Witjaksono Witjaksono
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Nitrous Oxide Pada Induksi Sevofluran 8% Dengan Tehnik Single Breath Terhadap Kecepatan Induksi Anestesi Tinon Anindita; Witjaksono Witjaksono; Aria Dian Primatika
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v3i1.6452

Abstract

Latar Belakang: Penambahan nitrous oxide pada induksi anestesi akan mempercepat waktu induksi, oleh karena adanya second gas effect dan concentration effect.Tujuan: Membandingkan kecepatan induksi anestesi sevofluran 8% dengan atau tanpa nitrous oxide, dengan menggunakan tehnik single breath vital capacity induction. Metode: Tujuh puluh dua pasien tanpa diberikan premedikasi , dibagi dalam 3 kelompok secara random dan diminta untuk menghirup salah satu dari tiga campuran gas dengan tehnik single breath vital capacity : kelompok I diberikan sevofluran 8% + Oksigen, keiompok II diberikan sevofluran 8% + 50% nitrous oxide dan kelompok III diberikan sevofluran 8% + 66 2/3% nitrous oxide. Dicatat waktu saat hilangnya reflek bulu mata dan komplikasi yang terjadi. Tekanan darah (sistolik, diastolik, tekanan arteri rerata), laju jantung dan saturasi oksigen diukur sebelum dan sesudah induksi. Data diuji dengan Student T Test dan ANOVA dengan derajat kemaknaan < 0,05.Hasil: Karakteristik penderita (umur, usia, berat badan dan lain-lain) pada ketiga kelompok berbeda tidak bermakna. Waktu saat hilangnya reflek bulu mata untuk kelompok sevofluran 8% + 50% nitrous oxide (24,96 ±4,14 detik), dan untuk kelompok sevofluran 8% + 66 2/3% nitrous oxide (24,81 ± 3,85 detik) lebih sepat dibandingkan dengan kelompok sevofluran 8% + Oksigen (27,21 ±4,14 detik) , tetapi perbedaan ini tidak bermakna (p=0,098), Perubahan tekanan darah (sistolik, diastolik, tekanan arteri rerata), laju jantung dan saturasi oksigen yang terjadi pada ketiga kelompok berbeda tidak bermakna. Komplikasi induksi anestesi yang terjadi pada kelompok sevofluran 8% dengan nitrous oxide lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok sevofluran 8% tanpa nitrous oxide , tetapi perbedaan ini tidak bermakna.Kesimpulan: Penambahan Nitrous oxide pada induksi anestesi dengan sevofluran 8% dengan tehnik single-breath, tidak mempercepat waktu induksi anestesi.
Efektifitas Magnesium Sulfat Sebagai Pencegahan Mengigil Pasca Anestesi Anna Ratnawati; Johan Arifin; Witjaksono Witjaksono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 3, No 3 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v3i3.6438

Abstract

Latar Belakang: Menggigil (shivering) merupakan masalah yang sering dihadapi dalam setiap operasi. Penggunaan obat induksi anestesi, suhu lingkungan dan pembedahan dapat menyebabkan menggigil.Tujuan: Membandingkan efektifitas magnesium sulfat 30mg/kgBB intravena dengan meperidin 0,5mg/kgBB intravena sebagai kontrol dalam mencegah mengigil pasca anestesi umum.Metode: Penelitian menggunakan randomized double blind controlled trial pada 20 pasien yang menjalani anestesi umum. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok (n=10), kelompok A menggunakan meperidin 0,5mg/kgBB intravena dan kelompok B menggunakan magnesium sulfat 30mg/kgBB intravena. Masing – masing kelompok diambil darah sebelum dan sesudah ekstubasi, untuk dilakukan pemeriksaan kadar kalsium dan magnesium. Saat berada di ruang pemulihan pasien di observasi adanya kejadian menggigil. Uji statistik menggunakan Chi-Square, Man-Whitney Test dan independent sample T-test (dengan derajat kemaknaan p<0,05).Hasil: Penelitian ini didapatkan kejadian menggigil pada kelompok meperidin 1 dari 10 pasien dan pada kelompok magnesium sulfat 2 dari 10 pasien (p=1,00). Penurunan kadar kalsium setelah operasi pada kelompok magnesium sulfat (0,048±0,2212) berbeda tidak bermakna (p=0,366) dibandingkan dengan kelompok meperidin (0,135±0,1973), sedangkan kadar magnesium terjadi peningkatan pada kelompok magnesium sulfat (0,434±0,4103) dan menurun pada kelompok meperidin (0,119±0,1180), berbeda bermakna (p=0,003).Simpulan: Kejadian menggigil pasca pembedahan dengan anestesi umum pada pasien yang mendapat magnesium sulfat 30mg/kgBB iv tidak berbeda dengan yang mendapat meperidin 0,5mg/kgBB iv.
Pengaruh Induksi dengan Propofol dan Etomidat Terhadap Kadar Gula Darah Johan Eduard Bernardus; Witjaksono Witjaksono; Soenarjo Soenarjo
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v3i2.6444

Abstract

Latar belakang: Etomidat memiliki keunggulan karakteristik berupa keamanan dari segi hemodinamik, respirasi, maupun neuroproteksi, akan tetapi efeknya terhadap fungsi adrenal, kortisol dan menurunkan kadar gula darah menjadikan penggunanya terbatas. Tujuan: Membuktikan adanya perbedaan pengaruh pemberian propofol 2,5 mg/kgBB intravena dan etomidat 0,2 mg/kgBB intravena terhadap penurunan kadar gula darah.  Metode: Penelitian ini menggunakan desain Randomized Clinical Control Trial pada 38 pasien yang menjalani anastesi umum, dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan (n=19), etomidat dan propofol. Masing-masing kelompok diperiksa kadar gula darah sebelum induksi,2 dan 8 jam setelah induksi. Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk membandingkan kadar gula darah pada masing-masing kelompok sedangkan uji statistik Mann Whitney U Test digunakan untuk membandingkan antar kelompok perlakuan.  Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah sebelum dan 2 jam pasca induksi pada kelompok etomidat (122,42+4,98 vs 78,73+4,56), tetapi tidak pada 8 jam pasca induksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengurangan dosis etomidat sampai 0,2 mg/kgBB masih menurunkan kadar gula secara signifikan sampai < 8 jam pasca induksi. Pada kelompok propofol terdapat peningkatan bermakna kadar gula darah 2 jam pasca induksi (P=0,000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa propofol tidak memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Kesimpulan: Pemberian etomidat 0,2 mg/kgBB menurunkan sintesis gula darah pada 2 jam pasca induksi namun kembali normal 8 jam pasca induksi. Pemberian propofol 2,5 mg/kgBB tidak menyebabkan penurunan kadar gula darah.