Erwin Kristanto
Universitas Sam Ratulangi

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : e-CliniC

EFEKTIVITAS DETEKSI SPERMATOZOA MENGGUNAKAN PEWARNAAN MALACHITE GREEN Richardo, Arios; Tomuka, Djemmi; Kristanto, Erwin
e-CliniC Vol 2, No 2 (2014): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v2i2.5030

Abstract

Abstract: Sexual assult is a crime that is still becoming a global problem. Most sexual assault involves intercourse which is characterized by penetration of male genital organ (penis) into female genital organ (vagina). Finding spermatozoa in vaginal smear is one of the simplest techniques in Forensic examination to obtain authentic evidence about the occurrence of penetration and semen ejaculation on the victim. Malachite green 1% and eiosin yellowish 1% are staining reagents that can be combined to detect the presence of spermatozoa. Malachite green provides a distinctive green color on the tail of sperm cells and eiosin yellowish gives red color on the head and neck of sperm cells. Stain and counter-stain techniques of these two reagent help to determine the presence of sperm under microscope. This study aims to determine the effectiveness of malachite green staining to find the presence of spermatozoa on alleged rape victim. This study designed in a descriptive study. The study results showed 45 samples that have been divided into five stages examination in six days, have outcomes that malachite green gives a good outward appearance at the whole sample (100%) although the count number of intact spermatozoa is gradually decreased approach the sixth day. Keywords: Malachite green, Eiosin Yellowish, Spermatozoa, Effectivenes Abstrak: Kekerasan seksual merupakan suatu tindak kriminal yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan global. Kekerasan seksual paling sering melibatkan aksi persetubuhan yang ditandai dengan adanya penetrasi organ genital pria (penis) kedalam organ genital wanita (vagina). Temuan spermatozoa pada apusan vagina merupakan salah satu teknik pemeriksaan Forensik sederhana dalam memperoleh bukti otentik terjadinya penetrasi dan ejakulasi semen pada korban. Malachite green 1% dan eiosin yellowish 1% adalah dua reagen pewarnaan yang dapat dikombinasikan untuk mendeteksi adanya spermatozoa. Pulasan malachite green memberi warna hijau yang khas pada bagian ekor sel sperma dan eiosin yellowish memberi warna merah pada bagian kepala dan leher sel sperma. Teknik stain dan counter-stain reagen tersebut mempermudah penentuan adanya spermatozoa dibawah mikroskop. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas dari pewarna malachite green dalam menemukan spermatozoa pada korban yang diduga mengalami perkosaan. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, dari 45 sampel yang telah dibagi menjadi lima tahap pemeriksaan selama enam hari, malachite green memberikan pulasan warna yang baik pada keseluruhan sampel (100%) meskipun jumlah hitung spermatozoa utuh berangsur-angsur berkurang mendekati hari ke-enam. Kata Kunci: Malachite green, eiosin Yellowish, spermatozoa, efektivitas.
PROFIL KASUS BUNUH DIRI DI KOTA MANADO PERIODE JANUARI-NOVEMBER 2015 Mantiri, Arthur D. B.; Kristanto, Erwin; Siwu, J.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10964

Abstract

Abstract: Suicide has been seen as one final solution. For some people, suicide has become the one and only way towards a solution of the pressing problems of life. Life ending is an alternation to be free of life troubles. Nowadays, suicide has become a global problem. Each year there are more than 800,000 people who committed suicide and many others who tried to commit suicide. The results showed that the incidence of suicide in Manado was lower thhan the the other regions in Indonesia such as Bali and Mount Kidul. However, comparing to its surrounding areas Manado has a higher incidence. From all suicide cases in Manado, 100% chose hanging oneself as the most preferred method. Most cases were males aged 11-20 years and 31-40 years.Keywords: commit suicide, hanging Abstrak: Bunuh diri telah dipandang sebagai salah satu penyelesaian masalah. Bagi sebagian orang, bunuh diri telah menjadi satu - satunya jalan menuju solusi dari masalah hidup yang menekan. Mengakhiri hidup menjadi alternatif untuk bebas dari masalah hidup. Bunuh diri telah menjadi suatu masalah global. Tiap tahun lebih dari 800.000 orang yang melakukan tindakan bunuh diri dan masih banyak lagi yang mencoba untuk bunuh diri. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa angka kejadian bunuh diri di Manado lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia seperti Bali dan Gunung Kidul. Namun dibandingkan dengan daerah sekitarnya, Manado memiliki angka kejadian yang lebih tinggi. Dari semua kasus bunuh diri di Manado, 100% melakukan gantung diri. Pelaku bunuh diri terbanyak ialah laki-laki berusia 11-20 tahun dan 31-40 tahun. Kata kunci: bunuh diri, gantung diri
Gambaran Sebab Kematian pada Kasus Ekshumasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo Tahun 2016-2018 Lumuhu, Adi W. S.; Kristanto, Erwin; Mallo, Nola T. S.
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v7i2.26782

