Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

JUMLAH KEHAMILAN DAN KEMATIAN IBU BERDASARKAN LETAK WILAYAH KETINGGIAN DI KABUPATEN PEKALONGAN Rokhani Rokhani; Indri Astuti Purwanti
JKM (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama Vol 5, No 2 (2018): JKM (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama
Publisher : STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.115 KB) | DOI: 10.31596/jkm.v5i2.206

Abstract

Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Di Indosesia angka kematian ibu jumlahnya bervariasi setiap tahun, dan salah satu wilayah dengan jumlah kematian ibu yang relatif tinggi adalah Jawa Tengah dengan beberapa daerah kabupaten/kota yang ada dibawahnya. Tingginya angka kematian ibu disebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan proses kejadian kematian ibu (determinan dekat) dan bersama-sama dengan determinan antara dan determinan jauh. Salah satu determinan yang sering diperhatian adalah keadaan geografis yang berhubungan dengan keadaan ketinggian suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat jumlah ibu hamil, kematian yang terjadi pada ibu hamil dan sebab kematian yang ada pada ibu hamil berdasarkan ketinggian suatu wilayah. Penelitian ini menggunakan explanatory research dengan pendekatan cross-sectional dan analisa deskriptif pada wilayah kecamatan di Kabupaten Pekalongan.. Hasil dari penelitian ini adalah 85,79% ibu hamil ada diwilayah dataran rendah, 88,88% kematian ibu hamil ada diwilayah dataran rendah dan 77,77% kematian ibu hamil disebabkan oleh pre-eklamsia/eklamsia. Kata kunci: Jumlah Ibu hamil, Jumlah Kematian Ibu, Ketinggian Area.
Korelasi Ibu Hamil Resiko Tinggi Dengan Kesiapan Program Premarital Skrining di Puskesmas Kota Semarang Dewi Puspitaningrum; Nuke Devi Indrawati; Indri Astuti Purwanti
Jurnal Kebidanan Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.088 KB) | DOI: 10.26714/jk.7.2.2018.155-160

Abstract

Pengantar: Salah satu indikator kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, menurut SDKI 2012 mengalami peningkatan AKI menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup namun menurut hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Semarang. Data tahun 2017 masih banyak resiko yang ditimbulkan pada masa kehamilan yang nanti bisa berdampak pada kelanjutan persalinan, nifas dan bayi yang dilahirkan. Program premarital di Puskesmas sudah ada namun AKI masih tinggi, sehingga kajian tentang pelayanan untuk premarital skrining sangat perlu dikaji pengaruh program premarital skrining dengan kejadian hamil resiko tinggi di Puskesmas Kota SemarangMetodologi penelitian: Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang dengan melalui Puskesmas Kota Semarang sebanyak 37. Dan menggunakan metode kuantitatif dan observasi dengan menggunakan korelasi untuk mengetahui pengaruh program premarital skrining dengan kejadian ibu hamil resiko tinggi di Puskesmas Kota Semarang.Hasil: Bahwa kejadian infertilitas sekunder anak ke-2 > 5 tahun mempunyai korelasi dengan kesiapan program premarital dengan nilai p value < 0,05 (korelasi spearmen) yaitu p value= 0,044. Kesimpulan: Perlunya upaya promotif dan preventif dalam pemberian layanan kesehatan yang komprehensif dan efektif bagi wanita sebelum menikah, sehingga bisa mencegah kesulitan saat kehamilan, persalinan dan nifas serta membentuk perencanaan keluarga yang sehat.
PENGETAHUAN TENTANG KUNJUNGAN NIFAS DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Indri Astuti Purwanti
Jurnal Kebidanan Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.564 KB) | DOI: 10.26714/jk.8.2.2019.132-136

Abstract

Pendahuluan. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah yang menyumbang angka kematian ibu terbesar di Indonesia. Proporsi kasus kematian ibu terbanyak terjadi pada masa nifas dan berlokasi di rumah sakit. Diantara kabupaten/kota di Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki cakupan kunjungan nifas terendah dan mempuyai jumlah rumah sakit terbanyak tetapi angka kematiannya termasuk tertinggi. Salah satu dugaan penyebab kematian ibu adalah kurangnya informasi sedangkan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang setiap ibu nifas diberi buku tuntunan tentang masa nifas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengetahuan tentang kunjungan nifas di Rumah Sakit Islam Sutan Agung Semarang. Metode. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Responden penelitian ini adalah ibu nifas yang dirawat inap sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tentang kunjungan nifas berjumlah 20 pertanyaan yang diuji validitas dengan judgement expert. Pengambilan data dilakukan dengan cara survey. Pengolahan data dilakukan dengan nilai minimum, nilai maksimum, rerata dan distribusi frekuensi. Hasil. Skor pengetahuan responden terendah adalah 2, tertinggi adalah 14, rerata adalah 5,33. Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan responden dikategorikan baik jika skor 6 atau lebih dan dikategorikan kurag jika skor di bawah 6. Distribusi frekuensi responden menunjukkan bahwa pengetahuan responden kategori baik sebesar 33,3% sedangkan kategori kurang sebesar 66,7%. Kesimpulan. Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang kunjungan nifas dalam kategori kurang.
Efektivitas sempoa organisator hamil, anak dan ibu balita dalam perubahan perilaku pencegahan stunting Lia Mulyanti; Indri Astuti Purwanti; Novita Nining Anggraini
Jurnal Kebidanan Vol 9, No 2 (2020): JURNAL KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jk.9.2.2020.85-94

