Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal

Pandemic Covid-19, Body Immunity Response, and Herd Immunity Rina Tri Handayani; Dewi Arradini; Aquartuti Tri Darmayanti; Aris Widiyanto; Joko Tri Atmojo
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 10 No 3 (2020): Juli 2020
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.559 KB)

Abstract

The World Health Organization has stated that COVID-19 is a "global pandemic". However, community attitudes and compliance in maintaining protocols during the pandemic were minimal and raised the issue of "herd immunity". What exactly is herd immunity, how exactly does the body's immune system react to COVID-19 and what is a COVID-19 pandemic? The purpose of writing articles is to provide information about the definition of a pandemic, the body's immune system in dealing with COVID-19, and herd immunity. A systematic review was carried out in May 2020 by searching databases: PubMed, google scholar, NIH, CDC, and Science Direct. Keywords: "Pandemic and COVID 19" and "COVID 19 rapid test and accuracy", "PCR accuracy" and "PCR COVID 19 vs Rapid test" and "Herd immunity". The COVID-19 pandemic occurred because there was a discovery and a new mutation of the SARS-CoV virus becoming very infectious and of high virulence. Herd Immunity cannot be said to be the relevant treatment for COVID-19. It requires a large minimum threshold of immunity to achieve Herd Immunity, and it is very unethical to allow large numbers of individuals to be infected.
Dampak Merokok terhadap Covid-19 Joko Tri Atmojo; Dewi Arradini; Aquartuti Tri Darmayanti; Aris Widiyanto; Rina Tri Handayani
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 11 No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v11i1.1143

Abstract

Gangguan utama dari COVID-19 adalah sistem pernafasan, maka merokok dan penggunaan rokok dapat menjadi orang yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi paru- paru yang parah. Beberapa ulasan dan laporan kasus yang menyajikan data tentang merokok dan COVID-19 memberikan kesimpulan berbeda. Hal ini membuat penulis tertarik untuk menyajikan ulasan sistematis tentang bagaimana tingkat keparahan gejala COVID-19 pada pasien dengan riwayat merokok agar dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang hubungan merokok dan gejala COVID. Artikel dicari melalui basis data sejak Januari – November 2020 . Pencarian diperoleh dari berbagai basis data seperti: PUBMED dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah “smoking and COVID-19” ATAU “Comorbid and smoking and COVID-19”, ATAU “ Kebiasaan merokok dan COVID-19”. Free full text berbahasa Inggris atau Indonesia. Subyek merupakan pasien terkonfirmasi melalui real time PCR (RT-PCR) sebagai penderita COVID-19. Desain observasional berupa COHORT retrospektif. Berdasarkan hasil tinjauan didapatkan 13 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan mengestimasi bahwa pasien COVID-19 yang memiliki kebiasaan merokok yang dilakukan sebelum pandemi berpotensi 2 kali lebih mungkin mengalami perburukan gejala, peningkatan kemungkinan dirawat di ICU bahkan kematian.
Meta Analisis Risk Ratio dan Hazard Ratio Kematian ODHA yang Terinfeksi Covid-19 Joko Tri Atmojo; Dewi Arradini; Ernawati Ernawati; Aquartuti Tri Darmayanti; Saras Kuntari; Lilik Hanifah; Rina Tri Handayani; Aris Widiyanto
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 11 No 4 (2021): Oktober 2021
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v11i4.1673

