Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

The Strength and Consistency of Self Compacting Concrete by Rice Husk Ash as Additive Ahmad, Khalid Soliman; Kristiawan, Stefanus Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Self-compacting concrete (SCC) is a flowing concrete mixture that is able to consolidate under its own weight. Many countries have the problem of shortage of conventional cementing materials. Recently there is considerable efforts worldwide by utilizing indigenous and waste materials in concrete. One of such materials is the rice husk which under controlled burning. Rice Husk Ash (RHA), produced after the burning of Rice husks (RH) has high reactivity and pozzolanic property. The use of RHA in this experiment is expected to determine the effect of RHA on Self Compacting Concrete. The use of Rice Husk Ash of Self Compacting Concrete as a matrix cannot increase the compressive strength of the SCC. Highest value obtained at RHA 0% of 27.18 MPa and RHA 20% of 22.08 MPa. Silica (SiO2) content in RHA of 82.59% (due to uncompleted burning) showed insufficient standard value required to produce optimal CSH bond on concrete, which is silica content of at least 85% to increase the strength of concrete. Temperature reaction increases due to the increasing of calcium oxide. This condition makes more calcium hydroxide released by cement when cement reacts with water. With the higher of calcium hydroxide so that the adhesion of cement will be reduced and makes the structure weaker and then cause a lower compressive strength. Keywords: SCC, fly ash, RHA, consistency, compressive strength
Influence Of Using Non-Standard Specimen On Compressive Strength Of Normal And High Strength Concrete Esbata, Abdulati Mohamed; Kristiawan, Stefanus Adi; As’ad, Sholihin
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Compressive strength of concrete is one of the most important test for construction properties for quality control of concrete and design new constructions, there are different molds that are used for casting concrete specimen during the concrete works according to various standards at different countries. On the other hand, it is known that different shapes and sizes of concrete specimen can cause differences in the results of compressive strength. In this study the influence of specimen sizes and shapes on compressive strength of normal and high strength concrete are investigated using experimental study. The experimental study was conducted for six different specimen types cube 150 mm, cube 100 mm, cube 75 mm, cylinder Ø150x300 mm, Ø100x200 mm, Ø75x150 mm. At six different concrete strength level was 20,30,40,50,60 and 70 MPa according to standard cube specimen and tested at 28 Days of age. For The experimental study, hardened density, non-destructive tests (Rebound hammer and UPV), compressive strength and splitting tensile strength for different concrete strength level were performed and some analyses were done to obtain conversion factors and some relations between these tests. The results of analyses indicate that for all testing, there is a bigger influence of variation of size and shape of the specimens, by changing the compressive strength level. The compressive strength increases as the specimen size decreases.. Also The compressive strength of cube 150 mm is generally higher than strength cylinder Ø150x300 mm and The conversion factors of compressive strength between is varied from 0.76 to 0.88 for the designed cube compressive strength of 20 to 70 MPa. The conversion factors of compressive strength between standard and non-standard specimen at different concrete strength at 28 days to equivalent 150 mm standard cube specimen had been determined and presented in table 4.7. The correlation between (split tensile test / Schmidt hammer test/ UPV test) of standard specimen 150 x 150 mm cube to compressive strength of non-standard specimen had been determined. Keywords: compressive strength level, influence of specimen sizes and shapes, conversion factors, splitting tensile strength, Schmidt hammer test, UPV.
KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH BETON MENGGUNAKAN BAHAN DENGAN PRINSIP 3R (REDUCE, REUSE, AND RECYCLE) Wijoyo, Joko Hadinoto; Sambowo, Kusno Adi; Kristiawan, Stefanus Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenggantian sebagian atau secara total semen dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan dalam proses pembuatan beton menjadi pilihan alternatif. Green Concrete adalah suatu konsep yang bertujuan untuk mengilhami para praktisi konstruksi agar dalam pembuatan beton yang diperhatikan adalah beton tersebut itu ramah lingkungan, sesuai dengan peruntukannya dan tidak menghabiskan sumber daya alam serta berwawasan pada masa depan sehingga tercipta suatu kondisi dimana akan terjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Setelah pengujian pada umur 28 hari, kekuatan beton akan meningkat relatif kecil terhadap kuat karakteristiknya. Tetapi limbah benda uji beton tersebut harus dipecahkan terlebih dulu agar memiliki ukuran dan bentuk yang menyerupai dengan agregat kasar. Percobaan penelitian ini yaitu mengganti ketiga unsur penyusunnya (semen, agregrat halus, dan agregat kasar) sebagian telah diganti dengan bahan/material lain (fly ash, abu sekam, abu batu dan limbah benda uji beton) secara bersamaan. Berdasarkan uraian diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beton dengan variasi tersebut masih memenuhi kuat tekan yang disyaratkan.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium berupa pembuatan benda uji silinder beton dan dilakukan pengujian pada umur 28 hari. Variasi perbandingan fly ash dan abu sekam sebagai pozolan 0% FA + 0% AS, 10% FA + 10% AS, dan 20% FA + 20% AS.Variasi kadar abu batu 0 %, 25%, dan 50%. Pemakaian 100% limbah benda uji beton sebagai agregat kasar. Jenis pengujian yang dilakukan yaitu uji kuat tekan dan tarik belah beton.Hasil penelitian ini dinilai dari kuat tekan beton, efisiensi ekonomis, dan efisiensi harga per MPa menunjukkan bahwa variasi optimum adalah KT6, yang mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 254,43 kg/cm² serta memiliki nilai efisiensi ekonomis 27,35% atau sebesar Rp. 149.744,- dari beton normal. Hasil perhitungan efisiensi harga per MPa variasi KT6 mempunyai nilai 18,91% atau Rp. 15.940,- per MPa.Kata kunci: Beton, Pozolan, Abu Batu, Limbah beton, Kuat Beton
THE STRENGTH AND CONSISTENCY OF SELF COMPACTING CONCRETE BY RICE HUSK ASH AS ADDITIVE Ahmad, Khalid Soliman; Kristiawan, Stefanus Adi; As’ad, Sholihin
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractSelf-compacting concrete (SCC) is a flowing concrete mixture that is able to consolidate under its own weight. Many countries have the problem of shortage of conventional cementing materials. Recently there is  considerable  efforts  worldwide  by  utilizing indigenous and waste materials in concrete. One of  such  materials  is  the  rice  husk  which  under controlled burning. Rice Husk Ash (RHA), produced after the burning of Rice husks (RH) has high reactivity and pozzolanic property. The use of RHA in this experiment is expected to determine the effect of RHA on Self Compacting Concrete. The use of Rice Husk Ash of Self Compacting Concrete as a matrix cannot increase the compressive strength of the SCC. Highest value obtained at RHA 0% of 27.18 MPa and RHA 20% of 22.08 MPa. Silica (SiO2) content in RHA of 82.59% (due to uncompleted burning) showed insufficient standard value required to produce optimal CSH bond on concrete,  which is silica content of at least 85% to increase the strength of concrete. Temperature reaction increases due to the increasing of calcium oxide. This condition makes more calcium hydroxide released by cement when cement reacts with water. With the higher of calcium hydroxide so that the adhesion of cement will be reduced and makes the structure weaker and then cause a lower compressive strength. Keywords: SCC, fly ash, RHA, consistency, compressive strength
SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI WILAYAH V JAYAPURA Wijayanti, Atu Rizka; Kristiawan, Stefanus Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakGedung Kantor Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah V Jayapura adalah salah satu bangunan gedung negara yang perlu diperhatikan pengelolaan dan pemeliharaannya. Dalam waktu tiga tahun sejak bangunan dipakai, pelaksanaan pemeliharaan pada gedung ini kurang mendapat perhatian dan pengawasan yang cukup sehingga apabila dibiarkan akan menyebabkan tingkat kerusakan komponen bangunan semakin parah. Selain itu, penundaan perbaikan terhadap komponen bangunan yang rusak juga dapat mengakibatkan biaya yang diperlukan untuk perbaikan semakin mahal. Untuk itu, diperlukan penelitian mengenai penilaian kondisi fisik gedung kantor dan urutan prioritas penanganan pemeliharaan komponen bangunan yang rusak.Penelitian ini menggunakan metode Composite Condition Index untuk mengetahui kondisi fisik kerusakan masing-masing elemen/komponen bangunan. Nilai indeks kondisi bangunan merupakan  penggabungan dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya. Perhitungan bobot menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari nilai kondisi fisik komponen digunakan untuk rekomendasi penanganan pemeliharaan serta perhitungan biaya. Skala prioritas penanganan pemeliharaan merupakan hasil dari analisis lanjutan penilaian kondisi fisik komponen dan perhitungan biaya  dengan memperhatikan umur layan komponen dan keamanan bangunan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kondisi fisik gedung kantor Balai Pelatihan Konstruksi Wilayah V Jayapura dalam skala 93,41 termasuk dalam kondisi baik, secara keseluruhan tidak terlihat adanya kerusakan tetapi terlihat beberapa kekurangan. Dari hasil analisa indeks kondisi diketahui bahwa terdapat 32 (tiga puluh dua) sub komponen  yang memerlukan pemeliharaan berupa perbaikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa prioritas penanganan pemeliharaan mendahulukan komponen struktur dalam hal ini adalah kolom dengan bobot kriteria yaitu keamanan 48,6%, indeks kondisi 37,5%, umur layan 9,3% dan biaya pemeliharaan 4,6%.Kata kunci:  AHP, Composite Condition Index, Pemeliharaan Gedung, Skala Prioritas.
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT LIMBAH BOTOL PLASTIK TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK DAN SUSUT REPAIR MORTAR Izzudin, Izzudin; Setyawan, Ary; Kristiawan, Stefanus Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakSerat limbah botol plastik adalah salah satu jenis serat plastik dari golongan polyethylene. Bahan baku serat banyak ditemui di lingkungan sekitar sebagai limbah bekas tempat minum, yang selanjutnya dilakukan pengolahan sedemikian rupa hingga menjadi serat. Adapun serat jenis polyethylene mempunyai sifat ringan, tahan lama, tahan panas, tidak reaktif dengan semen, tidak menyerap air, Modulus Elastisitas antara 5000-17200 MPa dan kuat tarik 200-3030 MPa.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan serat limbah botol plastik pada berbagai variasi kadar serat serta prosentase penambahan serat limbah botol plastik optimum dalam menghasilkan mortar sebagai bahan perbaikan yang paling memenuhi syarat kuat tekan, kuat tarik dan kuat lekat, serta susut.Penelitian ini dilakukan dengan metode percobaan di laboratorium secara langsung untuk mendapatkan data-data yang selanjutnya dilakukan analisis untuk memperoleh hasil yang diinginkan antara lain kuat desak, kuat tarik lentur, kuat lekat, susut bebas dan susut terkekang. Masing-masing jenis percobaan menggunakan 3 buah benda uji dengan variasi penambahan serat limbah botol plastik sebesar 0%, 0,4%, 0,8% dan 1,2% dari volume campuran mortar. Pengamatan susut terkekang menggunakan metode ring test kondisi unsealed.Hasil analisis menujukkan bahwa semakin besar prosentase penambahan serat limbah botol plastik akan menyebabkan kuat desak, kuat lekat dan susut repair mortar cenderung turun. Sedangkan kuat tarik lentur repair mortar akan mencapai maksimal pada penambahan serat limbah botol plastik sebesar 0,7422% yaitu sebesar 6,029 MPa, selanjutnya cenderung turun seiring penambahan kadar serat. Penambahan serat limbah botol plastik paling optimal untuk menghasilkan mortar perbaikan yang paling memenuhi syarat adalah 0.5531% dari volume campuran mortar. Dibandingkan repair mortar tanpa serat, maka penambahan kadar serat optimal akan menghasilkan kuat tekan 35 MPa atau menurun sebesar 10,39%, kuat tarik 5,878 MPa atau meningkat sebesar 63,276%, kuat lekat 5,568 MPa atau menurun sebesar 9,174%, susut bebas 676,281 microstrain atau menurun 42,587% dan susut terkekang sebesar 337,48 microstrain atau menurun 55,16% dengan  tegangan susut sebesar 3.063 MPa.  Kata kunci  : serat limbah botol plastik, mortar perbaikan, ring test kondisi unsealed , kuat tekan, kuat tarik, kuat lekat, susut. 
