Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum Pada Budidaya dengan Metode Rawai Yuniarlin Hilmi Farnani; Nunik Cokrowati; Nihla Farida
Jurnal Kelautan Vol 4, No 2: Oktober (2011)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v4i2.884

Abstract

Eucheuma spinosum merupakan algae makro bentik yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tepung agar-agar, keraginan dan alginat. Bahan baku tersebut dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik, dan makanan. Luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, mengakibatkan peningkatan kebutuhan Eucheuma spinosum. Budidaya Eucheuma spinosum yang sudah dilakukan oleh pembudidaya adalah menggunakan metode rakit apung (floating raft method), metode lepas dasar (off bottom method) dan metode rawai (long line method). Namun dari ketiga metode ini yang lebih memberikan keuntungan dan lebih digemari oleh petani adalah metode rawai. Sehingga perlu dilakukan penelitian ”Pengaruh Beberapa Kedalaman Penanaman Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum pada Budidaya dengan Metode Rawai”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan Eucheuma spinosum pada budidaya dengan metode rawai. Penelitian dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok Desa Gerupuk Lombok Tengah Agustus 2010 hingga Oktober 2010. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan kedalaman penanaman yakni A (25 cm), B (35 cm), C (45 cm) dan D (55 cm). Setiap perlakuan terdiri 4 ulangan dalam enam sisi karena akan dilakukan pengamatan destruktif sebanyak enam kali, sehingga diperoleh 96 plot percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan kedalaman penanaman Eucheuma spinosum berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berdasarkan berat basah, berat komersil dan berat kering. Pada kedalaman penanaman 45 cm memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kedalaman lainnya. Kata Kunci: Budidaya, Eucheuma spinosum, kedalaman, pertumbuhan, metode rawai 
PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA KULTIVAR BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM.L) PADA PEMUPUKAN DENGAN BEBERAPA KONSENTRASI CAMPURAN KOTORAN SAPI Anen Diyati, Nihla Farida, dan Lalu Iras
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 5 No 1 (2012): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil dua kultivar bawang merah yang dipupuk dengan beberapa konsentrasi kotoran sapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental dengan percobaan di Rumah Kaca. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktorial yang terdiri atas dua faktor yaitu faktor kultivar dan faktor konsentrasi kotoran sapi. Tiap-tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan tinggi tanaman, laju pertumbuhan jumlah daun, diameter umbi, jumlah siung dan berat umbi per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interaksi antara kultivar bawang merah dengan konsentrasi kotoran sapi hanya terjadi pada laju pertumbuhan relatif jumlah daun dengan jumlah daun tertinggi pada kultivar Ampenan pada perlakuan 2 l urine + 2 kg kotoran padat + 10 l air. Perlakuan konsentrasi kotoran sapi berpengaruh nyata hanya pada diameter umbi, dengan ukuran diameter umbi yang terbesar pada perlakuan campuran 1 l urine + 10 l air, 1 l urine + 1 kg kotoran padat + 10 l air, 2 l urine + 2 kg kotoran padat + 10 l air, dan 2 l urine + 2 kg kotoran padat + 10 l air. Perlakuan kultivar berpengaruh nyata pada diameter umbi, jumlah siung dan berat umbi per rumpun, dengan hasil tertinggi pada kultivar Bima. ABSTRACT This study was aimed to determine the growth and yield of two cultivars of shallot fertilized with several concentrations of cow manure. The method used in this study was experimental method with experiments in the greenhouse. Research used the factorial completely randomized design consisting of two factors: cultivars factors and cow manure concentration factor. Each combination treatment was repeated 3 times. Parameters measured were plant height growth rate, the rate of growth in the number of leaves, diameter of the bulb, tuber number and weight cloves per clump. The results showed that, the interaction between cultivars of shallot with cow manure concentrations only occur in the relative growth rate of the number of leaves with the highest number of leaves on the cultivar Ampenan on treatment 2 l of urine + 2 kg solids + 10 l of water. The concentration of manure treatment significantly only on the diameter of the bulbs, the bulbs of the largest diameter in the treatment of a mixture of 1 l of urine + 10 l of water, 1 l of urine + 1 kg solids + 10 l of water, 2 l of urine + 2 kg solids + 10 l of water, and 2 l of urine + 2 kg solids + 10 l of water. Treatment cultivars were significantly difference effect on tuber diameter, number of cloves and tuber weight per hill, with the highest yield was obtained from Bima cultivar.
