Lusila Andriani Purwastuti
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

National education ideology as the orientation of the school culture development policy at SMA N 1 and SMA N 3 Yogyakarta Lusila Andriani Purwastuti; Shodiq A Kuntoro; Dwi Siswoyo
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol 5, No 1 (2017): June
Publisher : Graduate School, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jppfa.v5i1.14755

Abstract

This study aimed at describing the national education ideology as the orientation of the school culture development policy at SMA N 1 and SMAN 3 Yogyakarta. This research employed the qualitative approach through ethnography method. The subjects of the research were the school community. The object was the implementation of Pancasila on the development of the school culture. The data were collected through interviews, observations, and documentation. The data were analyzed using ethnography analysis as suggested by Spradley and they were validated by data triangulation and member checks. The results show that the national education ideology as the orientation of the school culture development is understood: (1) as an open ideology; (2) implemented on the basis value; instrumental values; the value of practices in the school culture; (3) The school culture in SMA N 1 and SMA N 3 is the implementation and contextualization of the values of Pancasila, along with the uniqueness of SMA N 1 with its “Teladan” icon which represents the religious morality and intellectual, as well as at SMA N 3 with its “Padmanaba” icon representing noble behavior. (4)  Both schools have developed the school culture, namely: religious morality, social-culture, intellectual, and environment/management/leadership.
DIFUSI MODEL PERUMUSAN KEBIJAKAN SEKOLAH RAMAH ANAK DI KAWASAN PESISIR WISATA Mami Hajaroh; Lusila Andriani Purwastuti; Rukiyati Rukiyati; Bambang Saptono
Jurnal Kependidikan Penelitian Inovasi Pembelajaran Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jk.v4i2.27238

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hasil difusi model dan mengukur kriteria model  sebagai inovasi. Penelitian ini adalah penelitian difusi, model perumusan kebijakan sekolah  ramah anak di tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini menggunakan mixed qualitrative-quantitative method. Partisipan penelitian ini 10 Sekolah Dasar, total 53 orang.Data dikumpulkan melalui wawancara, kuisioner, dokumen, dan diskusi terfokus. Teknik analisis data statistic deskriptif dan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  model perumusan kebijakan sekolah ramah anak  memenuhi  kriteria  bagus  sebagai  inonasi  karena  sesuai  dengan  lima  kriteria  inovasi  yakni  keunggulan relatif  (relative advantage), kompatibilitas (compatibility),kerumitan  (complexity), kemampuan  diujicobakan (trialability), dan kemampuan diamati (observability). Hasil difusi juga menunjukkan bahwa sekolah mengadopsi model analisis perumusan kebijakan pendidikan sebagai inovasi. Model ini  efektif untuk diterapkan di  sekolah untuk menginterpretasi kebijakan dari tingkat makro dan meso ke dalam kebijakan mikro (satuan Pendidikan). Keefektifan tercapai karena adanya kolaborasi yang sinergis antara Tri Pusat Pendidikan (sekolah, masyarakat, dan keluarga) pada  tahap intepretasi kebijakan dan program, serta pada tahap pengorganisian dan aplikasi kebijakan  sekolah ramah anak.THE DIFFUSION OF CHILD-FRIENDLY SCHOOL POLICY FORMULATION MODELS AT THE EDUCATION UNIT LEVELThis study aimed to reveal the results of the diffusion models and measure the criteria of the models as an innovation. This study is diffusion research, a model for formulating child-friendly school policies at the education unit level. This study used a mixed qualitative-quantitative method. The participants of this study were 10 elementary schools, a total of 53 people. The data were collected through interviews, questionnaires, documents, and focused discussions. The data analysis techniques were descriptive statistics and qualitative analysis. The results show that the model for formulating child-friendly school policies met the good criteria as an innovation since it complied with five innovation criteria, namely relative advantage, compatibility, complexity, trialability, and observability. The results of the diffusion also show that schools adopt an analytical model of education policy as an innovation. This model is effective to be applied in schools to interpret policies from the macro and meso levels into micro policies (Education units). Effectiveness is achieved due to synergistic collaboration between the Three Education Centers (schools, communities, and families) at the policy and program interpretation stage, as well as at the stage of organizing and applying child-friendly school policies.
Keterlibatan Orang tua dalam Pengasuhan Anak pada Dual Earner Family: Sebuah Studi Literatur Noerizka Putri Fajrin; Lusila Andriani Purwastuti
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 6, No 4 (2022)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v6i4.1044

