Agustina Salinding
Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif; Fakultas Kedokteran; Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo; Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kesulitan “Weaning” pada Kasus Flail Chest Akibat Fraktur Sternum yang Tidak Teridentifikasi Pesta Parulian Maurid Edwar; Prananda Surya Airlangga; Agustina Salinding; Bambang Pujo Semedi; Teguh Sylvaranto; Eddy Rahardjo
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 10, No 1 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1377.541 KB) | DOI: 10.14710/jai.v10i1.20667

Abstract

Latar Belakang:Trauma toraks menyebabkan 20% dari semua kematian akibat trauma. Salah satu yang memiliki morbiditas dan mortalitas tinggi adalah flail chestdan fraktur sternum merupakan sebagian kecil dari penyebab flail chest. Mengingat kejadiannya yang sangat jarang maka fraktur sternum sering menjadi jebakan diagnostik yang terlupakan pada flail chest.Laporan Kasus:Terdapat 2 kasus yang dilaporkan dengan trauma toraks. Kasus pertama adalah multitrauma dengan Injury Severity Score(ISS) 50, trauma kepala, trauma abdomen dan trauma ekstremitas. Setelah dilakukan stabilisasi hemodinamik selama 3 hari, pasien sulit disapih dari ventilasi mekanik. Setelah tidak ditemukan lagi sumber perdarahan dan hemodinamik stabil pasien segera disiapkan operasi daruratdan ditemukan penyebabnya adalah fraktur sternum yang tidak teridentifikasi sebelumnya. Kasus kedua adalah trauma toraks dengan ISS 17, secara klinis tampak flail chestdan foto toraks antero-posterior yang normal. Setelah dilanjutkan CT scantoraks ditemukan fraktur sternum yang menyebabkan  pernafasan tidak adekuat. Segera dilakukan fiksasi eksternal dan hasilnya  memuaskan.Diskusi: Fraktur sternum seringkali disebabkan oleh mekanisme trauma toraks anterior yang berat dan dapat menimbulkan manifestasi flail chestsehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas terlebih lagi bila disertai adanya trauma pada sistem organ lain serta penggunaan ventilator mekanik jangka panjang dan sepsis. Kejadian fraktur sternum sangat jarang dan foto toraks lateral pada kasus trauma juga jarang dilakukan sehingga seringkali fraktur sternum tidak teridentifikasi. Dengan mengetahui mekanisme trauma, gejala klinis yang tidak sesuai dengan gambaran foto toraks antero-posterior dan sulitnya penyapihan dari ventilasi mekanik  maka penggunaan ultrasonografi untuk skrining diharapkan dapat membantu menghindari jebakan terlambatnya identifikasi fraktur sternum.Kesimpulan:Pada trauma toraks dengan adanya fail chest, diagnostik dini diikuti fiksasi eksternal akan mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien fraktur sternum.
Perbandingan Visualisasi Laring dan Glotis pada Maneken Intubasi Sulit menggunakan Video Laryngoscope C-MAC dan VL-Scope Abdul Kadir Munsy; Nancy Margarita Rehatta; Maulydia Maulydia; Agustina Salinding; Arie Utariani; Teguh Sylvaranto; Elizeus Hanindito
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 10, No 3 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.059 KB) | DOI: 10.14710/jai.v10i3.20666

Abstract

Latar Belakang: Video laryngoscope C-MAC terbukti sangat membantu dalam tindakan intubasi terutama pada pasien kasus dengan difficult airway. Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya telah menciptakan video laryngoscope VL-Scope dengan fitur perekam audiovisual dengan harga yang jauh lebih murah.Tujuan: Membandingkan waktu yang dibutuhkan oleh video laryngoscope C-MAC dan VL-Scope pada simulasi maneken imobilisasi cervical spine dengan rigid collar neck.Metode: Penelitian dengan desain eksperimental acak ini melibatkan residen untuk melakukan intubasi dengan 2 video laringoskop yaitu C-MAC dan VL-Scope pada simulasi maneken imobilisasi cervical spine dengan rigid collar neck. Penelitian dilakukan dengan cara mengobservasi perbedaan waktu yang diperlukan untuk melihat plica vocalis, lama intubasi dan penekanan pada gigi menggunakan  laringoskop C-MAC dan video laringoskop VL-ScopeHasil: Video laryngoscope C-MAC mempersingkat waktu rata-rata untuk menilai derajat Cormarck and Lehane (8.57 ± 2,64 ) dan intubasi (17.89 ± 5,92) dibandingkan dengan video laringoskop VL-Scope (12.24±5,83) dan (20,68±5,83) detik. Namun frekuensi kejadian penekanan terhadap gigi saat tindakan laringoskopi adalah sama menggunakan kedua alat tersebut 2/37(5,4%)Kesimpulan: Intubasi menggunakan video laryngoscope C-MAC lebih efektif pada maneken imobilisasi cervical spine dengan rigid collar neck namun angka kejadian penekanan gigi pada tindakan tersebut adalah sama.
Effectiveness Comparison of Using Macintosh Blade and Mccoy Blade For Endotracheal Intubation In Anesthesia Residents Christya Lorena; Agustina Salinding; Prananda Surya Airlangga
Indonesian Journal of Anesthesiology and Reanimation Vol. 3 No. 2 (2021): Indonesian Journal of Anesthesiology and Reanimation (IJAR)
Publisher : Faculty of Medicine-Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.315 KB) | DOI: 10.20473/ijar.V3I22021.46-53

Abstract

Introduction: Laryngoscopy is one of the critical points in the intubation process and a mechanical trauma that provides noxious stimulation, affecting cardiovascular, respiratory, and intracranial changes. Practitioner competence is a significant factor that supports laryngoscope intubation procedures. That can influence the intubation duration and amount of mechanical trauma besides caused by laryngoscope type. Objective: To analyze the effectiveness of using Macintosh blade compared to McCoy blade in intubation laryngoscopy by Anesthesia Residents. Materials and Methods: This research is an experimental study in adult patients who underwent elective surgery at GBPT Dr. Soetomo Hospital. Intubation did by Anesthesia Residents at levels 5-9 using Macintosh or McCoy Laryngoscope and chosen randomly.  The data of laryngeal visualization (Cormack Lehane), hemodynamics (blood pressure, pulse), pain scale (qNOX), intubation time length, and pain scale data (VAS) after extubation were taken during intubation laryngoscope. Result and Discussion: The study was conducted on 28 samples that met the criteria. Anesthesia Resident's competence levels based on the semester in both groups laryngoscopes were not different (p 0.868). Based on laryngeal visualization data laryngoscopy, the McCoy's blade had better visualization with CL 1 at 85.7% of the samples and p-value 0.020. This good visualization makes it possible to speed up the laryngoscope-intubation in the McCoy blade group with a significant difference of time compared to the Macintosh blade group. Hemodynamic parameters, there were significant differences for hemodynamics increase. In the Macintosh blade group, the blood pressure and pulse were significantly increased after laryngoscopy intubation. The pain scale during the intubation procedure, which was rated based on the qNOx score, showed a significant increase in the Macintosh blade group with a p-value of 0.003. The postoperative pain scale (VAS) was smaller in the McCoy blade group compared to the Macintosh group (p-value <0.001). Conclusion: The ability to use both laryngoscopes at some levels of Anesthesia residents was equally good, and the use of McCoy Blade is more effective than Macintosh Blade in the intubation laryngoscopy procedure.