Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PEMILIHAN TEKNOLOGI PROSES GEOTHERMAL SECARA TEKNIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI DI INDONESIA Zuchrillah, Daril Ridho; Handogo, Renanto; Juwari, Juwari
Jurnal IPTEK Vol 21, No 2 (2017)
Publisher : LPPM Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (933.548 KB) | DOI: 10.31284/j.iptek.2017.v21i2.203

Abstract

Saat ini, geothermal power plant memproduksi beban dasar listrik yang lebih murah, handal dan ramah lingkungan. Namun efisiensi konversi yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga panas bumi sangatlah kecil daripada pembangkit listrik tenaga fosil lainnya. PT. Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah merupakan salah satu perusahan pembangkit listrik di Indonesia yang memanfaatkan energi panas bumi berupa steam sebagai penggerak utama dengan teknologi flash steam. Pemilihan teknologi proses flash steam telah dikembangkan dengan model pendekatan matematis berdasarkan hukum termodinamika menggunakan software Engineering Equation Solver (EES). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas fisik steam yang dihasilkan dari sumur produksi dalam suhu 306 ⁰C dan mempunyai nilai entalpi sebesar 1379,7 kJ/kg, Kondisi operasi separator yang digunakan perangkat lunak EES berada di suhu 179,9 ⁰C dan tekanan 1000 kPa dengan menghasilkan daya listrik sebesar 13.929,63 kWe dengan besarnya efisiensi 23,41 %. Telah dikembangkan simulasi pemodelan dengan kombinasi antara single flash steam dengan binary cycle. Kombinasi teknologi single flash steam dan binary cycle ini menghasilkan daya sebesar 18.456,24 kW dengan efisiensi overall plant sebesar 31,02 %. Hal tersebut memiliki efisiensi terbesar sehingga dirujuk sebagai pilihan teknologi proses geothermal yang tepat untuk PLTP PT. Geo Dipa Energi unit Dieng, Jawa Tengah. Sedangkan teknologi kombinasi single flash dengan dual binary cycle ini menghasilkan daya sebesar 18.329,768 kW dengan efisiensi overall plant sebesar 30,81 %.
PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY, EARNING PER SHARE DAN CURRENT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Nurlia, Nurlia; Juwari, Juwari
Jurnal GeoEkonomi Vol 10 No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.878 KB)

Abstract

“Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Current Ratio (CR) dan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 Perusahaan, dan sampelnya adalah 5 Perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria yang ditetapkan oleh penulis. Analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh bahwa variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Current Ratio (CR) secara simultan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis pertama terbukti dan diterima kebenarannya. Sedangkan hasil pengujian secara parsial Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham, Return On Equity (ROE) berpegaruh positif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham, Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, dan Current Ratio (CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Dari keempat variabel tersebut Earning Per Share (EPS) berpengaruh dominan terhadap Harga Saham karena memiliki r parsial dan thitung  paling besar.  
Simulation of Hydrogen Purification using Two Bed System Pressure Swing Adsorption Pratiwi, Vibianti Dwi; Juwari, Juwari; Handogo, Renanto
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2017): The 2nd Internasional Seminar on Science and Technology (ISST) 2016
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.617 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2017i2.2272

Abstract

Hydrogen has various functions in chemical industries, as an agent of organic compounds synthesis, a reactant in hydrocracking, hydroalkelation, and hydrodesulfurization process in petrochemical industry, a reactant in hydrogenated fat process, a reductant agent in material industry, methanol production, silicon manufacture. Therefore, hydrogen purification is very important process for the industry processes. Pressure Swing Adsorption (PSA) is commonly used hydrogen purification process. Different utility used for hydrogen purification using PSA will change adsorbent’s capacity and pressure to separate the mixture of gas into desirable components. In this study, pressure is varied from 2 to 10 bar and adsorbents are used silica gel and activated carbon. Hydrogen purification using two beds system PSA is simulated using Aspen Adsorption software. Based on the simulation result, it can be concluded that the pressure that gives most steady system is at 7 bar, which produces 99,92 % hydrogen purity using activated carbon in bed 1 and silica gel in bed 2.
Heat Exchanger Network Optimization in A Natural Gas Dehydration Unit Kurniawan, Adhi; Juwari, Juwari; Handogo, Renanto
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2020): 6th International Seminar on Science and Technology 2020 (ISST 2020)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2020i6.11114

