Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

THE EXTRACTION OF NATURAL DYES FROM JACKFRUIT WOOD WASTE (Artocarpus Heterophyllus Lamk) WITH WATER SOLVENT BY USING THE MICROWAVE METHOD Gala, Selfina; Mahfud, Mahfud; Sumarno, Sumarno; Qadariyah, Lailatul
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 7, No 2 (2018): December 2018 [Nationally Accredited]
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v7i2.13254

Abstract

Currently, exploration of natural dyes is increasingly being activated and developed, especially to find natural sources of dyes from different plant species and also to develop natural dyestuff extraction process technology for textile applications. During this natural dye extraction process is done by conventional methods that require a long time and a large amount of solvent. Therefore, it is a necessary alternative to the use of "green techniques" are economical in its use. In this research, extraction of Jackfruit wood waste with the microwave by studying the extraction time required to produce the optimum yield and comparing with the conventional method (heat-reflux extraction). Both of these methods use water solvent. On the microwave-assisted extraction, the optimum extraction time at 30 minutes with the acquisition yield of 3.14% (microwave power 400 watt, the ratio of material to solvent 0.02 g/mL). whereas extraction with heat-reflux method showed the optimum extraction time of 180 minutes with a yield of 3.50%. Identification of groups of pigments contained in the Jackfruit wood waste is known categories tannins, flavonoids, and quinones. Fourier Transform Infrared Spectroscopy was used to identify the major chemical groups in the extracted dye. Description of the effects of extraction with microwave and conventional, structural damage shown in a solid surface material using by Scanning Electron Microscopy. Further, to test the application on the fabric dyeing.
The Utilization of Cassava and Sorghum Flours as A Staple Food in Indonesia Gunawan, Setiyo; Aparamarta, Hakun Wirawasista; Darmawan, Raden; Qadariyah, Lailatul; Kuswandi, Kuswandi; Istianah, Nur
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2018): The 2nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2018i1.3365

Abstract

Indonesia has high a demand level of wheat flour for both the industrial and households sectors, such as bread industry. Wheat flour is the dominant composition of bread, however it is the source of gluten which may promote celiac disease (CD). The lifetime obedience to the gluten-free diet is the only treatment for this disease. The finding of a new material in order to obtain gluten-free product is an important topic. Furthermore, Indonesia is a tropical region that is rich in natural resources, such as cassava (Manihot esculenta) and Sorghum (Sorghum-bicolor (L) Moech). Fermentation was used to improve nutritional content of sorghum flour and cassava flour, resulting modified cassava flour (mocaf) and modified sorghum flour (mosof), respectively. A strategy for utilization of cassava in production of mocaf was demonstrated. Mocaf flour can be produced by fermentation use L. plantarum, S. cereviseae, and R. oryzae that are cheap and non pathogenic to increase the levels of protein and decrease the levels of cyanide acid in the mocaf flour. This work has also shown that lactid acid is produced as by-product during the fermentation.
Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Perekonomian Di Indonesia: Studi Teoritik Dan Empirik Qadariyah, Lailatul; Permata, Arif Rachman Eka
Dinar : Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 4, No 1: Januari 2017
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/dinar.v4i1.5062

Abstract

Tujuan paper ini dibuat untuk mengetahui peran lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di Indonesia secara teoritik dan empirik. Penggunaan kajian penelitian sebelumnya serta pengambilan teori dari berbagai referensi menjadikan penelitian ini menarik untuk disusun. Untuk metode penelitian, pendekatan kualitatif diskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan kajian kepustakaan. Studi analisis sumber bukti baik kualitatifdan  studi komparasi hasil penelitian terdahulu serta artikel-artikel di media masa yang terkait dengan pembahasan. Dari data-data yang diperoleh kemudian disusun berdasarkan aturan dan analisis yang sesuai dengan kaidah penulisan sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada. metode analisis data yaitu teknik analisis data deskriptif kualitatif. Hasil paper ini ialah secara  teoritis peran LKMS bertindak sebagai lemba keuangan dan lembaga sosial yang mampu memberdayakan masyarakat kecil dan mengatasi masalah sosial ekonomi. Dalam praktek empirisnya peran LKMS sudah maksimal memposisikan diri sebagai lembaga keuangan dan sosial. Namun masih banyak kendala-kendala yang melingkupinya seperti kurang SDM, informasi, dan kepercayaan masyarakat, serta perkembangan lembaga keuangan lain yang semakin modern.
Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan Fitrony Fitrony; Rizqy Fauzi; Lailatul Qadariyah; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.514 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.2349