PENINGKATAN “ESTABLISHMENT RATE” TANAMAN KEDELAI DAN KACANG HIJAU DENGAN APLIKASI BEBERAPA BAHAN PEMBENAH TANAH PADA BEDENG DI LAHAN VERTISOL TADAH HUJAN LOMBOK SELATAN Wayan Wangiyana; I.G. M. Kusnarta; Nihla Farida; M. Zairin
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 5 No 1 (2012): Jurnal Crop Agro
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi bahan pembenah tanah pada bedeng di lahan vertisol Lombok Selatan terhadap pertumbuhan (crop establishment) dan hasil biji tanaman kedelai yang ditanam pada MK1 dan tanaman kacang hijau pada MK2 yang ditugal langsung setelah panen kedelai MK1. Percobaan dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan milik petani di desa Mujur (Lombok Tengah), dari bulan Juni sampai dengan Nopember 2011, yang ditata menurut Rancangan Acak Kelompok, dengan 3 blok dan 6 perlakuan, yaitu tanpa bahan pembenah tanah (P0), aplikasi bahan pembenah tanah berupa pasir (P1), pupuk kandang (pukan) sapi (P2), Bokashi (P3), pasir + pukan (P4), dan pasir + Bokashi (P5). Analisis data dilakukan dengan ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan teknik kontras-ortogonal pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bahan pembenah tanah pada bedeng permanen di lahan vertisol tadah hujan Lombok Selatan secara nyata meningkatkan establishment rate dan hasil biji tanaman kedelai dan kacang hijau. Bahkan hanya dengan aplikasi pasir (P1), yang dicampur dengan lapisan atas tanah pada bedeng, dapat dicapai crop establishment dan hasil biji yang lebih tinggi, dengan rata-rata hasil 1,9 ton/ha biji kedelai dan 1,96 ton/ha biji kacang hijau, jika dibandingkan dengan bedeng tanpa bahan pembenah tanah (P0), dengan rata-rata hasil 1,1 ton/ha biji kedelai dan 0,29 ton/ha biji kacang hijau, padahal secara jangka panjang, pasir tidak akan hilang karena tidak diserap oleh tanaman. Hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan aplikasi pasir dan Bokashi (P5), dengan rata-rata hasil 2,5 ton/ha biji kedelai dan 3,43 ton/ha biji kacang hijau. ABSTRACT The study aimed to examine the effect of application of soil amendment materials on raised-beds of Southern Lombok vertisol land on growth (crop establishment) and seed yield of soybean plants grown in MK1 (dry season 1) and MK2 mungbean plants direct dibbled immediately after harvest of the MK1 soybean. The experiment was conducted on a rainfed ricefield owned by a farmer in the Mujur village (Central Lombok), from June to November 2011, which was designed according to the Randomized Complete Block Design, with 3 blocks and 6 treatments, i.e. without soil amendment (P0), the application of sand (P1), cattle manure (P2), Bokashi (P3), sand + manure (P4), and sand + Bokashi (P5). Data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) based on the contrast-orthogonal technique at 5% level of significance. The results indicated that application of soil amendment materials on the raised-beds, in the southern Lombok rainfed vertisol land, significantly increased the establishment rate and seed yield of soybean in MK1 (dry season 1) and mungbean in MK2 (dry season 2), which was direct dibbled immediately after harvest of the MK1 soybean. Even with the application of sand only, by mixing it with the top soil layer of the raised-beds, better crop establishment and higher seed yields were achieved, with an average of 1.9 ton/ha soybean seeds and 1.96 ton/ha mungbean seeds, compared with an average of only 1.1 ton/ha soybean seeds and 0.29 ton/ha mungbean seeds obtained from the plots without application of amendment materials, while in fact in the long term, the sand will not be disappear because it is not absorbed by plants. The highest yield was obtained from the plot with application of both sand and Bokashi (P5), with an average of 2.5 ton/ha soybean seeds and 3.43 ton/ha mungbean seeds.