Abstract

Tuntutan ekonomi yang semakin tinggi saat ini terkadang membuat suami dan istri dalam sebuah keluarga harus bekerja. Kondisi ini berpengaruh pada keterlibatan orang tua  dalam pengasuhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis serta memberikan solusi tentang keterlibatan orang tua  dalam pengasuhan pada dual earner family. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data-data pustaka tentang keterlibatan orang tua  dalam pengasuhan pada dual earner family. Metode pengumpulan data pustaka dilakukan dengan membaca, mencatat serta mengelola bahan penelitian dengan melakukan analisis kritis lalu menyimpulkan bahan penelitian. Hasil penelitian yaitu orang tua  merupakan pengasuh terpenting dalam kehidupan anak-anak. Keseimbangan tugas pengasuhan pada keluarga dual-career adalah sebuah proses dan bukan sebuah pencapaian statis. Pola asuh yang efektif dalam dual earner family harus menyeimbangkan peran gender antara suami dan istri, yaitu dengan saling bekerjasama satu sama lain, misalnya suami dan istri sama-sama turut aktif dalam membersihkan rumah, pendidikan dan kesehatan anak serta kegiatan di masyarakat.
Pendidikan berbasis nilai untuk guru taman kanak-kanak Rukiyati Rukiyati; Lusila Andriani Purwastuti; Mami Hajaroh; Arif Rohman
FOUNDASIA Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v12i2.46494

Abstract

Studi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam menghidupkan nilai-nilai yang diterapkan di sekolah. Kegiatan ini menggunakan strategi berupa teori, dialog, dan proyek. Instrumen yang digunakan adalah kuis dan angket. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif. Subjek kegiatan adalah guru Taman Kanak-Kanak di berbagai wilayah di Indonesia, meliputi Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Jawa dan Hong Kong sejumlah 142 orang. Hasil kegiatan menyimpulkan bahwa para guru telah dapat memahami nilai-nilai dan mempraktikkannya di dalam kegiatan pembelajaran. Para peserta mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dan juga dapat bertukar pengalaman dengan guru di luar Yogyakarta sehingga pertemanan peserta tampak semakin akrab. Peserta menilai kegiatan telah berjalan sangat baik dan bermanfaat.  Saran dalam kegiatan selanjutnya adalah dilibatkannya orang tua siswa dalam kegiatan ini sehingga tujuan pendidikan berbasis nilai dapat dicapai dengan lebih optimal.Kata kunci: Pendidikan taman kanak-kanak, nilai-nilai, kompetensi guru
PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI KEARIFAN LOKAL PARA BURUH MIGRAN DI HONG KONG Rukiyati Rukiyati; Mami Hajaroh; Lusila Andriani Purwastuti
FOUNDASIA Vol 9, No 1 (2018): EDISI SEPTEMBER
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v9i1.26162