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari proses pembuatan kristal CuSO4.5H2O dari bahan baku Cu bekas kumparan; mempelajari pengaruh suhu reaksi, pengadukan, dan seeding terhadap kristal CuSO4.5H2O yang dihasilkan; dan membuktikan kristal hasil percobaan berupa kristal CuSO4.5H2O yang dihasilkan. Bahan baku yang dipakai yaitu berupa kawat tembaga bekas kumparan dinamo. Penelitian ini mencakup penanganan produk dan persiapan bahan baku. Sebelum digunakan, bahan baku logam dibersihkan dari pengotor lalu dipotong kecil-kecil yang bertujuan agar mempermudah dan mempercepat proses pelarutan tembaga dengan HNO3. Setelah pelarutan, larutan direaksikan dengan H2SO4 pekat yang sudah diencerkan pada suhu tertentu. Kemudian dilakukan kristalisasi disertai dengan pengadukan. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kristal CuSO4.5H2O dengan 99% yield dan ukuran kristal rata-rata 0,7 mm dapat dibuat dari tembaga bekas kumparan dengan suhu reaksi 90ºC, penambahan seed, dan pengadukan kristalisasi 500 rpm. Semakin tinggi suhu reaksi maka kelarutan CuSO4 dalam air semakin besar sehingga semakin banyak yield kristal yang dihasilkan. Kecepatan pengadukan cenderung tidak mempengaruhi yield kristal yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran kristal. Pengadukan akan membuat ukuran kristal lebih kecil daripada tanpa pengadukan. Pengondisian seeding dapat menaikkan yield kristal sekitar 10,72 – 27,13 % jika dibandingkan dengan non seeding dikarenakan terjadinya heterogeneous nucleation. Berdasarkan analisa XRD, kristal CuSO4.5H2O hasil percobaan sesuai dengan data standard XRD kode referensi 01-072-2355.
Produksi Hidrogen dari Gliserol dengan metode Pemanasan Konvensional Berbasis γ-Alumina Fitria Fatmawati; Gita Shintavia; Lailatul Qadariyah; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.081 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.6532

Abstract

Sumber energi alternatif diperlukan karena menipisnya cadangan bahan bakar fosil. Salah satu sumber energi alternatif adalah biodiesel. Penggunaan biodiesel dalam skala besar akan menghasilkan gliserol yang melimpah sebagai produk samping yang juga menghasilkan harga yang lebih rendah dan biodiesel dengan harga jual yang tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah untuk mengkonversi gliserol menjadi produk yang bernilai ekonomis, salah satunya adalah hidrogen. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu persiapan katalis dan reaksi katalitik. Ada 2 jenis katalis yang digunakan yaitu γ-Al2O3 dan Ni/γ-Al2O3.Tahapan pada proses reaksi katalitik, yaitu memasukkan reaktan berupa larutan gliserol P.A. 85% berat sebanyak 20 ml ke dalam tangki pemanas. Kemudian memanaskan reaktan tersebut pada suhu 290oC. Larutan gliserol akan menguap dan mengalir melalui pipa menuju reaktor yang berisi 2 gram katalis dengan variabel suhu 200, 225, 250, 275, dan 300oC. Selanjutnya vapor akan dikondensasi sehingga diperoleh destilat dan non condensable gas. Data yang diperoleh adalah konsentrasi gliserol sisa dan konsentrasi hidrogen yang dianalisis menggunakan GC. Dari hasil penelitian didapatkan pengaruh suhu reaksi dan jenis katalis terhadap konversi dan yield produk. Pengaruh jenis katalis terhadap konversi gliserol dan yield menunjukkan bahwa katalis Ni/γ-Al2O3 menghasilkan lebih besar daripada γ-Al2O3. Konversi gliserol tertinggi dicapai pada suhu 225oC sebesar 96,799% menggunakan 2 gram katalis Ni/γ-Al2O3. Yield hidrogen tertinggi diperoleh pada suhu 250oC menggunakan 2 gram katalis γ-Al2O3, yaitu sebesar 0,000214 gram H2/gram gliserol.
Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Nyamplung Menggunakan Pemanasan Gelombang Mikro Fatih Ridho Muhammad; Safetyllah Jatranti; Lailatul Qadariyah; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.682 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.6552