KEMAJUAN SELEKSI MASSA PADA JAGUNG KULTIVAR LOKAL KEBO SETELAH SATU SIKLUS SELEKSI DALAM PERTANAMAN TUMPANGSARI DENGAN KACANG TANAH Idris dan Uyek Malik Yakop; Nihla Farida
CROP AGRO, Scientific Journal of Agronomy Vol 4 No 2 (2011): Jurnal Crop Agro Pertanian
Publisher : Department of Agronomy Faculty of Agriculture University of Mataram and Indonesian Society of Agronomy Branch NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Seleksi massa merupakan metode seleksi yang paling sederhana karena hanya berdasarkan penampilan fenotipenya saja dan tiap siklus seleksi hanya membutuhkan satu kali musim tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kemajuan seleksi dalam rangka pembentukan varieats jagung yang cocok untuk tumpangsari.. Penelitian ini berlangsung dalam dua tahap yaitu tahap seleksi dan uji hasil seleksi. Tahap pertama adalah seleksi dengan menggunakan metode seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan dengan kriteria seleksi tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang tongkol. Tahap kedua adalah evaluasi hasil seleksi. Data yang diamati meliputi umur keluarnya bunga jantan, umur keluarnya bunga betina, jumlah daun, tinggi tanaman, sudut daun, diamter batang, umur panen, panjang tongkol, diamter tongkol, berat 100 butir biji dan berat biji pipilan kering per tongkol. Data dianalisis dengan uji t0.05 guna mengetahui kemajuan seleksi yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kemajuan seleksi yang nyata pada delapan sifat dari sebelas sifat yang diamati. Sifat-sifat yang mengalami kemajuan seleksi adalah umur keluarnya bunga jantan, jumlah daun, tinggi tanaman, ukuran sudut daun, diameter batang, umur panen, panjang tongkol dan berat 100 butir biji. Berat biji pipil kering per tongkol sebagai indikator utama belum menunjukkan perubahan yang nyata. ABSTRACT A mass selection is the most simple selection method because the selection is applied based only on phenotype appearance and in first selection cycle needs only once planting season. This experiment aimed to identify the selection progress in order to develop corn variety that suitable to be intercropped with peanut. The experiment was coducted in two stages namely : the main selection and testing the result of the selection. In the first stage, a mass selection was conducted without controlling pollination with plant height, leas number, and ear length as the selection criteria. The next stage was done to evaluate the first result. The parameters evaluated included the emerging anther and stigma, leaf numbers, plant height, leaf angle, stem diameter, age of the plant, ear length, ear diameter, 100 grain weight, and weight of grain per ear. Data were analized using t0.05 to identify the selection progress. The result showed that there was a significant progress in selection on eight characters of eleven characters evaluated. These were the emerging anther, leaf numbers, plant height, leaf angle position, stem diameter, age of the plant, ear length, and 100 grain weight. The weight of grain per ear as the main indicator of the progress has not significantly improved.
Pengaruh Penyisipan Berbagai Varietas Kedelai Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Srikandi Kuning di Pringgabaya Lombok Timur Ita Nirmala; Wayan Wangiyana; Nihla Farida
AGRITROP Vol 20, No 1 (2022): Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agritrop.v20i1.7070

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyisipan berbagai varietas tanaman kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung serta mengetahui LER (Land Equivalent Ratio) dari tumpangsari dan LER Parsial tanaman kedelai untuk mencari varietas kedelai yang paling toleran disisipkan di antara barisan tanaman jagung varietas Srikandi Kuning yang ditanam dengan jarak tanam normal 75 x 20 cm. Percobaan dilaksanakan di lahan tadah hujan desa Pringgabaya, Lombok Timur, dari bulan Februari sampai Juni 2020, yang dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas 9 aras perlakuan penyisipan yaitu P0= jagung monokrop (jagung tanpa disisipi kedelai), P1= jagung disisipi kedelai varietas Anjasmoro, P2= varietas Dena-2, P3= varietas Argomulyo, P4= varietas Dering-1, P5= varietas Grobongan, P6= varietas Dena-1, P7= varietas Dega-1, P8= varietas Deja-1. Setiap perlakuan dibuat dalam tiga blok (ulangan). Data dianalisis dengan ANOVA dan uji Beda Nyata Jujur (Tukey’s HSD) pada taraf nyata 5% menggunakan program CoStat for Windows ver. 6.303. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisipan berbagai varietas tanaman kedelai tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman jagung varietas Srikandi Kuning, tetapi mampu meningkatkan hasil biji jagung 27,7% dan nisbah kesetaraan lahan (LER) 72,7% dengan tumpangsari jagung dan kedelai varietas Anjasmoro, jika dibandingkan dengan penanaman jagung secara monokrop. Sebaliknya, penyisipan tanaman kedelai di antara tanaman jagung signifikan menurunkan hasil biji kedelai, dengan LER parsial 0,17 – 0,53 atau 17 – 53%, dan berdasarkan LER parsial ini, maka kedelai varietas Dega-1 merupakan varietas yang paling toleran ditanam-sisip di antara tanaman jagung varietas Srikandi Kuning yang ditanam pada jarak tanam normal.
Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Organik di Dusun Bongor Desa Taman Ayu Kecamatan Gerung Lombok Barat I Ketut Ngawit; Wayan Wangiyana; Novita Hidayatun Nufus; Akhmad Zubaidi; I Putu Silawibawa; Nihla Farida
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jsit.v3i1.65

Abstract

Mengolah sumber bahan pupuk alternatif seperti kotoran ternak dan limbah pertanian merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif fenomena kelangkaan pupuk buatan. Oleh sebab itu, telah dilaksanakan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam membuat pupuk organik dari bahan baku limbah ternak dan tanaman yang tersedia berlimpah di sekitar petani. Kegiatan dilaksanakan dengan metode tindak partisipatif selama 6 bulan, melalui beberapa tahap yaitu identifikasi masalah, penentuan kelompok sasaran, pelaksanaan program dan pendampingan, monitoring dan evaluasi. Seluruh kegiatan berlangsung tertib, aman dan lancar. Pengetahuan dan keterampilan petani meningkat, terbukti dari tingginya antusiasme mereka memproduksi pupuk organik dan mengaplikasikannya pada beberapa jenis tanaman. Aplikasi pupuk organik 25 ton ha-1 pada cabe rawit, jagung dan kacang tanah memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan menanam kacang panjang dan bawang merah. Kesuburan kimiawi, fisik dan biologis tanah tetap stabil, sehingga hasil jagung, kacang tanah dan cabe rawit yang ditanam pada petak dengan aplikasi pupuk organik 25 ton ha-1 tidak berbeda nyata dengan hasil pada petak yang dipupuk NPK 250 kg ha-1.
01 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG KETAN PADA BERBAGAI JARAK TANAM, POLA BARISAN, DAN TUMPANGSARI DENGAN TANAMAN LEGUM DI LAHAN SAWAH ENTISOL 1) Nihla Farida; A. Wires yamsi,; V.F.A. Budianto; M. Dahlan; W. Wangiyana
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 25 No 1 (2015): Jurnal Agroteksos 2 Agustus 2015
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.854 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh jarak tanam rapat, pola barisan dan tumpangsari dengan tanaman kacang hijau atau kedelai, terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung ketan varietas lokal Bima. Percobaan dilaksanakan di lahan sawah entisol di desa Narmada, Lombok Barat, mulai bulan Mei s/d Juli 2012, yang ditata menurut Rancangan Split Split Plot, dengan tiga blok dan tiga faktor perlakuan, yaitu: Tumpangsari (T) sebagai main plot, dengan tiga taraf perlakuan (T1 = monokrop, T2 = tumpangsari dengan kacang hijau, dan T3 = tumpangsari dengan kedelai); Pola barisan (P) sebagai sub-plot, dengan dua taraf perlakuan (P1 = reguler, dan P2 = barisan sistem rel); dan Jarak tanam (J) sebagai sub sub-plot, dengan tiga taraf perlakuan (J1 = 75x40, J2 = 60x40 dan J3 = 50x40 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumpangsari dengan tanaman legum, terutama kacang hijau, memberikan hasil biji jagung lebih tinggi per ha dibandingkan dengan tanaman jagung monokrop. Jarak tanam juga berpengaruh nyata terhadap hasil biji, di mana ada kecenderungan bahwa jarak tanam terlebar (75 cm) memberikan hasil biji per rumpun lebih tinggi dibandingkan dengan yang tersempit, tetapi karena mempersempit jarak tanam meningkatkan populasi per ha, maka rata-rata hasil biji per ha tertinggi pada jarak tanam sempit. Demikian pula perlakuan pola barisan antara reguler dan sistem rel tidak memberikan perbedaan hasil per rumpun, tetapi karena sistem rel meningkatkan populasi maka juga meningkatkan hasil biji kering per ha. Namun demikian, karena ada interaksi antar ketiga faktor perlakuan, maka berarti faktor perlakuan saling tindak dalam mempengaruhi hasil biji jagung per satuan luas lahan. ABSTRACT Research aimed to