Abstract

A dehydration unit using triethylene glycol absorption is a common process in natural gas processing. In its regeneration section, the regenerated lean glycol needs to be cooled before entering the glycol absorber, while the rich glycol is to be preheated before entering the regenerator. This is a good candidate for heat exchanger network (HEN) optimization. In this work, the HEN was revisited using pinch analysis (PA) and mathematical programming (MP) using superstructure. The optimized networks were evaluated using simplified total annual cost (TAC). The PA method using small Tmin (minimum temperature approach) led to the configuration of three exchangers, a heater and a cooler, with minimized utilities. At larger Tmin, the configuration became into two exchangers, two heaters, and a cooler. The minimum calculated TAC is $60,351/year at Tmin = 12.5oC. Furthermore, it was revealed that one heater and one exchanger were two small. Therefore, they were omitted, and the heat load were redistributed to the network. The calculated TAC became $59,224/year. The superstructure approach resulted in two exchangers, a heater, and a cooler; with a calculated minimum TAC of $57,597/year. The two approaches have resulted in very similar minimized TAC.
Analisis Risk Assessment Menggunakan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA) pada Central Gathering Station (CGS) di Onshore Facilities Dimas Jouhari; Lino Meris Rahmanto; Renanto Handogo; Juwari Purwo Sutikno; Ari Widodo
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.241 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.5546

Abstract

Keselamatan proses merupakan faktor utama yang sering dibahas oleh industri-industri kimia beberapa tahun terakhir ini. Salah satu metode semi-kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menetapkan tingkat risiko bahaya yaitu dengan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA). Hazard and Operability Studies (HAZOP) dan What-If Analysis merupakan metode identifikasi bahaya kualitatif yang sering diterapkan secara simultan untuk PHA-SOA. Process Hazard Analysis (PHA) ialah rangkaian aktivitas mengidentifikasi hazard, mengestimasi konsekuensi, mengestimasi likelihood suatu skenario proses disertai dengan safeguard, dan mendapatkan risk ranking yang dapat dilihat pada matrik PHA 6x6. Sedangkan Safety Objective Analysis (SOA) merupakan rangkaian aktivitas yang bergantung pada penyebab skenario, dan konsekuensi dari PHA, menghasilkan kebutuhan IPL (Independent Protective Layer) menggunakan matrik SOA 6x6. Risk ranking 6 pada penilaian PHA diketegorikan aman jika safeguard yang ada selalu siap mengurangi risiko yang timbul dari skenario tersebut. Namun tidak semua safeguard dapat selalu siap mengurangi risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya analisis tambahan untuk memastikan risiko dari skenario dapat diperkecil. Analisis safety suatu skenario dengan SOA menghasilkan kebutuhan IPL yang dapat ditutup dengan mengkonfirmasi safeguard yang sesuai menjadi IPL. Hasil penilaian PHA-SOA CGS 1, CGS 3, CGS 4, dan CGS 5 menunjukkan bahwa ada penilaian severity dan PHA-SOA likelihood yang berbeda di tiap CGS padahal proses pada CGS tersebut identik, maka perlu adanya analisis konsistensi. Hasil analisis konsistensi ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan safety review pada risk assessment workshop kedepannya, yang biasanya diadakan setiap tiga hingga lima tahun sekali oleh industri.
Studi Awal Desain Pabrik Bioetanol dari Corn stover Gumelar Ahmad Muhlis; Nia Fauziah Lestari; Juwari Purwo Sutikno
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.88 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.9736