Abstract

Energi fosil yang selama ini menjadi tumpuan penduduk seluruh dunia, jumlahnya semakin menipis dari waktu ke waktu. Peran minyak bumi dalam penyediaan energi nasional pun masih dominan. Sekitar 53% kebutuhan energi nasional dipenuhi dari minyak bumi. Oleh karena itu, pencarian energi alternatif pengganti minyak bumi harus dikembangkan, salah satunya biodiesel. Penggunaan microwave sebagai sumber energi pembuatan biodiesel dapat mempercepat waktu reaksi. Sehingga microwave dipandang lebih efisien. Biji nyamplung (Calophyllum inophyllum) memiliki kandungan minyak sebesar 60,1% berat. Dengan kandungan minyak sebesar ini maka biji nyamplung memiliki potensi yang besar bila digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Nyamplung tersebar luas di pantai-pantai Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesa biodiesel dari minyak mentah nyamplung (Callophyluminophyllum) dengan proses trans-esterifikasi dengan menggunakan microwave, mempelajari daya optimal dalam pembuatan biodiesel, mempelajari jumlah katalis yang dibutuhkan untuk mendapatkan biodiesel yang paling baik, mempelajari yield biodiesel yang dihasilkan serta mempelajari pengaruh penambahan ratio mol minyak-metanol terhadap kualitas biodiesel yang dihasilkan. Langkah awal pembuatan biodiesel nyamplung adalah proses degumming atau penghilangan impurities seperti getah, kemudian dilanjutkan dengan esterifikasi yang bertujuan untuk mengubah free fatty acid (FFA) menjadi metil ester. Setelah esterifikasi, larutan dititrasi dengan NaOH dan indicator pp hingga konsentrasi FFA menjadi < 2%. Kemudian masuk proses trans-esterifikasi yang merubah trigliserida dalam minyak menjadi metil ester dan gliserol. Proses selanjutnya adalah pemisahan biodiesel dan gliserol dan terakhir proses pencucian. Variabel percobaan adalah kadar katalis CaO 2, 3, 4, 5, dan 6% berat minyak. Ratio mol minyak-metanol 1:9 dan 1:12. Variabel terakhir adalah daya microwave sebesar 100W, 264W dan 400W. Dari hasil penelitian yang dilakukan, minyak nyamplung dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel, daya optimal proses pada 100 W, kadar katalis terbaik 4% (w/w) minyak nyamplung, yield biodiesel terbaik pada 0,94 serta ratio mol minyak-metanol yang optimal pada 1:9.
Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kelapa Dengan Katalis NaOH Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Secara Kontinyu Daru Satria Prayanto; Muhammad Salahudin; Lailatul Qadariyah; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.442 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i1.15173

Abstract

Biodiesel merupakan bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi. Proses pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan metode pemanasan konvensional maupun dengan metode pemanasan microwave. Dengan radiasi microwave, maka waktu yang dibutuhkan saat proses transesterifikasi lebih singkat dibandingkan dengan konvensional. Disisi lain, minyak kelapa memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel karena ketersediaannya yang melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat biodiesel dari minyak kelapa secara kontinyu melalui proses transesterifikasi metanol dengan menggunakan radiasi microwave dengan katalis NaOH dan mempelajari pengaruh konsentrasi tiap katalis, daya, dan laju umpan yang digunakan terhadap yield, densitas, dan viskositas biodiesel yang dihasilkan. Dalam penelitian ini di gunakan 3 variabel, yaitu laju umpan 0,73; 1,25; 1,72 ml/s, konsentrasi katalis 0,25; 0,5; 1 (% berat) variabel daya microwave 100, 264, 400, 600, dan 800 Watt. Rasio umpan ditentukan pada 1:9. Pada tahap persiapan melarutkan metanol dan katalis sesuai dengan variabel hingga tercampur homogen. Selanjutnya tahap transesterifikasi dengan mencampurkan larutan metanol (metanol dan katalis) dengan minyak kelapa dengan mol ratio yang telah ditentukan dan mengatur daya microwave untuk memulai proses transesterifikasi, proses berlangsung secara kontinyu menggunakan mix flow reaktor. Selanjutnya pemisahan hasil transesterifikasi dari gliserol, dilanjutkan dengan tahap pencucian dengan aquadest untuk memisahkan impurities dan katalis yang masih tersisa dalam biodiesel kemudian memanaskan pada oven untuk menguapkan kandungan air dalam biodiesel. Selajutnya menganalisisa hasil biodiesel terhadap yield, densitas, dan viskositasnya. Hasil terbaik dari variabel yang digunakan di atas adalah pada katalis NaOH dengan konsentrasi 1 %, daya 800 Watt, dan laju umpan 0,73 ml/s, dengan yield sebesar 89,55 % , densitas sebesar 0,876 gram/cm3 dan viskositas sebesar 3,087 cSt.
Ekstraksi Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus lam) dengan Pelarut Etanol sebagai Pewarna Tekstil Menggunakan Metode Microwave-Assisted Extraction Dhaniar Rulandri Widoretno; Delita Kunhermanti; Mahfud Mahfud; Lailatul Qadariyah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.877 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16761