examine close plant spacing, row pattern, and intercropping with mungbean or soybean, on growth and yield of waxy maize of Bima local variety. The experiment was conducted on entisols rice-field in Narmada village, West Lombok, from May to July 2012, which was designed according to Split Split-Plot Design, with three blocks and three treatment factors, i.e. intercropping (T) as the main plot, with three treatment levels (T1 = mono-cropping maize, T2 = intercropping with mungbean, and T3 = intercropping with soybean), row patterns (P) as the sub-plot, with two treatment levels (P1 = regular rows, and P2 = railway pattern of rows or double rows), and planting distances (J) as sub-sub-plots, with three treatment levels (J1 = 75 x 40, J2 = 60 x 40, and J3 = 50 x 40 cm). Results indicated that intercropping maize with legume crops, especially with mungbean, resulted in higher maize grain yield than maize monocrops. Planting distances also affected maize yield, in which there was a tendency that the widest distance (75 cm) resulted in higher maize yield per clump than narrower distance, but because reducing planting distance increased maize population per ha, then the average maize yield per ha was highest on the narrowest planting distance. Similarly, between regular and railway systems of row patterns, there were significant differences in maize yield per clump, but because railway system increased maize population, it then also yielded higher than the regular row pattern. Moreover, there was a significant interaction among the three factors in affecting maize grain yield per ha, which means the treatment factors affected maize yield differently depending on the other factors in the combinations.
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI BERAS MERAH KONVENSIONAL DAN AEROBIK PADA BEDENG PERMANEN TERHADAP APLIKASI BERBAGAI LIMBAH ORGANIK PADA TAHUN KETIGA Elsa Fitriah; Wayan WANGIYANA; Nihla Farida
MEDIAGRO Vol 18, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.809 KB) | DOI: 10.31942/mediagro.v18i1.5606

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi berbagai limbah organik pada bedeng permanen pada tahun ketiga terhadap pertumbuhan dan hasil padi beras merah antara teknik budidaya konvensional dan sistem irigasi aerobik pada bedeng permanen. Percobaan ditata menurut Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design), yang terdiri atas dua faktor perlakuan yaitu teknik budidaya padi (T1= konvensional, T2= sistem irigasi aerobik pada bedeng permanen) sebagai petak utama dan limbah organik (L0=tanpa limbah, L1=sekam, L2=abu sekam dan L3=abu sekam + pupuk kandang) sebagai anak petak. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji Beda Nyata Jujur (Tukey’s HSD) pada taraf nyata 5% menggunakan program CoStat for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor teknik budidaya padi berpengaruh signifikan terhadap variabel hasil padi beras merah, yaitu persentase jumlah gabah hampa lebih rendah tetapi jumlah anakan produktif, jumlah malai, jumlah gabah berisi dan hasil gabah lebih tinggi pada padi sistem irigasi aerobik (T2). Faktor aplikasi limbah organik juga berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan dan hasil, yaitu laju pertumbuhan jumlah anakan dan laju pertumbuhan jumlah daun lebih tinggi pada perlakuan L1, tetapi jumlah gabah berisi dan hasil gabah per rumpun lebih tinggi pada perlakuan L3. Terdapat pengaruh interaksi terhadap jumlah gabah berisi dan hasil gabah, dengan hasil gabah tertinggi (47,48 g/rumpun) pada padi sistem irigasi aerobik yang diberi abu sekam dan pupuk kandang (T2L3) dan terendah (28,78 g/rumpun) pada padi konvensional tanpa aplikasi limbah (T1L0).