Abstract

Jagung (Zea mays) merupakan tanaman pangan yang penting di Indonesia. Pada tahun 2006, luas panen jagung adalah 3,5 juta hektar dengan produksi rata-rata 3,47ton/ha, produksi jagung secara nasional 11,7 juta ton. Limbah batang dan daun jagung kering adalah 3,46 ton/ha sehingga limbah pertanian yang dihasilkan sekitar 12.1juta ton. Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung secara nasional yaitu program pengembangan peternakan secara terintegrasi (Crop Livestock System/CLS). Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal sehingga dalam studi ini diputuskan pemanfaatan sebanyak 50% limbah pertanian jagung yang ada di Kab. Tuban untuk selanjutnya diproses menjadi Bioetanol 95%. Ketersediaan bahan baku, letak strategis, transportasi yang mudah terletak di jalur pantura dan langsung terhubung dengan pelabuhan, serta potensi tenaga kerja yang cukup menjanjikan menjadikan alasan dalam pemilihan Kawasan Industri Kec. Jenu Kab. Tuban sebagai lokasi pabrik. Proses pembuatan bioetanol dari corn stover dengan proses fermentasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu:  penyimpanan dan penanganan bahan baku, hidrolisis, fermentasi, dan pemurnian. Desain konseptual yang disajikan mengacu pada Technical Report Pilot Plan National Renewable Energy Laboratory tahun 2011. Pabrik Bioetanol direncanakan dapat mengolah 484.625 ton corn stover kering/hari pada yield etanol (303 L/dry ton) dengan kapasitas produksi etanol 95% sebanyak 44.226 kL/tahun, harga jual adalah Rp13.500,00/L. Masa konstruksi pabrik yang didirikan 2 tahun dengan pembiayaan berupa modal tetap (FCI) Rp. 515.854.121.170; modal kerja (WCI) Rp. 91.033.080.207; investasi total (TCI) Rp. 606.887.201.377 ; total production cost (TPC) Rp. 345.715.009.709. Sehingga didapatkan IRR 23,37 % pertahun ;pay out time (POT) 6,98 tahun dengan project life 15 tahun ; BEP 43,23% kapasitas. Dari analisis ekonomi dan evaluasi teknis maka pabrik bioetanol dari corn stover ini layak didirikan
Studi Awal Desain Pabrik Pupuk Organik Granul Dari Organic Waste Zulfatul Hanna; Anggun Dwi Apriliani; Juwari Purwo Sutikno
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.252 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.9808

Abstract

Banyak pertanian di Indonesia yang masih bergantung pada penggunaan pupuk kimia. Padahal penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan bahan organik tanah. Untuk menyeimbangkannnya saat ini petani juga sedang menggalakkan penggunaan pupuk organik. Sehingga membuat kebutuhan pupuk organik meningkat setiap tahunnya. Pendirian pabrik pupuk organik granul ini dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik untuk petani. Prosess pembuatan pupuk organik granul terdiri dari pencampuran bahan baku, yakni sampah organik, kotoran sapi, kotoran domba, dan dipotong dengan rotary knife cutter. Tahap berikutnya adalah proses fermentasi, dengan penambahan bioactivator agar meningkatkan kandungan C-organik, phosphor, dan kalium. Selanjutnya adalah proses granulasi, pembesaran dari partikel dengan proses aglomerasi. Ukuran yang diharapkan pada proses granulasi ini adalah 2-4 mm sehingga produk undersize maupun oversize akan dikembalikan ke dalam granulator setelah melewati screener. Selanjutnya pupuk organik granul dikeringkan. Selanjutnya produk dipisahkan berdasarkan ukurannya lalu didinginkan di Rotary cooler. Setelah keluar dari Rotary Cooler suhu keluaran sekitar 40 oC dan masih mengandung kadar air sebesar 13,7%. Produk dari rotary cooler siap untuk di packaging dan masuk ke dalam pupuk organik granul storage. Dari analisa ekonomi didapatkan BEP sebesar 45% dengan POT sesudah pajak sebesar 4,8 tahun.
Studi Awal Desain Pabrik Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash sebagai Bahan Baku Alternatif Rasdiana Rahma Nur; Firda Dwi Hartanti; Juwari Purwo Sutikno
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.852 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.9868

Abstract

Industri semen di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat dan penggunaan batu kapur sebagai bahan baku pembuatan semen juga semakin meningkat. Saat ini sudah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi gunung kapur. Penggunaan batu kapur untuk produksi semen merupakan penggunaan yang terbanyak hingga 87,4% dari konsumsi total. Oleh karena itu, saat ini banyak penelitian dilakukan untuk mencari bahan baku alternatif agar produksi semen tetap berjalan dengan baik. Secara garis besar, desain proses pembuatan semen Portland menggunakan bahan baku alternatif waste paper slaudge ash dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan bahan baku terdiri atas penambangan dan proses penghancuran (crushing). Tahap kedua adalah pembakaran bahan baku dan klinkerisasi di dalam suspension preheater dan rotary kiln, dilanjutkan pendinginan di dalam cooler. Proses terakhir yaitu proses akhir (finishing) dengan menambahkan zat aditif ke dalam klinker untuk membentuk produk semen Portland. Operasi pabrik direncanakan kontinyu 24 jam/hari selama 300 hari dalam setahun. Untuk memproduksi semen 2.000.000 ton/tahun diperlukan bahan baku sebanyak 2.074.971,46 ton/tahun. Pabrik direncanakan berumur 10 tahun dengan pay out time sebesar 3,6 tahun dan internal rate of return sebesar 33,7% dan interest 11% sehingga dari segi teknis dan ekonomi, pabrik ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern Nur Faizah; Liga Indriyani; Juwari Juwari; Renanto Handogo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28823