Abstract

In Indonesia, approximately 37% (nearly 9 million) of toddlers are stunted. There are 11 regencies in Central Java, including 100 priority areas for stunting reduction by the government. The 3 districts that had the highest prevalence of stunting were Blora (55.06%), Grobogan (54.97%), and Demak (50.28%). This research uses quasy experiment with a sample of 16 pregnant women in the control group and the experimental group. The results of the study, 92,4% of most pregnant women have good stunting prevention behavior except the behavior of eating animal protein foods. Based on the results of a comparative test of stunting prevention behavior based on tool intervention that shows a significant difference in the behavior of respondents who intervened with an abacus tool (0.003). Conclusion there are differences in community behavior based on intervention with the SEMOHAI tool (p value = 0.003) but there is no significant difference in community behavior based on intervention with conventional tools (p value = 0.083), and there is a significant difference (p value = 0.025) change in behavior based on intervention tools with conventional tools.
BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN ANEMIA IBU SEBAGAI PREDIKTOR STUNTING PADA ANAK USIA 12–24 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GENUK KOTA SEMARANG Wulandari Meikawati; Dian Pertiwi Kisdi Rahayu; Indri Astuti Purwanti
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 13 No 1 (2021): Media Gizi Mikro Indonesia Edisi Desember 2021
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mgmi.v13i1.5207

Abstract

Latar Belakang. Stunting adalah salah satu masalah kekurangan gizi kronis yang terjadi karena kekurangan asupan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Anak yang mengalami stunting lebih rentan menderita sakit dan berisiko menderita penyakit degeneratif serta penurunan kemampuan dan kapasitas kerja. Salah satu penyebab terjadinya stunting adalah rendahnya status gizi ibu sebelum, selama, dan setelah kehamilan yang berdampak pada berat dan panjang badan lahir. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif, status gizi ibu (tinggi badan, kurang energi kronis (KEK), dan anemia) serta berat dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 12–24 bulan. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan di wilayah Puskesmas Genuk Kota Semarang. Sampel berjumlah 63 anak usia 12–24 bulan yang dipilih secara purposive sampling. Data stunting diperoleh dengan melakukan pengukuran panjang badan anak saat kegiatan posyandu bulan Agustus 2020. Data anak (usia, jenis kelamin, berat dan panjang badan lahir) dan data ibu (karakteristik ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, status KEK, dan anemia) diperoleh melalui buku catatan kelahiran di Puskesmas Genuk Kota Semarang. Data dianalisis dengan uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil. Sebagian besar anak mengalami stunting (52,4%). Sebanyak 20,6 persen anak memiliki riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dan 23,8 persen memiliki riwayat panjang badan lahir pendek. Sebagian besar ibu (57,1%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sebanyak 6,3 persen ibu memiliki tinggi badan berisiko, 22,2 persen ibu kategori KEK, dan 33,3 persen mengalami anemia saat hamil. Dominasi kejadian stunting terjadi pada anak perempuan. Riwayat BBLR (p=0,047), panjang badan lahir (p=0,000), dan status anemia ibu (p=0,032) berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Riwayat BBLR (p=0,004) dan status anemia ibu saat hamil (p=0,001) paling berisiko menjadi stunting. Kesimpulan. Anak dengan riwayat BBLR berisiko 18,6 kali lebih besar menjadi stunting dan anak dengan riwayat ibu anemia saat hamil berisiko 17 kali lebih besar menjadi stunting.
PENYULUHAN TENTANG KEHAMILAN RISIKO TINGGI Indri Astuti Purwanti; Nuke Devi Indrawati; Arief Tajally Adhiatma
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 1, No 2 (2018): Juli 2018
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v1i2.11