Abstract

Seiring berkembangnya teknologi menyebabkan kebanyakan industri tekstil di Indonesia lebih memilih menggunakan pewarna sintetis pada proses pewarnaan kain. Pada kenyataannya pewarna sintetis dapat berdampak negatif karena bersifat toxic bagi kesehatan pekerja dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan zat warna alami. Salah satu potensi yang belum termanfaatkan di Indonesia adalah limbah kayu nangka dari industri meubel, kayu nangka sendiri mengandung zat warna yang memberikan pigmen warna kuning sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber bahan pewarna alami. Dalam penelitian ini bahan yang akan diekstraksi adalah kayu nangka (Artocarpus heterophyllus lam) dengan ukuran serbuk antara 35 mesh – 60 mesh. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 200 mL. Ekstraksi dengan menggunakan metode Microwave-Assisted Extraction dilakukan pada kondisi operasi yang berbeda, yakni meliputi perbandingan rasio bahan terhadap pelarut (0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,1 g/mL), daya microwave (100; 264; 400; 600: 800 watt), serta waktu ekstraksi (10; 20; 30; 40; 50; 60; 70: 80; 90 menit). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh yield optimum sebesar 3,39% pada daya 400 watt, 3,67% pada rasio bahan terhadap pelarut 0,02 g/mL, dan 3,49% pada waktu ekstraksi 30 menit dengan daya microwave 600 watt. Hasil pengujian pewarnaan pada tekstil menunjukkan bahwa pewarna alami kayu nangka dapat digunakan sebagai pewarna pewarna tekstil karena dapat memberikan hasil pewarnaan yang permanen.
Ekstraksi Minyak Bunga Cempaka dengan Metode Hidrodistilasi dan Hidrodistilasi dengan Aliran Udara Fachrudin Fachrudin; Agi Iqbal Velayas; Mahfud Mahfud; Lailatul Qadariyah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.414 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16788

Abstract

Minyak cempaka merupakan minyak berat dan pada proses ekstraksinya masih banyak komponen fraksi berat yang belum terekstrak. Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hal ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan kondisi operasi dan metode yang digunakan. Oleh karena itu diperlukan adanya modifikasi dari metode yang telah digunakan sebelumnya yaitu metode hidrodistilasi dengan penambahan aliran udara. Penambahan aliran udara ini diharapkan dapat membantu membawa komponen fraksi berat keluar dari bahan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses ektraksi minyak bunga cempaka berdasarkan beberapa parameter seperti pengaruh laju alir udara, berat bahan baku dan waktu pengambilan sampel terhadap yield dan mutu minyak atsiri. Metode yang digunakan yaitu metode hidrodistilasi dan hidrodistilasi dengan aliran udara. Ekstraksi bunga cempaka dilakukan pada skala laboratorium menggunakan pemanas microwave dengan daya 600 watt. Hasil penelitian menunjukan bahwa berat bahan baku optimum untuk menghasilkan yield minyak bunga cempaka yaitu 125 gr dalam 400 ml pelarut. Yield minyak cempaka menggunakan metode hidrodistilasi dengan aliran udara (0,1684%) lebih baik dibandingkan metode hidrodistilasi (0,0424%). Hasil analisa sifat kimia dari minyak cempaka menunjukkan bahwa pada metode hidrodistilasi dengan aliran udara memiliki kualitas (aroma) yang lebih baik dibandingkan dengan metode hidrodistilasi.
Potensi Klorofil Ekstrak Mikroalga Hijau (Chlorella sp.) dan Daun Suji (Pleomele angustifollia) Menggunakan Metode Soxhlet sebagai Dye Sensitizer pada Dye Sensitized Solar Cells (DSSC) Aisyah Triana Chintiyah Dewi; Fitria Romadhoni; Lailatul Qadariyah; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.508 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28744