Abstract

Para buruh migran yang bekerja di Hong Kong perlu diberi motivasi dan wawasan keindonesiaan dan rasa nasionalisme agar mereka bekerja dengan tekun tetapi mempunyai target yang jelas untuk kembali ke tanah air. Pemberian motivasi dan wawasan dilakukan dengan media kearifan lokal Indonesia berupa pengenalan kembali dan menyanyikan lagu-lagu tradisional, dan  lagu wajib serta memasak makanan tradisional Indonesia. Peserta pelatihan ini adalah para buruh migran yang tergabung dalam organisasi nirlaba TCKLC Hong Kong sebanyak 25 orang, kesemuanya perempuan. Metode PPM yang digunakan adalah ceramah singkat, diskusi, penugasan, praktik, dan bernyanyi. Hasil kegiatan PPM menunjukkan para buruh migran sangat senang menerima pelatihan penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui kearifan lokal. Diperoleh kesadaran dari para buruh migran bahwa walaupun di Hong Kong mereka mendapatkan penghasilan yang cukup besar, tetapi tetap merasa sebagai kurang bermartabat, kurang terhormat. Setelah pelatihan,para buruh migran merasa sangat termotivasi untuk pulang ke tanah air dengan  rencana yang jelas untuk pekerjaan dan kegiatannya masing-masing. Bekal dari Hong Kong berupa uang akan dimanfaatkan untuk usaha dan sekolah,  sedangkan bekal ilmu akan digunakan untuk bekerja menjadi guru di daerahnya masing-masing. Lima bulan setelah pelatihan, diperoleh informasi sebagian buruh migran yang telah selesai masa kontraknya benar-benar telah kembali ke tanah air dan bekerja sesuai rencana ketika pelatihan. Ada yang menjadi guru PAUD, guru bahasa Inggris, melanjutkan pendidikan, dan ada pula yang berwirausaha. Kata kunci: Nilai nasionalisme, buruh migran, kearifan lokal
Landasan Filosofis Pendidikan Dalam Perspektif Guru Achmad Dardiri; Lusila Andriani Purwastuti; Zulkifli Syauqi Thontowi
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/05204.2021

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang landasan filosofis pendidikan dalam perspektif Guru, yang meliputi landasan ontologis pendidikan, landasan epistemologis pendidikan dan landasan aksiologis pendidikan dalam perspektif guru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan guru senior dan guru yunior, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan guru mengenai landasan ontologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep realitas terdapat perbedaan antara guru senior dan guru yunior. Bagi guru senior realitas difahami sebagai realitas fisik dan non fisik, sedangkan bagi guru yunior realitas bersifat fisik semata. Pandangan tentang manusia sebagai realitas, keduanya sefaham bahwa manusia memiliki aspek fisik-lahiriah dan aspek rohani-batiniah. Pandangan tentang peserta didik keduanya juga sefaham sebagai sosok manusia yang sudah memiliki bakat, dan dapat dikembangkan lewat pendidikan. Pandangan guru mengenai landasan epistemologis pendidikan yaitu yang menyangkut konsep pengetahuan terdapat perbedaan formulasi antara guru senior dan guru yunior. Dalam pandangan guru senior, pengetahuan merupakan kumpulan pengalaman yang dialami seseorang dari orang lain. Sedangkan bagi guru yunior, pengetahuan manusia sifatnya universal dan bersumber tidak hanya dari guru atau sekolah melainkan juga dari sumber lain. Dalam masalah metode pembelajaran keduanya berbeda, namun keduanya sepakat bahwa metode dapat diganti saat proses pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi real di kelas. Dalam masalah kebenaran, terdapat perbedaan formulasi. Bagi guru senior, kebenaran sifatnya lentur, fleksibel dan relative, karena melihat realitas di SMAN 3 Yogyakarta warga sekolahnya sangat beragam. Sedangkan dalam pandangan guru yunior, norma yang digunakan untuk menilai benar salahnya sesuatu hal sifatny universal yakni yang dapat diterima oleh semua warga sekolah, karena warga sekolah khususnya peserta didiknya sangat beragam dari latar belakang agama, dan budaya yang berbeda. Dalam hal landasan aksiologis, bagi guru senior, nilai yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai prestasi, kesalehan, kemanfaatan, kebersamaan, kepedulian sosial dan demokrasi. Sedangkan bagi guru yunior, nilai dominan yang dikembangkan di SMAN 3 Yogyakarta adalah nilai tanggung jawab, nlai persatuan, dan nilai kreativitas.
Effectiveness of STEAM-based blended learning on students’ critical and creative thinking skills Agnesi Sekarsari Putri; Zuhdan Kun Prasetyo; Lusila Andriani Purwastuti; Anti Kolonial Prodjosantoso; Himawan Putranta
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 12, No 1: March 2023
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v12i1.22506