Abstract

Abstract: Exhumation is removing buried corpse to reidentify the corpse due to suspicion of the cause of death by the authorities. This study was aimed to obtain the causes of deaths of exhumated cases in North Sulawesi and Gorontalo during years 2016 to 2018. This study was conducted at the Forensic Medicine and Medicolegal Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado. This was a descriptive and retrospective study using data of Visum et Repertum. There were 10 exhumated cases during those years. Most cases were male (5 cases ~ 50%). The dominating sex was male (6 cases ~ 60%). The highest number of age was 14 years (3 cases ~ 30%). Of 10 exhumated cases, the causes of deaths could be determined in 8 cases. The most fequent causes of deaths was blunt trauma on the head that caused brain tissue injuries (4 cases ~ 40%). In two baby corpses, the causes of deaths could not be determined since both lungs were decomposed and the other baby was a stillbirth. In conclusion, most death causes of exhumated cases in North Sulawesi and Gorontalo registered during years 2016 to 2018 at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado could be determinedand and the main cause of death was blunt trauma on the head that caused brain tissue injuryKeywords: exhumation, cause of death Abstrak: Ekshumasi adalah penggalian jenazah untuk mengidentifikasi kembali jenazah karena timbulnya kecurigaan terhadap kematian seseorang oleh pihak berwenang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sebab kematian pada kasus ekshumasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo tahun 2016-2018. Penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan hasil Visum et Repertum. Hasil penelitian mendapatkan 10 kasus ekshumasi selama tahun 2016-2018. Kasus terbanyak yaitu pada tahun 2016 yaitu 5 kasus (50%). Jenis kelamin jenazah didominasi oleh laki-laki sebanyak 6 kasus (60%). Usia terbanyak ialah 14 tahun berjumlah 3 kasus (30%). Dari 10 kasus ekshumasi, 8 kasus dapat ditentukan sebab kematian dengan sebab kematian terbanyak ialah kekerasan tumpul pada bagian kepala yang menyebabkan kerusakan jaringan otak pada 4 kasus (40%). Pada dua kasus bayi, sebab kematian tidak dapat ditentukan karena kedua paru sudah sangat membusuk sedangkan bayi lainnya lahir tidak bernapas. Simpulan penelitian ini ialah secara keseluruhan sebab kematian pada kasus ekshumasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo yang masuk di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tahun 2016-2018 dapat diungkapkan dengan kekerasan tumpul pada bagian kepala yang menyebabkan kerusak-an jaringan otak sebagai sebab kematian utama.Kata kunci: ekshumasi, sebab kematian
Gambaran Sebab Kematian pada Kasus Kematian Tidak Wajar yang Diautopsi di RS Bhayangkara Tingkat III Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017-2018 Ango, Charissa P.; Tomuka, Djemi; Kristanto, Erwin
e-CliniC Vol 8, No 1 (2020): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v8i1.26928

Abstract

Abstract: Unnatural deaths are not caused by diseases but by others such as accidents, killings, and suicide. The death of someone which is suspected unnaturally, needs to be found out with certainty about the cause of death through an autopsy by a forensic doctor. This study was aimed to obtain the causes of unnatural death cases autopsied at RS Bhayangkara tingkat III Manado and Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2017-2018. This was a retrospective and descriptive study using Visum et Repertum data. The results showed 77 cases of unnatural deaths. As many as 45 cases were autopsied in 2017 and 32 cases in 2018. Most victims were male (68 cases), aged 17-25 years (late adolescence; 18 cases). The most common cause of death was sharp violence (45 cases). In conclusion, most autopsy cases of unnatural deaths were performed on males, aged 17-25 years (late adolescence), and sharp violence as the cause of death.Keywords: unnatural death, cause of death, autopsy Abstrak: Kematian tidak wajar adalah kematian yang tidak disebabkan oleh penyakit, seperti kecelakaan, pembunuhan dan bunuh diri. Kematian seseorang yang diduga tidak wajar, perlu dicari tahu secara pasti penyebab kematiannya melalui autopsi oleh dokter forensik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sebab kematian pada kasus kematian tidak wajar yang diautopsi di RS Bhayangkara Manado dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2017-2018. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunakan data hasil Visum et Repertum. Hasil penelitian mendapatkan 77 kasus kematian tidak wajar yang diautopsi, yaitu pada tahun 2017 sebanyak 45 kasus dan pada tahun 2018 sebanyak 32 kasus. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (68 kasus vs 9 kasus). Usia terbanyak ialah 17-25 tahun (masa remaja akhir) sebanyak 18 kasus. Penyebab kematian terbanyak ialah kekerasan tajam sebanyak 45 kasus. Simpulan penelitian ini ialah sebagian besar kasus kematian tidak wajar yang diautopsi dilakukan pada usia 17-25 tahun (masa remaja akhir), jenis kelamin laki-laki, dengan sebab kematian kekerasan tajam.Kata kunci: kematian tidak wajar, sebab kematian, autopsi
Pola Luka pada Korban Meninggal akibat Kekerasan Tumpul yang Diautopsi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Desember 2014 Enma, Zari; Kristanto, Erwin; Siwu, James F.
e-CliniC Vol 6, No 1 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.6.1.2018.19582