Potential of Weed As Raw Material for Animal Feed on The Integration of Cattle with Coconut Plantations I Ketut Ngawit; Nihla Farida
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 8 No. SpecialIssue (2022): December
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v8iSpecialIssue.2488

Abstract

Constraints on the use of forage for animal feed in smallholder coconut plantations are product availability and chemical composition of nutrients that are lacking and their production potential is low. The reason for this is that the soil under the shade of coconut is not managed intensively. The aim of the study was to evaluate the management of coconut shaded soils based on their ability to increase the potential of forage products and their capacity for raising cattle. The results showed that the production of forage products as raw material for animal feed was the best obtained in the system of planting patterns of sweet corn-long beans-fallow and long beans-sweet corn-fallow. The cropping pattern found 5 species of weeds in the Poaceae family, 4 species of broadleaf weeds and 2 species of puzzles with a palatable level in the category of favored to very favored with an inedible weight percentage of 75.431–98.732%. The Poaceae weed family gave the highest contribution to the total forage production per hectare, which was 8.72 kw ha-1 day-1. While the lowest of broadleaf weeds and puzzles in the system of long bean-sawley-fallow cropping pattern was 1.22 kw ha-1 day-1 and the mustard-longbean-fallow cropping pattern was 1.31 kw ha-1 day-1. The carrying capacity of coconut shaded soil for raising cattle, before being managed was 0.83 ST ha-1-1.52 ST ha-1, after being managed it increased significantly, especially in the sweet corn-longbean-fallow and longbean cropping system. - fallow sweet corn to 2.612 ST ha-1 – 3.87 ST ha-1
PENYULUHAN TENTANG EFISIENSI BUDIDAYA SAYURAN-SAYUR SEMUSIM MELALUI PENINGKATAN APLIKASI PUPUK ORGANIK DI DUSUN BONGOR TAMAN AYU GERUNG LOMBOK BARAT Jurnal Pepadu; I Ketut Ngawit; Nihla Farida; Wayan Wangiyana
Jurnal Pepadu Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Pepadu
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v4i2.2283

Abstract

Sayur-sayuran yang banyak ditanam di wilayah kegiatan adalah bawang merah, sawi, buncis dan kacang panajang. Budidayanya masih dengan pola konvensional yang sangat tergantung pada pupuk NPK, tidak efisien, biya produksi mahal sehingga keuntungan yang diperoleh sedikit. Oleh sebab itu maka, dilaksanakan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani mengusahakan tanaman sayur-sayuran secara efisien melalui petingkatan aplikasi pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk NPK. Penyuluhan dilaksanakan dengan metode tindak partisipatif selama 6 bulan, melalui beberapa tahap yaitu, identifikasi masalah, penentuan sasaran, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi kemajuan program. Seluruh kegiatan penyuluhan dan pendampingan berlangsung dengan tertib, aman dan lancar. Wawasan dan animo petani sasaran meningkat, terbukti dari tingginya antusiasme mereka untuk membuat pupuk organik dan mengusahakan bawang merah dan sayur-sayuran dengan sistem pola tanam tumpang gilir dalam skala yang lebih luas. Petani sasaran, yang mengusahakan cabe rawit setelah penanaman bawang merah dua kali tanam, dengan aplikasi pupuk organik 15 ton ha-1 memperoleh pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan pengusahaan tanaman kacang panjang, sawi, bayam dan jagung manis. Kesuburan kimia dan biologi tanah tetap stabil, pada petak-petak tanaman yang diberi pupuk organik matang 15 ton ha-1 sehingga hasil bawang merah, cabe rawit, sawi, kacang panjang, dan bayam tidak berbeda dengan hasil yang diperoleh pada petak-petak tanaman yang diberi pupuk NPK urea 300 kg ha-1, TSP 150 kg ha-1, dan ZK 150 kg ha-1.