Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Jejak kolonial dalam wawacan regen boncel bupati Caringin karya H.S. ranggawaluja Danan Darajat; Dedi Koswara; Agus Suherman
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/ajsp.v12i1.9091

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya jejak kolonial pada wawacan Regen Boncel bupati Caringin yang merupakan karya sastra Sunda klasik. Dalam wawacan ini diceritakan seorang tokoh bernama Boncel yang asalnya hidup sengsara, tetapi karena dipercaya dan diangkat anak oleh Tuan Asisten Residen, akhirnya dia bisa menjadi seorang bupati di Caringin. Namun, karena durhaka pada ibunya, di akhir kisah hidupnya, Si Boncel menjadi celaka dan sengsara. Secara deksriptif-kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur formal, struktur naratif, dan unsur poskolonial (mimikri, hipokritas, hibriditas, dan ambivalensi) yang terdapat dalam wawacan Regen Boncel Bupati Caringin karya H.S. Ranggawaluja. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa struktur yang terdapat dalam wawacan tersebut sudah lengkap, yang meliputi struktur formal (guru lagu dan guru wilangan, watak pupuh, dan sasmita pupuh), struktur naratif (alur, motif cerita, pelaku, latar, dan tema). Selanjutnya, dalam wawacan ini juga ditemukan adanya unsur poskolonial yang meliputi mimikri, hipokritas, hibriditas, dan ambivalensi.
Realisasi Active Learning pada Pembelajaran Bahasa Inggris dalam Konteks Pendidikan Keperawatan Deddy Suryana; Amanda Puspanditaning Sejati; Agus Suherman
Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni Vol 22, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/komposisi.v22i1.110855

Abstract

Distance learning is a challenge in the implementation of health education. The Government of Indonesia recommends the Merdeka Belajar – Kampus Merdeka policy which carries the concept of active learning to be implemented at the college level, including health education. In connection with this, the studies of active learning models in the context of medical education during the COVID-19 period has not been widely reviewed. Therefore, this study aims to explore the implementation of active learning model in English for Professional Nurses subject in a nursing study program in one of the universities in Indonesia. This research employed descriptive research design with qualitative approach. The subject of this study was 1 lecturer. Data and its collection techniques were the learning activities data taken using observations and interviews. The results of this study showed that active learning model can be implemented in asynchronous learning. This research is expected to give overview of active learning in higher education context.
Wawacan Pandita Sawang sebagai Naskah Keagamaan: Tinjauan Kedudukan dan Fungsi Agus Suherman
Manuskripta Vol 7 No 2 (2017): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara (The Indonesian Association for Nusantara Manuscripts, Manassa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.745 KB) | DOI: 10.33656/manuskripta.v7i2.93

Abstract

Religious matter always comes in every part of life as one of basic human needs, include its also recorded in old manuscripts. Wawacan Pandita Sawang (WPS) is one of manuscript which contains religious values (Islam). With analytic descriptive approach, this paper reveals religous values which contained in WPS. Furthermore, this paper also discusses about philologycal matter around, like copying, spreading manuscript, and its position and story function. Based on analytical result, WPS is very full of religious values with basics material of Islam. It starts from self-understanding through process of creation, maternity, death, principles of Islam, and wudhu. Pupuh poem is used to present religious values in this manuscript. So, besides as advices, it also provide a sense of entertainment through wawacan rebound. --- Sebagai salah satu kebutuhan dasar, masalah keagamaan senantiasa hadir dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk terekam dalam naskah-naskah kuna. Wawacan Pandita Sawang (WPS) merupakan salah satu naskah Sunda kuna yang berisi tentang keagamaan (Islam). Dengan menggunakan metode analisis deskriptif, tulisan ini mengungkap nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam naskah WPS. Selain itu tulisan ini juga disertai pembahasan seputar permasalahan filologis yang melingkupinya: penyalinan atau penyebaran naskah, serta kedudukan dan fungsi cerita. Berdasarkan hasil analisis, WPS sangat sarat dengan nilai-nilai keagamaan dengan cakupan materinya sangat mendasar. Diawali dari pemahaman diri melalui proses penciptaan (dalam kandungan), kelahiran, kematian, ritual rukun Islam, dan wudhu. Penghadiran ajaran agama dalam naskah ini dikemas dalam bentuk puisi pupuh, sehingga kedudukan dan fungsinya di samping sebagai ajaran atau petuah, juga memberikan rasa hiburan melalui lantunan tembang wawacan.
NILAI- NILAI KEBANGSAAN DALAM LIRIK PUPUH UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Agus Suherman; Haris Santosa Nugraha
JALADRI : Jurnal Ilmiah Program Studi Bahasa Sunda Vol 5 No 1 (2019): Jaladri
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.711 KB) | DOI: 10.33222/jaladri.v5i1.1467

