Annisa Swastika
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN TEKNIK KANCING GEMERINCING PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN WONOGIRI 2013/2014 Swastika, Annisa; Mardiyana, Mardiyana; Subanti, Sri
Journal of Mathematics and Mathematics Education Vol 4, No 2 (2014): Journal of Mathematics and Mathematics Education
Publisher : Journal of Mathematics and Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.935 KB)

Abstract

Abstract: The aim of this research was to reveal the effect of TGT cooperative learning model with talking chips technique, TGT cooperative learning model, and direct learning model to the mathematics achievement in polyhedron subject viewed from mathematics communication ability. The type of this research was a quasi-experimental by 3x3 factorial design. The population was the eighth grade of Junior High School students at Wonogiri regency on academic year 2013/2014. The sample was taken by using stratified cluster random sampling technique. The instruments used for collecting data were mathematics achievement test and mathematics communication ability test. Analysis of the data used was unbalanced two-way analysis of variance. The conclusion of this research shows that TGT cooperative learning model with talking chips technique gives the same achievement as TGT cooperative learning model, but gives better achievement than direct instruction model, and TGT cooperative learning model gives better achievement than direct instruction model. It shows the same result in each categories of mathematics communication ability. Another conclusion shows that students with high mathematics communication ability have the same achievement as students with middle mathematics communication ability but they have better achievement than students with low mathematics communication ability, and students with middle mathematics communication ability have better achievement than students with low mathematics communication ability. It shows the same result in each learning model.Key words: TGT, Talking Chips, and mathematics communication ability
APA SAJA TIPE BERPIKIR PROBLEM-SOLVERS DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI ANALITIK? Muhammad Noor Kholid; Ahmad Zul Fakar; Annisa Swastika; SWASTI MAHARANI
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.95 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v10i3.3790

Abstract

Setiap problem-solver memiliki tipe yang berbeda. Adapun tipe berpikir digolongkan menjadi tipe berpikir konseptual, semi-konseptual, dan komputasional. Namun demikian belum ada penelitian terkait tipe berpikir dalam memecahkan masalah geometri analitik. Penelitian bertujuan memaparkan tipe karakteristik berpikir problem-solvers dalam memecahkan masalah geometri analitik. Penelitian merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan partisipan yaitu mahasiswa calon guru di Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Instrumen penelitian yang dipekerjakan yaitu masalah/tes geometri analitik, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Instrumen divalidasi oleh beberapa ahli. Data diperoleh menggunakan metode tes, observasi, dan wawancara mendalam. Keabsahan data yang dipekerjakan yaitu triangulasi metode. Data dianalisis melalui tahap reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Adapun penelitian menyimpulkan tipe berpikir konseptual, semikonseptual, dan komputasional. Ketiga tipe berpikir memiliki penciri utama dalam memecahkan masalah geometri analitik. Each problem-solver has different characteristics. The characteristics of thinking are classified into conceptual, semi-conceptual, and computational thinking characteristics. However, the thinking characteristics in solving analytical geometry is not known yet. The research aims to explain how the characteristics of thinking problem-solvers in solving the problem of analytical geometry. Research is descriptive qualitative research with participants, namely prospective teachers in the Mathematics Education Program FKIP University of Muhammadiyah Surakarta. The research instruments employed are analytical geometry problems/tests, observation sheets, and interview guidelines. Some experts validate the instrument. The data was obtained using a test, observation, and in-depth interview methods. The validity of the data employed is the triangulation method. The data is analyzed through the stages of reduction, presentation, and withdrawal of conclusions. The study concluded the characteristics of conceptual, semi conceptual, and computational thinking. The each thinking characteristics have their own main feature.
Analisis Pembelajaran Geometri pada Siswa SMP/MTs Secara Online Menurut Psikologi Warna Muhammad Noor Kholid; Afifatul Ayu Astiani; Annisa Swastika
JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika) Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/jipm.v10i1.9433

Abstract

Kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilanda oleh pandemi virus corona telah memicu pemerintah untuk bertindak lebih responsif. Salah satu upaya dalam ranah pembelajaran yaitu diterbitkannya Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Penerapan media komunikasi secara online dalam pembelajaran rupanya berdampak secara siginifikan terhadap kondisi psikologis siswa. Dominasi paham tingkatan berfikir dalam teori Van Hiele terhadap geometri memberikan kesempatan pada psikologi warna untuk memainkan perannya, namun demikian warna kerap kali masih disalahpahami nilainya dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui relevansi penerapan psikologi warna terhadap praktik pembelajaran geometri pada siswa kelas VIII SMP/MTs secara online. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Artikel ini berargumentasi bahwa psikologi warna tidak relevan dengan pembelajaran geometri pada siswa kelas VIII SMP/MTs secara online. Hal ini bisa terjadi karena dominasi platform yang diakses oleh siswa bukanlah platform edukasi serta minimnya penggunaan fitur warna bahkan dalam platform yang dikhususkan untuk geometri, yaitu geogebra.
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN TEKNIK KANCING GEMERINCING PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN WONOGIRI 2013/2014 Annisa Swastika; Mardiyana Mardiyana; Sri Subanti
Journal of Mathematics and Mathematics Education Vol 4, No 2 (2014): Journal of Mathematics and Mathematics Education
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jmme.v4i2.9974