Abstract

Kelurahan Bandarharjo dan Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara berada di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo  yang memiliki jumlah kasus kematian ibu tertinggi se-wilayah Kota Semarang pada tahun 2015. Hasil penelitian sebelumnnya tentang pemetaan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tersebut menunjukkan bahwa semua ibu hamil di wilayah tersebut tergolong risiko tinggi dan risiko sangat tinggi. Media promosi kesehatan tentang kehamilan risiko tinggi juga belum tersedia dari kementrian kesehatan. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini memberi dampak. Kader kesehatan setempat pun mahir menyusun media promosi kesehatan tentang kehamilan risiko tinggi setelah mengikuti pelatihan yang merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat ini. Kata kunci: ibu hamil, kehamilan risiko tinggi.
Perbedaan Kadar Hemoglobin Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Kelor (Moringa Oleifera) pada Wanita Usia Subur (Studi di Dukuh Ngawenombo, Blora Jawa Tengah) Alvina Rachmatillah Jamil; Rahayu Astuti; Indri Astuti Purwanti
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i1.2021.23-30

Abstract

ABSTRAK  Latar belakang: Anemia pada perempuan terjadi jika kadar Hb (Hemoglobin) < 12 gr/dL. kondisi ini sangat dipengaruhi oleh zat gizi antara lain : zat besi, protein dan vitamin C. Daun Kelor (Moringa oleifera) merupakan tumbuhan kaya akan zat gizi, sehingga menarik diteliti.Tujuan: Mengteahui perbedaan kadar Hb berdasarkan kebiasaan konsumsi kelor di Dukuh Ngawenombo, Desa Ngawenombo, Blora, Jawa Tengah.Metode: Penelitian desain cross sectional ini melibatkan 70 subjek perempuan usia ≥ 20 tahun dipilih secara purposive sampling, pada kelompok konsumsi kelor terus menerus dan kelompok tidak konsumsi kelor sama sekali. Data yang dikumpulkan mencakup kadar Hb diukur dengan alat Easy Touch GHb, kebiasaan konsumsi kelor diukur dengan kuisioner dan asupan makanan diukur dengan metode recall 2x24 jam. Uji statistika yang digunakan : uji T-Independent, One Way Anova dan Kruskal Wallis. Uji kenormalan data digunakan uji kolmogorov smirnov.Hasil: Tedapat 30 orang (42,9%) mengkosumsi kelor dan 40 orang (57,1%) tidak konsumsi kelor. Terdapat 17 orang (56,7%) mengkonsumsi kelor sejak 3 tahun terakhir, 9 orang (30,0%) 2 tahun terakhir dan 4 orang (13,3%) 1 tahun terakhir. Frekuensi konsumsi kelor ≥ 3x per-minggu terdapat 26 orang (86,7%) dan < 3x per-minggu terdapat 4 orang (13,3%). Bentuk kelor yang dikonsumsi yaitu sayur kelor, teh kelor, dan kapsul kelor. Rata-rata kadar Hb perempuan konsumsi kelor 13,4gr/dL dan perempuan tidak konsumsi kelor 11gr/dL dan hasil uji perbedaan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,00).Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan kadar Hb perempuan konsumsi kelor dan tidak konsumsi kelor. Kata Kunci: Kadar Hemoglobin, Daun Kelor, Wanita Usia Subur ABSTRACT Background: Anemia occurs in women if the amount of hemoglobin is <12 gr/dL. Nutrients including: iron, calcium, and vitamin C greatly affect hemoglobin. The leaves of Moringa oleifera are rich in nutrients so they are interesting for study research.Objective: Knowing the difference in Hb levels in Hamlet Ngawenombo, Ngawenombo Town, Blora, Central Java based on the moringa consumption habits. Method: This cross-sectional design analysis included 70 female participants between the ages of 20 selected by purposeful sampling in the continuous Moringa consumption and the non-Moringa consumption. Data collected included Hb levels measured with Easy Touch GHb, Moringa consumption habits were measured using a questionnaire and food intake was measured using 2x24 hour recall process. The statistical tests used: T-Independent, One Way Anova and Kruskal Wallis. Normality test data used the Kolmogoro Smirnov test.Results: Moringa was consumed by up to 30 people (42,9%), and 40 people (57,1%) did not consume Moringa. Over the last 3 years, there have been 17 people (56,7%) consumed Moringa, 9 people (30,0%) last 2 years and 4 people (13,3%) last 1 year. There are 26 people (86.7%) in Moringa consumption frequency ≥3x/week and 4 people (13.3%) in Moringa consumption frequency <3x/week. Moringa's type that is consumed is vegetable, tea, and capsules. The average Hb levels of female Moringa consumption 13,4gr/dL and females non-Moringa consumption 11gr/dL and the results of the differential test showed differences (p=0,00). Conclusion: The Hemoglobin level of female Moringa consumption and non-Moringa consumption are different.  Keywords: Hemoglobin Levels, Moringa Leaves, Women Reproductive Age 
Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang Premarital Skrining di Puskesmas Kota Semarang Dewi Puspitaningrum; Nuke Devi Indrawati; Indri Astuti Purwanti
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 10th University Research Colloquium 2019: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.818 KB)

