Kunthi Yulianti
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PERBEDAAN RERATA INDEKS SEFALIK DAN TINGGI BADAN ANTARA ETNIS BALI DAN ETNIS NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) DI DENPASAR Rona Nisrina Ananda; Kunthi Yulianti; Henky .; Dudut Rustyadi
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 7 (2021): Vol 10 No 07(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i7.P10

Abstract

ABSTRAK Prinsip identifikasi pada korban bencana adalah dengan membandingkan data antemortem dan postmortem. Proses identifikasi dapat dilakukan melalui pemeriksaan data primer dan sekunder. Pengukuran indeks sefalik dan tinggi badan merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam identifikasi forensik sekunder untuk menentukan ras dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan indeks sefalik dan tinggi badan antara etnis Bali dan etnis Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik dengan desain cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 100 orang responden berusia 21–49 tahun yang merupakan etnis Bali dan etnis NTT, bersedia menjadi subjek dalam penelitian, tidak memiliki riwayat penyakit hormonal dan tidak mengalami trauma kepala (untuk pengukuran indeks sefalik), dan dapat berdiri tegak saat pengukuran tinggi badan dilakukan. Analisis data dilakukan dengan uji Kolmogorov-smirnov untuk menilai normalitas data dan uji dua kelompok t-tidak berpasangan untuk menentukan perbedaan rerata pada dua kelompok. Dari hasil penelitian didapatkan rerata tinggi badan pada etnis Bali adalah 166,140 ± 8,49 dan rerata pada etnis NTT adalah 161,060 ± 9,17 dengan nilai signifikansi p=0,005. Hasil rerata indeks sefalik pada etnis Bali didapatkan sebesar 0,85 ± 0,049 dan rerata pada etnis NTT didapatkan sebesar 0,81 ± 0,056 dengan nilai signifikasi p=0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tinggi badan dan indeks sefalik antara etnis Bali dan etnis NTT. Kata kunci: Indeks sefalik, tinggi badan, identifikasi forensik, antropometri
CARA KEMATIAN WARGA NEGARA ASING DI BALI MENURUT DATA RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI 2010-OKTOBER 2012 Ni Made Ayu Dwipayanti; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 3 (2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.109 KB)

Abstract

Untuk menjaga kepercayaan dunia terhadap keamanan Bali sebagai tujuan wisata, terutama setelah kejadian Bom Bali, diperlukan suatu data statistik kematian warga negara asing di Bali khususnya mengenai cara kematian. Penelitian deskriptif retrospektif ini meneliti cara kematian, dengan populasi penelitian berupa data sekunder yaitu data jenazah warga negara asing di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah dari Bulan Januari 2010-Oktober 2012. Data diolah dengan menggunakan SPSS 16.0. Pada penelitian ini didapatkan 417 data jenazah warga negara asing yang meninggal antara Bulan Januari 2010-Oktober 2012. Dari jumlah ini, 55 data jenazah dikeluarkan dari penelitian karena jenazah tidak bisa diidentifikasi dan tidak meninggal Bali.  Hasil penelitian menggambarkan cara kematian warga negara asing di Bali, yaitu 46,1% mati wajar, 29,3% tidak dapat ditentukan, dan 24,6% mati tidak wajar. Di antara kematian yang tidak wajar, 87,6% jenazah mengalami kecelakaan, 11,2% bunuh diri, dan 1,2% diduga merupakan korban pembunuhan.  
PERBEDAAN RERATA PANJANG LARVA LALAT PADA BANGKAI TIKUS WISTAR YANG TERPAPAR DOSIS LETAL DEKSTROMETORFAN DENGAN YANG TIDAK TERPAPAR Revina Amalia Saputra; Ida Bagus Putu Alit; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 3 (2021): Vol 10 No 03(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i3.P02