Abstract

Ketersediaan bahan baku Bittern (limbah garam) yang melimpah di Indonesia dan masih belum terproduksi sendiri oleh Indonesia menjadikan prospek pendirian pabrik pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern di Indonesia ini sangat bagus karena selama ini Indonesia  masih impor pupuk MgSO4.7H2O  dari luar negeri. Selama ini Bittern seringkali dibuang langsung di perairan oleh masyarakat padahal kaya akan kandungan magnesium dan unsur lainnya. MgSO4.7H2O banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, salah satunya dapat digunakan untuk pupuk pertanian. Dalam pertanian, magnesium sulfat digunakan untuk memenuhi kurangnya magnesium atau belerang dalam tanah, magnesium merupakan elemen penting dalam molekul klorofil, dan sulfur adalah makronutrien penting lainnya. Dengan melihat tingkat konsumsi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat pula, pada masa yang akan datang, kebutuhan Indonesia akan pupuk MgSO4.7H2O akan semakin bertambah oleh karena itu didirikan Pabrik pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern ini tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Bahan baku pembuatan pupuk MgSO4.7H2O adalah Bittern, dengan bahan pembantu Natrium hidroksida (NaOH) dan larutan asam sulfat (H2SO4). Karena sampai saat ini, pemenuhan kebutuhan pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern sebagian besar masih impor dari negara seperti China dan India. Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 89,98% pada tingkat suku bunga per tahun 12%, dengan laju inflasi sebesar 4% per tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 2,5 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 33% melalui cara linear. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi adalah 2 tahun. Untuk memproduksi pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern sebanyak 20.000 ton/tahun, diperlukan biaya total produksi per tahun (TPC) sebesar Rp 211.692.880.452,00 dengan biaya investasi total (TCI) sebesar Rp 145.044.056.977,00 dan total penjualan sebesar Rp 220.000.000.014,00 Dengan melihat aspek penilaian analisis ekonomi dan teknisnya, pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh; Wisnu Kusuma Atmaja; Juwari Purwo Sutikno; Renanto Handogo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.618 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28915

Abstract

Ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak, membuat bahan bakar minyak menjadi komoditas utama dan krusial di sektor energi,. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia masih melakukan impor minyak bumi demi memenuhi kebutuhan BBM masyarakat. Saat ini, negara melalui PT. Pertamina (persero) menyediakan sekitar Rp1,15 triliun setiap hari untuk impor minyak mentah dan BBM. Dintaranya untuk impor BBM. Permasalahan lain mengenai BBM yang sering terjadi adalah masalah distribusi BBM ke seluruh pelosok negeri. Data menyebutkan bahwa distribusi penggunaan minyak bumi di Indonesia cenderung terpusat di Pulau Jawa. Di luar Pulau Jawa, bahan bakar minyak sangat sulit didapat. Faktanya, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi yang tersebar hampir di setiap pulau. Namun, hal ini tidak didukung dengan jumlah kilang minyak bumi yang memadai. Salah satu solusinya adalah dengan membangun kilang-kilang baru. Namun, membangun kilang dengan skala besar dengan produksi minimum 300,000 bpd akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu pemerintah menargetkan pembangunan kilang-kilang skala kecil untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Karena produksi minyak di Indonesia dalam skala kecil maka akan lebih efisien dan ekonomis bila membangun kilang mini (<20,000 bpd) di setiap daerah sumber crude oil. Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 43 % pada tingkat suku bunga per-tahun 10,25% dan laju inflasi sebesar 3,35% per-tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 4,235 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 54,18% melalui pembuatan grafik linear BEP. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi selama 2 tahun. Untuk mengolah 10000 barrel crude oil per-hari menjadi beberapa produk diperlukan biaya total produksi (TPC) sebesar Rp 3.713.409.763.696,68 dengan biaya investasi total Rp 292.774.958.752,83 dan total hasil penjualan sebesar Rp 3.903.215.502.396,54 . Dengan memperhitungkan aspek penilaian analisa ekonomi dan teknisnya, maka Pabrik Produksi Gasoline pada Kilang Minyak Skala Kecil ini layak untuk didirikan.