Abstract

Prioritas kesehatan Indonesia adalah ibu dan anak. Salah satu indikator kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, dimana menurut hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup namun belum signifikan. Upaya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yang telah dilakukan seperti program EMAS tahun 2012 yang dimana melakukan peningkatan pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang lebih baik. Pada program EMAS pemerintah ada 6 yang diprogramkan yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi TT, pelayanan kesehatan ibu bersalin, nifas, penanganan komplikasi kebidanan dan pelayanan KB. Program pemerintah belum ada program pelayanan pranikah bisa menjadi pencegahan adanya angka kematian ibu.Puskesmas merupakan tempat pelayanan yang primer pada masyarakat, sehingga bila pelayanan pranikah dioptimalkan di Puskesmas bisa menjadi acuan awal dalam pencegahan kematian ibu. Sehingga sebelum adanya program untuk pelayanan pranikah perlu adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai dengan kebutuhan saat pelayanan pranikah. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan adanya pengembangan SOP tentang premarital skrining.Metode dalam penelitian ini dengan observasi SOP premarital skrining yang sudah ada di 37Puskesmas Kota Semarang, kemudian melakukan pengembangan SOP dengan mengobservasi sarana dan prasarana di Puskesmas. Hasil penelitian ini bahwa pengembangan SOP premarital skrining terdapat SOP yang memuat secara partial sebesar 20 Puskesmas (54,05%). Adanya SOP yang masih partial sehingga perlu dikembangan item pada bagian SOP memuat tentang pemeriksaan khusus pasangan pranikah dan pemeriksaan laboratorium yang menyeluruh pada kedua pasangan. Sehingga bisa disimpulkan dengan adanya pengembangan SOP premarital skrining ini dapat merupakan langkah yang efisien dalam melakukan pencegahan kematian ibu nantinya dalam menghadapi proses reproduksi.
PENYULUHAN DARING KB DAN KONTRASEPSI PADA DAWIS 01, RT/RW: 04/01, KRAJAN, NGAWEN, CLUWAK, PATI Indri Astuti Purwanti; Septyana Dyah Puji Hastuti; Shofia Ulviyana; Fatimatuz Zahro
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan Vol 4, No 2 (2022): Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jpmk.v4i2.9959

Abstract

Dawis 01, RT/RW:04/01 Dusun Krajan, Desa Ngawen, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, memiliki posyandu yang rutin berkegiatan setiap bulan dalam masa pandemic Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Sayangnya, kegiatan penyuluhan kesehatan tidak dilakukan dalam posyandu tersebut. Kurangnya penyuluhan kesehatan berdampak pada rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak, termasuk KB dan kontrasepsi. Hasil survei dalam Praktik Kebidanan Komunitas menunjukkan bahwa masyarakat hanya mengetahui suntik hormonal sebagai metode kontrasepsi. Bahkan, 3 dari 10 Pasangan Usia Subur (PUS) menyatakan tidak menggunakan kontrasepsi meski belum ingin punya anak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa unmet need KB melebihi standar nasional (5%). Oleh karena itu, pelaksana pengabdian masyarakat melakukan penyuluhan daring tentang KB dan kontrasepsi. Target luaran penyuluhan ini adalah peningkatan pengetahuan minimal 20%. Media yang digunakan adalah Whatsapp Group (WAG). Pelaksana pengabdian masyarakat melakukan pretest, pemberian materi, kemudian posttest. Hasilnya, rerata nilai pretest peserta adalah 60, rerata nilai posttest adalah 75,71, peningkatan rerata nilai adalah 15,71. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan tersebut berhasil meningkatkan pengetahuan peserta sebesar 26,19%. Dengan demikian, target luaran kegiatan ini telah tercapai.
Faktor Resiko Penyebab Perdarahan Postpartum Ariyani Lutfitasari; Lia Mulyanti; Sherkia Ichtiarsi Prakasiwi; Indri Astuti Purwanti; Thoyyibatul Islami
Midwifery Care Journal Vol 4, No 1 (2023): January 2023
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/micajo.v4i1.9402

Abstract

One of the causes of the high maternal mortality rate in Indonesia is postpartum hemorrhage. Postpartum hemorrhage is an abnormal condition where the blood that comes out is very much up to 500 cc or even more. This case of postpartum hemorrhage can occur in all circles of pregnant women. AKI is one of the biggest problems in the health sector in developing countries and is mostly caused by bleeding. This study aims to determine what are the risk factors for postpartum hemorrhage. The type of research used in this study is a literature review research using 5 journals obtained from Google Scholar, this study uses two variables, the dependent variable and the independent variable. The dependent variable is postpartum hemorrhage and the independent variables are age, parity, delivery distance, hemoglobin level, duration of labor and previous delivery history. The most dominant factor in the incidence of postpartum hemorrhage is parity. It is hoped that further researchers will seek more references from various reliable sources to enrich the data