Abstract

Penentuan waktu kematian penting dilakukan pada kematian tidak wajar. Salah satu cara menentukan waktu kematian adalah dengan entomologi forensik, terutama berdasarkan larva lalat sebagai salah satu temuan post-mortem. Untuk itu, penting untuk mengetahui faktor-faktorryang mempengaruhiipertumbuhan larva lalat. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh konsumsi dekstrometorfan ante-mortem terhadap pertumbuhan larva lalat post-mortem. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental post-testtonly with controllgroup dengan subyek tikuss wistar. Subyek dikontrol untuk jenis kelamin, usia, berat badan, kecacatan fisik, makanan dan minuman lalu diacak dalam kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuanndibunuh dengan pemberian dekstrometorfan hingga dosis letal, kelompok kontrol dibunuh dengan dislokasi servikal. Bangkai tikus diletakkan di tempat terbuka selama tujuh hari lalu panjang larva lalat diukur setiap hari pada hari kedua hingga kelima. Analisa uji beda dilakukan untuk semua hari pengukuran dengan aplikasi SPSS 23.0. Rerata panjang larva lalat pada hari kedua hingga kelima pada kelompok kontrol masing-masing adalah 2,97 mm, 7,90 mm, 13,14 mm, dan 15,40 mm. Pada kelompok perlakuan rerata panjang larva lalat masing-masing adalah 3,82 mm, 11,98 mm, 15,22 mm, dan 17,57 mm. Perbedaan rerata panjang larva ini signifikan dengan nilai p<0,001 untuk semua hari pengukuran dan beda rerata untuk masing-masing hari adalah 0,85 mm, 4,08 mm, 2,08 mm, dan 2,17 mm. Penelitian ini menemukan perbedaan signifikan panjang larva lalat pada semua hari pengukuran dengan larva ditemukan lebih panjang pada kelompok perlakuan. Penelitian ini adalah yang pertama mempelajari hubungan dekstrometorfan dengan laju pertumbuhan larva lalat. Kata kunci: dekstrometorfan, larva lalat, entomologi forensik
PERSENTASE LOKASI ROBEKAN SELAPUT DARA BARU PADA PEMERIKSAAN SPERMATOZOA POSITIF DI RSUP SANGLAH TAHUN 2014-2018 Reyneldis Karmelita Robert; Dudut Rustyadi; Ida Bagus Putu Alit; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 5 (2021): Vol 10 No 05(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i5.P13

Abstract

ABSTRAK Tindakan pemerkosaan terjadi dengan adanya pemaksaan, penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap perempuan di luar pernikahan pelaku untuk melakukan persetubuhan. Bukti terjadinya persetubuhan yakni robekan selaput dara dan adanya cairan mani dengan maupun tanpa sel spermatozoa pada vagina korban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi robekan selaput dara baru pada pemeriksaan spermatozoa positif di RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif menggunakan studi potong lintang. Sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan software SPSS versi 22 untuk mendapatkan lokasi robekan selaput dara baru pada pemeriksaan spermatozoa positif dan negatif di RSUP Sanglah Tahun 2014-2018. Hasil penelitian menunjukkan lokasi robekan selaput dara baru terbanyak di RSUP Sanglah Tahun 2014-2018 adalah pada kedua sisi anterior dan posterior dengan persentase 46,7%. Sementara itu, temuan spermatozoa terbanyak adalah negatif dengan persentase 93,3%. Pada penemuan spermatozoa positif, robekan selaput dara baru ditemukan pada daerah anterior. Pada penemuan spermatozoa negatif, robekan terbanyak ditemukan pada kedua sisi anterior dan posterior dengan persentase 50%. Kata Kunci : Selaput Dara, Spermatozoa
TINGKAT KELENGKAPAN IDENTITAS JENAZAH SERTA KESESUAIAN RANGKAIAN PENYEBAB KEMATIAN PADA SURAT KETERANGAN KEMATIAN DI RSUP SANGLAH TAHUN 2017 Tri Rahayu Kusuma Dewi; Kunthi Yulianti; Dudut Rustyadi
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 11 (2020): Vol 9 No 11(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i11.P14