Abstract

Penanaman nilai-nilai kebangsaan sebaiknya dilakukan sejak dini terutama di usia sekolah dasar. Sumber-sumber nilai kebangsaan yang ditanamkan tersebut di samping berasal dari landasan ideal dan konstitusional, juga dapat diambil dari muatan-muatan mata pelajaran. Dengan menggunakan metode deskriptif, tulisan ini mengkaji nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam lirik pupuh untuk siswa sekolah dasar dalam mata pelajaran bahasa Sunda. Hasilnya, beberapa pupuh yang diajarkan di beberapa tingkatan kelas, banyak mengandung nilai-nilai kebangsaan. Nilai-nilai tersebut telah lama dianut dan diamalkan oleh masyarakat Sunda sehingga telah menjadi ingatan kolektif dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, nilai-nilai tersebut sangat bersesuaian dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Oleh sebab itu, pelajaran bahasa Sunda khususnya materi pupuh sangat berkontribusi positif dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi penerus bangsa.
Karinding: Dari Ungkapan Hati Menjadi Karya Seni (Sebuah Tinjauan Etnomusikologi) Zulfikar Alamsyah; Agus Suherman
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol. 5 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v5n2.p125-133

Abstract

Karinding is a traditional West Javanese musical instrument made of bamboo. Now the existence of these traditional musical instruments has started to bloom again being preserved by young people. By using a descriptive analytic method through an ethnomusicological approach, literature study techniques, and observation, this study aims to describe aspects of function, musical, instruments, and support. The results of this study include four things. First, in the aspect of Karinding function experienced significant changes. Starting from a communication tool until now it has changed its function as a medium of entertainment, education, and commodities. Second, in terms of musical Karinding is experiencing development, Karinding buhun, which at first only could imitate the sound and rhythm of insects and tools around the community, has developed with the type of Karinding toél which has diatonic and pentatonic scales. Third, this Karinding musical instrument is divided into three parts namely pancepengan, cécét ucing, and paneunggeul. These three parts of Karinding have their own philosophical values ​​which are closely related to the beliefs of the Sundanese people. Fourth, the Karinding Attack community and the Karinding Group in Cirama Girang Village have become one of the activist communities in preserving the traditional arts of Karinding in West Java. From this study it can be concluded that Karinding is a musical instrument that was born from folklore which has a life learning philosophy to become a patient, confident and simple human being. This musical instrument has undergone revitalization to become a traditional musical performance. In addition, the Karinding art, which was declared almost extinct, has now been revived and is in great demand, especially by young people.
Aspek Psikologi Sosial dalam Dongeng Nyi Kalimar Bulan Annisa Ramadhani; Agus Suherman
LOKABASA Vol 13, No 2 (2022): Vol. 13 No. 2, Oktober 2022
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v13i2.52694

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengungkap psikologi sosial yang terdapat dalam karya sastra Sunda dengan cara mendeskripsikan struktur cerita dan aspek psikologi sosial yang terdapat dalam dongeng Nyi Kalimar Bulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitik. Sumber data dalam penelitian ini adalah dongeng Nyi Kalimar Bulan karya Usep Romli. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa struktur cerita dongeng Nyi Kalimar Bulan meliputi tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan amanat, serta aspek psikologi sosial yaitu berupa pikiran sosial, pengaruh sosial, dan hubungan sosial. Aspek pikiran sosial terkandung dalam dunia sosial, penilaian sosial, dan sikap. Aspek pengaruh sosial meliputi genetik, gender, persuasi, dan pengaruh kelompok. Aspek hubungan sosial meliputi prasangka, agresi, ketertarikan, keintiman, menolong, dan konflik. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dongeng Nyi Kalimar Bulan mengandung aspek psikologi sosial yang dapat dibandingkan sekaligus dijadikan cerminan kehidupan.
MODEL PELATIHAN LITERASI DIGITAL UNTUK REMAJA USIA SEKOLAH Dadang Sudana; Amir Amir; Deddy Suryana; Agus Suherman
Dimasatra Vol 3, No 1 (2022): OKTOBER
Publisher : Dimasatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.992 KB) | DOI: 10.17509/dm.v3i1.55265

