyak kasus HIV/AIDS setelah kota Padang.  Kasus HIV/AIDS didominasi usia 20- 29 tahun. Pada tahun 2014  tercatat 188 kasus. Jumlah  HIV/AIDS  yang meninggal di Sumbar 156 orang  yang berasal dari Padang 73 orang, Bukittinggi 15 orang, Kabupaten Agam 11 orang.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perilaku laki-laki suka berhubungan seks dengan laki-laki(LSL) di Kota Bukittinggi Tahun 2016. Metode penelitian adalah penelitian  kualitatif. Informan  adalah 2 orang laki-laki yang suka berhubungan seks dengan laki-laki  (LSL) 7 orang konselor, 8 orang LSL.  Tekhnik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam  dan diskusi kelompok terarah. Penyebab LSLdari pola asuh orangtua  menggunakan ketiga pola asuh yaitu otoriter, permisif dan demokratis. Dari aspek dinamika psikologis,lebih dekat kepada kakak perempuan. Peran ayah tidak efektif, kurang kasih sayang, kekerasan, sehingga mencari sosok ayah diluar rumah.Ibu lebih menginginkan anak perempuan dan  memberlakukan anaknya  seperti perempuan. Aspek pengalaman seksual, informan pernah mengalami kekerasan seksual dengan jenis kelamin sama waktu masih sekolah SMP,SMA serta guru. Penyebab perilaku laki-laki suka berhubungan seks dengan laki-laki adalah faktor pola asuh orangtua, dinamika psikologis dan pengalaman seksual.
Analisis Pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon Pengantin di Kota Bukittinggi Tahun 2019 Darmayanti Darmayanti; Supiyah Supiyah; Rosa Mesalina
Jurnal Sehat Mandiri Vol 15 No 1 (2020): Jurnal Sehat Mandiri, Volume 15, No.1 Juni 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.323 KB) | DOI: 10.33761/jsm.v15i1.204

Abstract

The reproductive and Sexual health information Communication (KIE) program for bride couple is a program that is implemented to prepare for family life. However, the implementation of KIE reproductive and sexual health for bride couple has not been carried out wording the standards caused by various factors in both the input, process, output aspects. The purpose of this research is to know the implementation of the program KIE Reproductive health and sexual bride couple. This type of research is qualitative research with a phenomenological approach. Research conducted in Bukittinggi with 48 informants. Sampling technique with purposive sampling. The instrument used guided interview guidelines conducted with In-depth interview and focus group discussion covering aspects of input, process, the output of the program KIE Reproductive and sexual health. Data is analyzed by textual analysis and thematic analysis. The thematic analysis relates to the absence of local policies, limited use of media, availability and limited Human Resources qualification, unstandardized implementation mechanisms, coverage of bride couple that accept the unmeasured KIE services. Required a regulation governing the implementation of the reproductive and sexual health of the bride couple for more positive impact on both short and long-term maternal and child health.
PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH SISWA SLTA KOTA BUKITTINGGI Darmayanti Darmayanti; Yuniar Lestari; Mery Ramadani
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol 6, No 1 (2011): Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Publisher : Faculty of Public Health, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24893/jkma.v6i1.84

Abstract

Penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Keluarga Berencana Indonesia daerah Sumatera Barat menunjukkan Kota Bukittinggi memiliki remaja seksual aktif tertinggi (21%). Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran teman sebaya positif terhadap perilaku seksual pranikah siswa SLTA Kota Bukittinggi tahun 2011. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan melalui angket. Populasi adalah seluruh siswa SLTA kelas XI dan XII dan sampel didapatkan sampel sebanyak 276 orang. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan lebih separuh (54,3%) peran teman sebaya aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi. Ada hubungan antara peran teman sebaya positif dengan perilaku seksual pranikah, dimana responden dengan teman sebaya pasif berpeluang 2,6 kali berprilaku seksual pranikah dibanding responden dengan teman sebaya aktif. Peran teman sebaya terhadap perilaku seksual tidak dipengaruhi variabel konfonding (pengetahuan, sikap, peran orangtua, dan paparan media masa). Diharapkan kepada Pemerintah Kota Bukittinggi agar memperkuat peran teman sebaya positif dengan meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler dan menambahjumlah pelatihan konselor sebaya.
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI BENSON DAN REMINISCANCE TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDIANGIN KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2018 Fizran Fizran; Darmayanti Darmayanti
Ensiklopedia of Journal Vol 2, No 3 (2020): Vol 2 No 3 Edisi 2 April 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil Penelitian Ensiklopedia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.208 KB) | DOI: 10.33559/eoj.v2i3.585