Abstract

ABSTRAK Praktik kedokteran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam melakukan upaya kesehatan, dan praktik kedokteran yang memiliki aspek medikolegal, merupakan praktik kedokteran yang bertujuan untuk menegakan hukum dalam peristiwa pidana yang dialami seseorang. Salah satu praktik kedokteran yang memiliki aspek medikolegal adalah penerbitan sertifikat medis, agar surat keterangan kematian tersebut dapat berfungsi dengan baik maka kelengkapan data dan keakuratannya menjadi hal yang perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase tingkat kelengkapan identitas jenazah serta kesesuaian rangkaian penyebab kematian pada surat keterangan kematian di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun 2017. Pada penelitian ini digunakan 102 sampel yang dipilih menggunakan sampel acak sederhana dengan metode potong-lintang deskriptif retrospektif. Sampel yang digunakan merupakan data sekunder, berupa surat keterangan kematian di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun 2017. Sampel diobservasi dan dinilai kelengkapan dan kesesuaian rangkaian penyebab kematiannya. Hasil yang didapatkan yaitu, sebanyak 0% surat keterangan kematian yang identitas jenazahnya diisi secara lengkap, dan 100% diisi dengan tidak lengkap. Sedangkan untuk rangkaian penyebab kematian, yang tidak sesuai mencapai 65,31% dan rangkaian penyebab kematian yang sesuai sebanyak 34,69%, dengan nilai Kappa antara peneliti dan verifikator A yaitu sebesar 0,63 dan Kappa antara peneliti dan verifikator B sebesar 0,79. Kata kunci: surat keterangan kematian, identitas jenazah, penyebab kematian.
GAMBARAN GENUS DAN PANJANG LARVA LALAT PADA BANGKAI TIKUS WISTAR DENGAN PERBEDAAN LETAK GEOGRAFIS DI BALI Hanan Anwar Rusidi; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 9 (2019): Vol 8 No 9 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.561 KB)

Abstract

Kasus pembunuhan sering menjadi penyebab kematian tidak wajar. Pada kasus pembunuhan masalah yang sering dihadapi adalah penentuan waktu kematian. Metodeyang bisa diaplikasikan untuk mengetahui PMI adalah dengan menggunakan penerapanentomologi forensik. Dalam menjalankan penelitian ini peneliti mengguakan 15 bangkai tikus wistar yangmemenuhi kriteria inklusi. Lokasi peletakkan bangkai tikus dibedakan menjadi 3 yaitupemukiman, dataran tinggi, dan vegetasi pantai. Kemudian dilakukan pengamatan danpengumpulan sampel larva lalat. Pemeliharaan sampel menggunakan alkohol 70%.Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang dan identifikasi genus lalat. Ditemukan 3 genus yaitu Lucilia,Calliphora, dan Sarcophaga dan 2 famili lalat yaituCalliphoridae dan Sarcophagidae. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa genus larva lalatdi pemukiman dan vegetasi pantai Lucilia dan Sarcophaga sedangkan pada dataran tinggiadalah Lucilia, Calliphora, dan Sarcophaga. Golongan diptera dari kedua familia yangberbeda akan memiliki siklus hidup yang berbeda pula Panjang rata-rata larva lalat pada fase instar 3 yang diletakkan di pemukiman adalah10,06 mm, dataran tinggi 12,76 mm dan vegetasi pantai 10,17 mm. Kata kunci : genus, familia, instar, Lucilia, Calliphora, Sarcophaga
PERBEDAAN RERATA PANJANG LARVA LALAT PADA BANGKAI TIKUS WISTAR YANG TERPAPAR DOSIS LETAL DEKSTROMETORFAN DENGAN YANG TIDAK TERPAPAR Revina Amalia Saputra; Ida Bagus Putu Alit; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 12 (2021): Vol 10 No 12(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i12.P05