Abstract

Abstract: This study was aimed to determine the injury patterns of victims died due to blunt violence and were autopsied at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January – December 2014. This was a descriptive and retrospective study using medical record data of Forensic and Medicolegal Department, Medical Faculty of Sam Ratulangi University/Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado during the period from January 2014 to December 2014. The results showed that during that period there were 13 deaths due to blunt violence that met the criteria. There were twelve male and and one female victims. Further studies with longer periods of time involving other hospitals around Manado are needed.Keywords: patterns of wound, blunt trauma, dead victim Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola luka pada korban meninggal akibat kekerasan tumpul yang diautopsi di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2014. Jenis penelitian ialah deskriptif dan retrospektif dengan menggunakan data rekam medik Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal FK Unsrat- RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado selama periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode tersebut terdapat 13 korban yang meninggal akibat kekerasan tumpul yang memenuhi kriteria. Terdapat 12 korban berjenis kelamin laki-laki dan satu korban berjenis kelamin perempuan. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan periode pendlitian yang lebih panjang dengan melibatkan rumah sakit lainnya di sekitar Manado.Kata kunci: pola luka, trauma tumpul, korban mati
Hubungan usia waktu menikah dengan kejadian kekerasan pada anak di Kota Manado Bulan Oktober 2014 – Oktober 2016 Sumayku, Gian P.S.; Tomuka, Djemi; Kristanto, Erwin
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14681

Abstract

Abstract: Child abuse is all forms of painful treatment physical or emotional, sexual abuse, trafficking, neglect, commercial exploitation including sexual exploitation of children resulting in injury/loss of actual or potential harm to the child's health, child survival, child development or dignity children, conducted in the context of a relationship of responsibility, trust, or power. Early marriage can be defined as an inner and outer bond between a man and a woman as husband and wife at a young age/adolescent. This study was aimed to determine the relationship between marriage age and child abuse in Manado. This was a retrospective study with a cross-sectional design using secondary data from several sources in Manado from October 2014 to October 2016. The results showed that many cases of child abuse occured with parents at susceptible age of 21-25 years in 8 cases (47.1%), followed by age 31-35 years in 4 cases (23.5%), susceptible age of 26-30 years and >35 years, each in 2 cases (11.8%), and the least at the marriage age of 15-20 years in 1 case (5.88%). Conclusion: Parents/step parents that married at the age of 21-25 years had the higher percentage of child abuse compared to those that maried at the ages of 15-20 years and over 25 years.Keywords: marriage age, child abuse Abstrak: Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk/tindakan perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran, eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual komersial anak yang mengakibatkan cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. Perkawinan usia muda dapat didefenisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri pada usia yang masih muda/remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia waktu menikah dengan kekerasan pada anak di Kota Manado. Jenis penelitian ialah retrospektif dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari RS Bhayangkara, Polresta Manado, dan BKKBN Manado. Hasil penelitian ini menunjukan kasus kekerasan pada anak banyak terjadi pada usia 21-25 tahun yang berjumlah 8 kasus (47,1%), diikuti usia 31-35 tahun yang berjumlah 4 kasus (23,5%), usia 26-30 tahun dan >35 tahun masing-masing berjumlah 2 kasus (11,8%), dan yang paling sedikit pada usia waktu menikah 15-20 tahun berjumlah 1 kasus se (5,88%). Simpulan: Orang tua kandung/tiri dengan usia waktu menikah 21-25 tahun yang paling banyak melakukan kekerasan pada anak dibandingkan usia waktu menikah dini 15-20 tahun atau usia di atas 25 tahun. Kata kunci: usia menikah, kekerasan pada anak