Abstract

Pada abad yang serba canggih ini perkembangan berbagai macam teknologi terjadi  sangat cepat. Teknologi menjadi alat yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia dan telah dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah melakukan apapun tugas dan pekerjaannya. Teknologi dapat membantu menjadikan dunia kita lebih terbuka, lebih damai, dan lebih adil.  Dengan teknologi dunia dapat mengakhiri kemiskinan,  mengurangi kematian ibu dan bayi, mempromosikan pertanian berkelanjutan dan pekerjaan yang layak, serta mencapai literasi universal. Tetapi teknologi juga dapat mengancam privasi, mengikis keamanan, dan memicu ketidaksetaraan. Oleh karena itu,  Model Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dikonstruksi untuk mengedukasi khalayak sasaran mengenai hal-hal berupa: Undang undang Internet dan Transaksi Elektronik, Hoaks, Bullying  dan Cyberbullying,  pengidentifikasian informasi yang kredibel, dan pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran. Metode yang digunakan pada model PkM ini yaitu pelatihan dan pendampingan. Khalayak sasaran yang dilibatkan ialah remaja yang merupakan representasi generasi digital native yang mengikuti pendidikan formal tingkat menengah di daerah Pantura Subang Jawa Barat. Model PkM ini diharapkan dapat dipergunakan pada program program PkM sejenis dalam pelatihan kemampuan literasi digital khalayak sasaran, sehingga kehadiran teknologi digital dapat menjadi lebih bermakna umumnya dalam kehidupan sehari-hari dan khususnya dalam proses pembelajaran.
Kearifan Lokal dalam Dua Novelet Anak Karya Dadan Sutisna Zulfikar Alamsyah; Agus Suherman
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 11, No 2 (2022): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v11i2.5402

Abstract

This study aims to reveal the value of local wisdom in the two children's stories by Dadan Sutisna, Nu Ngageugeuh Legok Kiara, and Mystery Haur Geulis. After being analyzed using the content analysis method, it was found that these two stories have five values of local wisdom related to the fields of education, social, ethics, culture, and religiosity. In the conclusion of this study, the novellet entitled Nu Ngageugeuh Legok Kiara contains the value of local wisdom related to the relationship between humans and nature. Humans as intelligent beings must be able to live in harmony with nature. Meanwhile, the novellet Mystery of Haur Geulis contains the value of local wisdom related to culture and people's beliefs that must be respected and recognized as our national identity. Therefore, these two children's stories deserve to be used as teaching materials in schools to introduce the local wisdom of the Sundanese people to maintain a local culture in the younger generation.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kedua cerita anak karya Dadan Sutisna yang berjudul Nu Ngageugeuh Legok Kiara dan Misteri Haur Geulis. Setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi konten dan teknik pengkajian isi dokumen, ditemukan hasil bahwa kedua cerita ini memiliki lima nilai kearifan lokal yang berkaitan dengan bidang pendidikan, sosial, etika, budaya, dan religiositas. Kesimpulan dari penelitian ini, novelet berjudul yang Nu Ngageugeuh Legok Kiara mengandung nilai kearifan lokal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan alam, intinya manusia harus bisa hidup selaras dengan alam, sedangkan novelet Misteri Haur Geulis mengandung nilai kearifan lokal yang berkaitan dengan kebudayaan dan kepercayaan masyarakat yang harus dihormati dan diakui sebagai identitas kebangsaan. Oleh sebab itu, kedua cerita anak ini bisa dijadikan alternatif bahan ajar di sekolah untuk memperkenalkan khasanah sastra daerah dan sekaligus nilai kearifan lokal kepada peserta didik.
NAMES AND TERMS OF LIVELIHOOD OF SUNDANESE PEOPLE: AN ETHNOLINGUISTIC STUDY: NAMA DAN ISTILAH MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT SUNDA: SEBUAH KAJIAN ETNOLINGUISTIK Danan Darajat; Agus Suherman
Jurnal Kata Vol. 5 No. 2 (2021): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.806 KB) | DOI: 10.22216/kata.v5i2.413

Abstract

Livelihood is one of the cultural institutions. The names and terms contained in it, especially in Sundanese land, are now rarely known by the people. Therefore, it is necessary to conduct studies from an ethnolinguistic point of view. By using descriptive methods and library study techniques, this paper aims to inventory the names and livelihood terms of Sundanese people, both public livelihoods (which are often done) and livelihoods documented in the ancient Sundanese manuscript Sanghyang Siksa Kandang Karesian (SSKK) which was completed in 1518 AD. The results showed that the names and livelihood terms of Sundanese people are very diverse, ranging from ngahuma (farming), nyawah (farming in rice fields), nyadap (tap aren), dagang (trading), dalang (puppet show artist), paraguna (karawitan expert), hempul (traditional game expert), juru pantun (pantun performance artist), painter, panday (ironsmith), ma-rangguy (carvers), catra (cook/chef), pangeuyeuk (textile expert), pratanda (religious expert), hulujurit (warlord/warlord), brahminana (brahmana), ja(ng)gan (monk), bujangga (astrologer), pandita (priest/smart man), queen (leader/president), mangkubumi (deputy head of state), puhawang (skiper), byapari (mathematician/itung-itungan), paraloka (priest/monk), and juru basa darmamurcaya  (linguist). This indicates that Sundanese people have been able to do various types of work and at the same time show that the language used by the community is able to record various activities that they do.