Abstract

Penentuan waktu kematian penting dilakukan pada kematian tidak wajar. Salah satu cara menentukan waktu kematian adalah dengan entomologi forensik, terutama berdasarkan larva lalat sebagai salah satu temuan post-mortem. Untuk itu, penting untuk mengetahui faktor-faktorryang mempengaruhiipertumbuhan larva lalat. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh konsumsi dekstrometorfan ante-mortem terhadap pertumbuhan larva lalat post-mortem. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental post-testtonly with controllgroup dengan subyek tikuss wistar. Subyek dikontrol untuk jenis kelamin, usia, berat badan, kecacatan fisik, makanan dan minuman lalu diacak dalam kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuanndibunuh dengan pemberian dekstrometorfan hingga dosis letal, kelompok kontrol dibunuh dengan dislokasi servikal. Bangkai tikus diletakkan di tempat terbuka selama tujuh hari lalu panjang larva lalat diukur setiap hari pada hari kedua hingga kelima. Analisa uji beda dilakukan untuk semua hari pengukuran dengan aplikasi SPSS 23.0. Rerata panjang larva lalat pada hari kedua hingga kelima pada kelompok kontrol masing-masing adalah 2,97 mm, 7,90 mm, 13,14 mm, dan 15,40 mm. Pada kelompok perlakuan rerata panjang larva lalat masing-masing adalah 3,82 mm, 11,98 mm, 15,22 mm, dan 17,57 mm. Perbedaan rerata panjang larva ini signifikan dengan nilai p<0,001 untuk semua hari pengukuran dan beda rerata untuk masing-masing hari adalah 0,85 mm, 4,08 mm, 2,08 mm, dan 2,17 mm. Penelitian ini menemukan perbedaan signifikan panjang larva lalat pada semua hari pengukuran dengan larva ditemukan lebih panjang pada kelompok perlakuan. Penelitian ini adalah yang pertama mempelajari hubungan dekstrometorfan dengan laju pertumbuhan larva lalat. Kata kunci: dekstrometorfan, larva lalat, entomologi forensik
MEMPERKIRAKAN INTERVAL WAKTU KEMATIAN DENGAN ANALISIS KEKERUHAN KORNEA BERDASARKAN MODEL WARNA RGB PADA JENAZAH DI RSUP SANGLAH Putu Ayu Dyah Paramitha Laksmi Utami; Henky .; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 12 (2020): Vol 9 No 12(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i12.P08

Abstract

ABSTRAK Interval waktu kematian merupakan hal yang penting dalam ilmu kedokteran forensik. Walaupun sebelumnya telah ada metode untuk memperkirakan waktu kematian, namun teknik ini lebih bersifat subjektif. Salah satu perubahan setelah kematian pada tubuh jenazah adalah mengeruhnya kornea. Sebelumnya kekeruhan kornea telah digunakan untuk memperkirakan interval waktu kematian namun metode yang digunakan masih bersifat subjektif dengan kemungkinan human error yang tinggi. Sehingga, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kekeruhan kornea dengan lebih objektif untuk mengetahui hubungan antara kekeruhan kornea dengan interval waktu kematian. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data berasal dari sumber data primer berupa foto mata jenazah dan data sekunder dari surat keterangan kematian pada jenazah yang meninggal Bulan Juli-Oktober 2018 yang dilakukan di Bagian Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah. Teknik pengumpulan sampel dengan metode consecutive sampling sejumlah 35 jenazah. Dilakukan analisis nilai RGB untuk mengetahui tingkat kekeruhan kornea mata jenazah. Kemudian diuji korelasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara waktu kematian jenazah dengan kekeruhan kornea. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang lemah dan tidak bermakna secara statistik antara kekeruhan kornea (didefinisikan dengan nilai RGB) dengan interval waktu kematian sehingga dalam memperkirakan interval waktu kematian tidak bisa digunakan metode ini, dimana khususnya pada kematian kurang dari 7 jam. Kata Kunci: interval waktu kematian, kekeruhan kornea, RGB
GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS A.A.Sg.Dewi Raditiyani N awang Wulan; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 2 (2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.902 KB)