Abstract

Abstract: The aim of this research was to reveal the effect of TGT cooperative learning model with talking chips technique, TGT cooperative learning model, and direct learning model to the mathematics achievement in polyhedron subject viewed from mathematics communication ability. The type of this research was a quasi-experimental by 3x3 factorial design. The population was the eighth grade of Junior High School students at Wonogiri regency on academic year 2013/2014. The sample was taken by using stratified cluster random sampling technique. The instruments used for collecting data were mathematics achievement test and mathematics communication ability test. Analysis of the data used was unbalanced two-way analysis of variance. The conclusion of this research shows that TGT cooperative learning model with talking chips technique gives the same achievement as TGT cooperative learning model, but gives better achievement than direct instruction model, and TGT cooperative learning model gives better achievement than direct instruction model. It shows the same result in each categories of mathematics communication ability. Another conclusion shows that students with high mathematics communication ability have the same achievement as students with middle mathematics communication ability but they have better achievement than students with low mathematics communication ability, and students with middle mathematics communication ability have better achievement than students with low mathematics communication ability. It shows the same result in each learning model.Key words: TGT, Talking Chips, and mathematics communication ability
Pengenalan Berpikir Reflektif dalam Memecahkan Masalah Matematis bagi Guru-guru Matematika SMP/SMA/Sederajat Muhammad Noor Kholid; Annisa Swastika; Swasti Maharani; Ahmad Zul Fakar
Jurnal SOLMA Vol. 10 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v10i2.7703

Abstract

Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam merancang perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya adalah kemampuan penyusunan instrumen tes evaluasi. Guru yang profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi. Kegiatan pengabdian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam menyusun intrumen tes evaluasi yang berbasis High Order Thinking Skill (HOTS) dan berpikir reflektif siswa dalam pembelajaran matematika. Pelatihan ini diikuti oleh guru-guru matematika SMP/SMA/sederajat di Jawa Tengah dengan jumlah peserta 14 orang. Pelatihan ini menggunakan metode ceramah yang dilakukan secara daring mengingat kondisi saat ini masih dalam masa Pandemi Covid-19. Hasil evaluasi dilakukan di akhir pelatihan, diperoleh hasil bahwa sebagian besar peserta belum mengenal tentang berpikir reflektif siswa dan tertarik dengan pentingnya kemampuan berpikir reflektif. Di sisi lain, sebagian besar peserta sudah mengenal tentang HOTS tetapi masih banyak peserta belum memberikan soal matematika berbasis HOTS kepada siswa. Kegiatan pengabdian masyarakat ini mendapat apresiasi dari peserta dan peserta tertarik untuk diadakan pelatihan lebih lanjut tentang penyusunan berpikir reflektif siswa dalam waktu yang lebih lama.
Siswa Field Dependent dan Field Independent: Bagaimana Kemampuan Berpikir Kritisnya dalam Memecahkan Masalah HOTS? Afifah Choirul Chotimah; Christina Kartika Sari; Annisa Swastika; Rini Setyaningsih
Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 7 No 3 (2023): Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 7 Nomor 3 Tahun 2023
Publisher : Mathematics Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cendekia.v7i3.2368

Abstract

Proses berpikir menjadi hal krusial untuk memecahkan suatu masalah matematika, khususnya kemampuan berpikir kritis diperlukan guna penyelesaian masalah HOTS. Keterampilan berpikir kritis siswa Indonesia yang masih perlu ditingkatkan akan menjadi tugas utama bagi guru. Guru dapat menyesuaikan karakteristik masing-masing individu berdasarkan gaya kogntifnya untuk memaksimalkan keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan permasalahan HOTS berdasarkan gaya kognitif. Teknik mengumpulkan data menggunakan tes tertulis dan wawancara, selanjutnya memeriksa keabsahan data penelitian digunakan teknik triangulasi yang mengkomparasikan hasil tes tertulis dan hasil wawancara siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui tiga tahap: 1) reduksi data, 2) menyajikan data, dan 3) penarikan kesimpulan penelitian. Indikator berpikir kritis yang telah ditentukan peneliti mengacu pada kriteria menurut Ennis. Hasil dari penelitian siswa dengan gaya kognitif field dependent (FD) dapat menguasai indikator focus, reason, situation, dan clarity dari enam indikator berpikir kritis. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif field independent (FI) dapat menguasai indikator focus, inference, situation, clarity, dan overview dari enam indikator berpikir kritis.