Abstract

Energisurya merupakan energi yang dimanfaatkan dalam konversi energi cahaya menjadi listrik yaitu dengan sel surya. Teknologi sel surya telah dikembangkan oleh Gratzel yang disebut dengan sel Grätzel atau Dye Sensitized Solar Cells (DSSC). Peneliti telah mendapatkan efisiensi konversi energi yang lebih baik pada turunan pewarna(dyes)klorofil karena memiliki gugus carboxylate. Klorofil banyak terdapat pada tumbuhan hijau, salah satunya daun suji(Pleomele angustifolia)dan mikroalga hijau(Chlorella sp). Dalam pengambilan ekstrak klorofil terdapat beberapa macam metode, salah satunya metode soxhlet. Metode soxhlet dalam penelitian ini dimulai denganmelakukan pre-treatment untuk daun suji yaitu dengan cara membersihkan daun suji kemudian dipotong dengan ukuran ±0,2cm sedangkan untuk mikroalga hijau tidak dilakukan pre-treatment. Kemudian melakukan pengambilan ekstrak menggunakan metode Soxhletdengan etanol 96%.Ekstrak klorofil yang didapatkan dari metode soxhletditambahkan dengan CO2 padat (dry ice) sampai membeku/mengental kemudian dipanaskan agar terbentuk padatan ekstrak klorofil. Kemudian dilakukan analisa Uv-Vis untuk mengetahui kadar klorofil. Pada ekstraksi zat warna alami menggunakan Soxhlet diperoleh yield untuk daun suji sebesar 9,3933% dan untuk mikroalga hijau sebesar 25,4267%. Selain itu juga diperoleh konsentrasi klorofilzat warna alami dari daun suji sebesar 45,5628 µg/mL dan untuk mikroalga hijau sebesar 8,1605 µg/mL. Berdasarkan data-data tersebut disimpulkan bahwa daun suji memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan chlorella sp untuk dijadikan dye sensitizer pada DSSC.
Co-Authors Achmad Fajrul Akbar Achmad Qodim Syafa&#039;atullah Achmad Roesyadi Agi Iqbal Velayas Aisyah Triana Chintiyah Dewi Ali Altway Annas Wiguno Aparamarta, Hakun Wirawasista Awaludin Rauf Firmansyah Awaludin Rauf Firmansyah Ayu Paramita Firdaus Darmawan, Raden Daru Satria Prayanto Delita Kunhermanti Dhaniar Rulandri Widoretno Dhiya Dini Azmi Donny Satria Bhuana Dwi Aris Setiawan Eric Nurandriea Fachrudin Fachrudin Fahmi Muhammad Izzuddin Fatih Ridho Muhammad Fenni Suryanti Fikaputri Rohmatul Maula Fitria Fatmawati Fitria Romadhoni Fitrony Fitrony Gita Shintavia Hakun Wirawasista Hakun Wirawasista Imro’atus Nur Mufidah Dimyati Putri Ina Nurfia Indriana Purwaningsih Indriana Purwaningsih Istianah, Nur Ja&#039;far As Shodiq Juwari Juwari Juwari Kuswandi, Kuswandi Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud mahfud mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mahfud Mochammad Ainun Hikam Mochammad Ainun Hikam Mohamad Iman Rachmadi Mohammad Fandy Ardhilla Mohammad Fandy Ardhilla Muhammad Salahudin Ni Luh Putu Hariastuti Niniek Fajar Puspita, Niniek Fajar Nuniek Hendrianie Nur Syofa Lira Dalimunthe Nurkhamidah, Siti Permata, Arif Rachman Eka Raden Darmawan Raden Darmawan Raka Selaksa Raka Selaksa Charisma Muchammad Renita Nurul Fitria Ridha Agustina Kholifatun Nisa Rizky Nurrochmad Ismail Rizqy Fauzi Safetyllah Jatranti Sahiba Sahila Selfina Gala Setiyo Gunawan Siti Machmudah Siti Zullaikah Sri Rachmania Juliastuti Sumarno . Tantular Nurtono Tri Nugraha Ibnu Abdillah Viqhi Aswie Viqhi Aswie Widiyastuti Winardi, Sugeng Yeni Rahmawati, Yeni Yuniati, Yuyun