Abstract

Ahli demografi memperhitungkan populasi lansia akan terus meningkat sampai abad selanjutnya. Global Health and Aging (2012) mencatat, jumlah penduduk lanjut usia di dunia pada tahun 2010 ada sekitar 524 juta jiwa. Tahun 2012 terdapat 600 juta lansia di seluruh dunia dan tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1.2 miliar jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat mencapai 1.5 sampai 2 miliar jiwa pada tahun 2050. Peningkatan jumlah lansia ini terjadi di beberapa Negara ASEAN diantaranya Malaysia, Thailand, Singapura dan Indonesia (Global Health and Aging, 2012). Secara umum masalah yang dialami lansia yang berhubungan dengan kesehatan jiwa antara lain gangguan proses fikir, demensia, gangguan perasaan seperti depresi, stres, harga diri rendah, gangguan fisik, dan gangguan perilaku. Gangguan psikologis yang paling banyak dialami oleh lansia adalah stres. Lansia mudah mengalami stres karena fungsi dari kemampuan menyelesaikan masalah (mekanisme koping) juga menurun (Anderson, 2008). Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan pendekatan one grougan sebab akibat dengan cara memberikan satu perlakuan teknik relaksasi Benson dan terapi Reminiscance kepada satu kelompok eksperimental yang berbeda dan membandingkan hasil sebelum diberikan perlakuan teknik relaksasi Benson dan terapi Reminiscance. Pengukuran dilakukan pada responden, sebelum dan sesudah perlakuan sehingga diperoleh dua hasil pengukuran (Notoadmodjo, 2010).Populasi dan sampelnya adalah ansia yang terdaftar di Posyandu lansia dengan pengambilan sampel secara Purposive Sample dengan jumlah sampel sebanyak 34 orang yang terdiri atas 2 kelompok intervensi. Peneliti menggunakan kuesioner DASS yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Damanik (2006). Peneliti menggunakan skala likert, untuk mengukur dengan nilai scoring jika jawaban “tidak pernah” bernilai 0, “kadang-kadang” bernilai 1, “sering” bernilai 2 dan “sangat sering” bernilai 3. Dari pernyataan kuesioner DASS 42 yang berjumlah 14 pernyataan dengan keterangan 0: tidak pernah, 1: kadang-kadang, 2: sering, 3: sangat sering (Nursalam: 2008). Kemudian mengakategorikan menjadi tingkatan stres yaitu stres normal dengan skor 0-14, stres ringan dengan skor 15-18, stres sedang dengan skor 19-25, stres berat dengan 26-33, stres sangat berat ≥ 34 (Devilly, 2005). Hasil yang didapatkan adalah adanya perbedaan rata-rata tingkat stress lansia sebelum dan sesudah diberikan intervensi dan ada pengaruh pemberian terapi Relaksasi Benson dan Terapi Reminense terhadap tingkat stress lansia. Sehingga terapi relaksasi Benson dan terapi Reminensence dapat dijadikan tindakan penurunan stress pada lansia.
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penerimaan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin Darma yanti; Supiyah Supiyah; Rosa Mesalina
Jurnal Sehat Mandiri Vol 17 No 2 (2022): Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17, No.2 Desember 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33761/jsm.v17i2.607

Abstract

Knowledge and attitudes of bride and groom are still lack toward reproductive health. Research in Pemalang (2019), 70% of respondents have low knowledge and 30% of respondents with attitudes do not support reproductive health. This is influenced by acceptance of an object. The implementation of pre marital counseling is a solution to this problem with the aim bridge increase their knowledge and attitudes about sexual reproductive health. The purpose of this study was to determine the relationship between sociodemography, knowledge, attitudes and income with the acceptance of pre marital counseling. The research with a cross sectional design. 87 respondents taken by cluster sampling. Data analysis was univariate, bivariate using Chi Square test and logistic regression for multivariate analysis. Results showed 85.1% of respondents were of the right age, 50.6% were male, 54% had secondary education and 88.5% were employed. Most of the material in pre marital counseling has not been received optimally by the respondents. There is a significant relationship between knowledge (0.000) and attitude (0.007) with acceptance of IEC material. The result of multivariate analysis of knowledge is the main predictor for it (p=0.001, Exp 0.187) with a correlation strength of 30.8%. Conclusion is recommended that good knowledge about sexual reproductive health supports the acceptance of pre marital counseling. It means a supporting structure for the implementation program is needed by taking the capabilities facilitator, methods and media used.