Abstract

Patogenisitas COVID-19 bisa dipercepat pada orang yang hidup dengan HIV. Bukti terbaru telah menunjukkan substansial hubungan antara infeksi saluran pernapasan bawah terkait Coronavirus (Lower Respiratory Tract Infections (LRTI) dan peningkatan risiko kematian pada individu dengan gangguan kekebalan termasuk orang dengan HIV/AIDS. Meta analisis ini dibuat untuk mengestimasi risiko kematian orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terinfeksi COVID-19 berdasarkan bukti yang dilaporkan dari berbagai belahan dunia. Pelaporan meta analisis ini dilakukan berdasarkan PRISMA. Pencarian basis data dilakukan Januari - Mei 2021, sepuluh dari 2062 artikel masuk ke dalam analisis RevMan menggunakan risk ratio dan hazard ratio. Hasil risk ratio (RR) pasien COVID-19 yang menderita HIV untuk meninggal dunia adalah 4.32 [95% CI (1.24, 15.05)]; p-value 0.002, sedangkan hazard ratio (HR) 10.36 [95% CI (7.11, 15.11)]; p-value <0,001. ODHA yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko untuk mengalami kematian berkisar antara 4 hingga 10 kali dibandingkan pasien COVID-19 tanpa HIV/AIDS. Kematian sebagian besar disebabkan oleh perburukan COVID-19 dengan koinfeksi HIV/AIDS seperti tuberculosis, hipertensi, diabetes, dan chronic obstructive pulmonary disease.
Program Perawatan Paliatif yang Efektif bagi Pasien Gagal Jantung Joko Tri Atmojo; Dewi Arradini; Aquartuti Tri Darmayanti; Lilik Hanifah; Rina Tri Handayani; Aris Widiyanto
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 11 No 4 (2021): Supp Oktober 2021
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v11i4.1978

Abstract

Perawatan paliatif untuk pasien dengan gagal jantung direkomendasikan oleh ahli kesehatan masyarakat profesional, dokter, dan organisasi kesehatan dunia. Menemukan dan membahas program paliatif terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi biaya perawatan kesehatan yang diperlukan menjadi sangat penting. Peneliti bertujuan untuk membuat tinjauan klinis yang akan memaparkan bukti klinis dari artikel studi acak terkontrol (randomized controlled trial) tentang teknis perawatan paliatif untuk pasien CHF dan outcome apa saja yang dihasilkan. Artikel dicari melalui basis data online yang terdaftar sejak 10 tahun terakhir 2011-2021. Pencarian diperoleh dari PUBMED, SCOPUS, dan Google Scholar. Data disajikan dengan kaidah PRISMA (prefered items of systematic review and meta-analysis. Kualitas studi dinilai menggunakan instrument GRADE (Grading of Recommendations Assessment Development and Evaluation). Perawatan paliatif sangat penting dan terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung, peningkatan tersebut meliputi berkurangnya gejala fisik terkait penyakit dan gejala psikis yang mengganggu keseharian, adapun beberapa program yang dapat dilakukan antara lain PREFER, CASA dan PAL-HF.
Komposisi Air Susu Ibu dan Pemberiannya Pada Bayi dari Ibu yang Terinfeksi Covid-19 Nova Rahma Widyaningrum; Andriani Noerlita Ningrum; Aquartuti Tri Darmayanti; Aris Widiyanto; Dewi Arradini; Joko Atmojo
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 12 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.92 KB)

Abstract

Menyusui telah terbukti menjadi faktor pelindung bagi bayi terhadap berbagai infeksi penyakit. Belum banyak bukti informasi yang memberi kejelasan tentang pemberian ASI terhadap bayi dari ibu dengan infeksi COVID-19. Tinjauan sistematis ini dibuat dengan tujuan untuk memberi rangkuman informasi tentang rekomendasi apakah menyusui tetap dianjurkan atau tidak. Desain penelitian adalah tinjauan sistematis atau systematic review yang diperoleh dari beberapa basis data yaitu PubMed, google scholar, NIH, CDC, dan Science Direct. Kata kunci untuk pencarian artikel adalah, “COVID “breastfeeding” AND “covid-19”, “breastmilk” AND “ Covid-19 infection in breastmilk”, “characteristic infection” AND “ breastfeeding” AND “breastmilk”. Pencarian dilakukan sejak Januari-Desember 2021.Kriteria inklusi full paper dengan desain studi observasional. Subjek penelitian adalah ibu menyusui yang terkonfirmasi menderita COVID-19 dibuktikan dengan test real time PCR. Melahirkan normal dan secio caesarea. Virus SARS-CoV 2 tidak terdeteksi dalam kolostrum. Antibodi IgA dan IgG spesifik anti SARS-CoV-2 dalam ASI meningkat pesat secara signifikan. Ibu yang terinfeksi COVID-19 masih dapat menularkan virus melalui tetesan pernapasan saat kontak dengan anak, selama menyusui, terbukti dari ditemukannya virus SARS-CoV-2 dalam ASI yang diperoleh lebih dari seminggu setelah melahirkan yang dikumpulkan menggunakan pompa listrik.