Abstract

Bali adalah pulau yang memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki potensi cukup besar di bidang pariwisata. Jumlah rata-rata kunjungan wisatawan ke Bali pada tahun 2011 adalah 250.000 orang per bulan. Pada akhir Desember 2011 tercatat jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung sebanyak 2,8 juta orang. Angka yang besar ini tentunya membawa keuntungan dan kerugian tersendiri bagi Bali. Keuntungan yang dimaksud biasanya meliputi sektor perekonomian dan pendapatan daerah yang tinggi. Namun adanya keuntungan ini juga disertai dengan beberapa kerugian. Kerugian yang dimaksud salah satunya berhubungan dengan proses kematian. Tidak sedikit wisatawan yang mengalami kesakitan maupun kematian di Bali. Definisi kematian dalam hal ini adalah terhentinya 3 sistem tubuh yang bersifat ireversibel; sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem respirasi. Kematian akan mempengaruhi baik individu tersebut dan juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Kematian juga akan mempengaruhi hak dan kewajiban individu yang bersangkutan. Karena itulah proses dalam manajemen kematian sangatlah penting guna menjaga kredibilitas Bali di mata internasional. Sesuai dengan data dari Rumah Sakit Sanglah pada tahun 2010-2011 terjadi 289 kasus kematian wisatawan. Dari 289 kasus kematian tersebut, 66 orang (22,8%) diklasifikasikan sebagai kematian tidak wajar (35 orang pada tahun 2010 dan 31 orang pada tahun 2011). Dari 66 orang yang diklasifikasikan sebagai kematian tidak wajar, 37 orang (56,1%) meninggal karena tenggelam, 20 orang (30,3%) meninggal karena kecelakaan lalu lintas, 2 orang meninggal karena tersengat listrik, dan 4 orang meninggal karena bunuh diri. Dari 4 kasus  bunuh diri tersebut, keempatnya memilih gantung diri sebagai cara bunuh diri. Sesuai fakta tersebut, ada baiknya apabila kita mempelajari lebih dalam mengenai gantung diri guna meningkatkan pemahaman bersama.
KARAKTERISTIK SERTA FAKTOR RESIKO KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM BERDASARKAN DATA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH 2010 – 2012 Rizki Usaputro; Kunthi Yulianti
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 5 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.155 KB)

Abstract

Tenggelam didefinisikan sebagai kematian karena asfiksia dalam 24 jam akibatterendam pada air. Kematian akibat tenggelam menjadi salah satu ancaman bagipariwisata Bali yang memiliki banyak pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikarakteristik kematian dan faktor resiko penyebab kematian pada kasus tenggelam. Padapenelitian yang bersifat deskriptif cross-sectional ini diteliti karakteristik serta faktorresiko pada kasus kematian akibat tenggelam menurut data Bagian Ilmu KedokteranForensik RSUP Sanglah tahun 2010 – 2012.  Variabel yang diteliti meliputi umur, jeniskelamin, kewarganegaraan, tempat tenggelam, korban diotopsi atau tidak, serta faktorresiko tenggelam. Hasil yang didapat dari penelitian yaitu terdapat 97 kasus tenggelam.Sampel yang memenuhi kriteria tercatat sebanyak 71 kasus, dimana 20 diantaranyadilakukan otopsi.  Berdasarkan jenis kelamin, korban terbanyak adalah laki-laki(84,5%). Kelompok 21-30 tahun menjadi korban tenggelam yang paling banyak.Korban berkewarganegaraan Indonesia paling tinggi (40,8%), serta tempat terjadinyakejadian tenggelam di air laut terbanyak dengan 53,5%. Dari jumlah yang diotopsisebanyak 10 orang (50%) memiliki salah satu faktor resiko tenggelam. Simpulan daripenelitian ini adalah faktor resiko yang banyak menyebabkan kematian pada korbantenggelam adalah trauma fatal, penyakit penyerta, serta riwayat konsumsi alkoholsebelum tenggelam. Saran kepada pihak yang berwenang adalah memastikan semuaorang yang melakukan aktifitas di air telah dalam kondisi yang baik.