Abstract

The critical and creative thinking skills of Indonesian students are relatively low from countries in the Malay family such as Malaysia and Singapore. This research aims to improve students’ critical and creative thinking skills through the use of Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics (STEAM) based blended learning. This research is a quasi-experimental study using a nonequivalent pretest-posttest control-group design. The sample consists of 180 junior high school students in Yogyakarta, Indonesia. The samples in this study are 90 experimental class students and 90 control class students selected by random sampling cluster techniques because the selected samples come from individual groups or clusters. The instrument in this study consists of six questions in the form of essay questions. Test questions are analyzed using the gain score test and Kruskal-Wallis with SPSS 22. The results show steam-based blended learning can improve critical and creative thinking skills on all indicators with medium to high categories. The improvement of students’ critical and creative thinking skills in experimental classes is higher than that of the control class. In addition, there are differences in learning outcomes between control classes and experimental classes. STEAM-based blended learning can be an alternative for teachers to solve the problem of low critical and creative thinking skills.
Batik as a craft teaching-learning medium To preserve values of local wisdom in elementary schools in Bantul, Indonesia Lusila Andriani Purwastuti
Humanika Vol 22, No 2 (2022): Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v22i2.53888

Abstract

Education is required to give earnest attention to the development of Indonesian people in all dimensions. This is in line with education as the main vehicle in nation and character building. The whole development of its dimensions (arrangement of nature, the characteristics of nature, and the position of nature) can only be done if humans since the beginning of its birth have been educated to the actualization of these potentials. Education would give a real and significant contribution in supporting the development of the nation’s character as a whole that become a big agenda for Indonesia. The research approach used in this research is qualitative descriptive. This research took place in SendangsariPrimary School, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. The data were obtained by observation, interview, and documentation. The data analysis includes data reduction, classification, verification, and conclusion. The validity of data used triangulation. The research concluded that local wisdom values contained in batik can be identified as follows:  the value of honesty, patience, perseverance, cooperation, tolerance, democratic, hard work, patience, religious, virtue, inner and outer well-being, the scientefic value (mixing colors in batik) patient, honest, loving environment, patriotism, creative and innovative. SD Sendangsari has been carrying out thematic-integrative character education based on local wisdom.
Kegiatan outbond sebagai media pendidikan karakter Pancasila pada pendidikan anak usia dini Lusila Andriani Purwastuti
Jurnal Pendidikan Karakter VOL 13, NO 2 (2022)
Publisher : DRPM Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jpka.v13i2.48573

Abstract

This study aims to examine character education learning media that are in accordance with the principles of learning in early childhood. Outbound can be used as a character learning medium in Early Childhood Education. Outbound as a character learning medium is an essentially learning approach that uses the principle of playing while learning, experience learning, which is adapted to aspects of child development. This research is a research and development following the model of Thiagarajan which consists of define, design, development, and disseminate. The results of this study indicate that outbound in early childhood education is adapted from outbound games commonly used in recreational places which are embedded in learning themes and sub-themes. Learning activities are adapted to learning in kindergarten which consists of an introduction, core, and closing. Outbound activities for PAUD consist of games Reaching for the Stars, Chain of Love, Defending the Fort, Building a Lighthouse, and Maze of Social Justice. The five forms of this game are learning that contains the values of divinity, humanity, nationalism, democracy, and welfare. Apart from that, outbound learning also includes the values of cooperation, empathy, tolerance, leadership, and being able to stand the test of facing challenges. Outbound is an effective learning media for national character education for early childhood.