Sifat Mekanik dan Durabilitas Polypropylene Fiber Reinforced Geopolymer Concrete (PFRGC) Cahyadi, Dany; Sambowo, Kusno Adi; Kristiawan, Stefanus Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDalam rangka mengurangi emisi CO2 dan pemanasan global yang terjadi saat ini, telah dilakukan beberapa penelitian beton yang mengarah kepada pengembangan “beton hijau” yang salah satunya yaitu beton geopolimer. Seperti halnya beton normal, beton geopolimer memiliki kecenderungan retak terutama retak yang diakibatkan oleh susut beton. Untuk meminimalkan terjadinya retak susut pada beton geopolimer dapat ditambahkan fiber pada campuran beton geopolimer.Kelemahan lain dari beton gepolimer dengan bahan dasar fly ash adalah lambatnya waktu pengikatan dan kebutuhan perawatan dengan panas (heat curing). Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, Vijai. K, dkk (2012) melakukan penelitian dengan mengganti 10% dari fly ash dengan Ordinary Portland Cement (OPC) pada campuran beton geopolimer untuk meningkatkan kekuatan pada campuran Geopolymer Composite Concrete (GCC). Permasalahan lain yaitu saat ini semen yang dijual di pasaran adalah semen PCC (Portland Composite Cement) dan semen PPC (Portland Pozzolan Cement), sedangkan OPC hanya dijual dalam bentuk curah dan jumlah banyak dengan minimal pemesanan 100 zak. Berdasarkan uraian diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat mekanis dan durabilitas beton geopolimer dengan penambahan polypropylene fiber dan penggantian 10% dari fly ash dengan semen PCC.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium berupa pembuatan benda uji mortar dan beton. Variasi kadar binder 100%FA:0%PCC, 90%FA:10%PCC, dan 0%FA:100%PCC. Variasi kadar PP fiber 0%, 0,025%, 0,05% dan 0,075% dari berat mortar. Jenis pengujian yang dilakukan yaitu uji sifat mekanis (kuat tekan dan kuat lentur (MOR)), drying shrinkage, porositas, X-ray difraction (XRD) dan Scanning Electron Miscroscopy (SEM).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar PP fiber optimum untuk kuat tekan mortar yaitu pada kadar 0,025% dan kuat lentur (MOR) pada kadar 0,05%. Penggunaan PP fiber sebesar 0,025% sebesar 6,70% pada variasi kadar binder 100% FA : 0% PCC, sedangkan untuk MOR mengalami peningkatan sebesar 6,60% pada variasi kadar binder 0% FA : 100% PCC (beton normal). Sedangkan untuk kuat lentur (MOR) dengan PP fiber 0,05% sebesar 10,91% dicapai oleh proporsi kadar binder 100% FA : 0% PCC. Pengaruh penggantian 10% FA dengan PCC, kuat tekan dan kuat lentur (MOR) beton geopolimer dengan campuran 90% FA : 10% PCC memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran geopolimer normal. Penggunaan PP fiber sebesar 0,025% dapat mengurangi susut sebesar 27,7% (100% FA : 0% PCC).Kata kunci: Beton, Geopolimer, Polypropilene Fiber, Durabilitas beton
NFLUENCE OF USING NON-STANDARD SPECIMEN ON COMPRESSIVE STRENGTH OF NORMAL AND HIGH STRENGTH CONCRETE Esbata, Abdulati Mohamed; Kristiawan, Stefanus Adi; As’ad, Sholihin
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Compressive strength of concrete is one of the most important  test  for  construction properties for quality control of concrete and design new constructions, there are different molds that are used for casting concrete specimen during the concrete works according to various standards at different countries. On the other hand, it is known that different shapes and sizes of concrete specimen can cause differences in the results of compressive strength. In this study the influence of specimen sizes and shapes on compressive strength of normal and high strength concrete are investigated using experimental study. The experimental study was conducted for six different specimen types cube 150 mm, cube 100 mm, cube 75 mm, cylinder Ø150x300 mm, Ø100x200 mm, Ø75x150 mm. At six different concrete strength level was 20,30,40,50,60 and 70 MPa according to standard cube specimen and tested at 28 Days of age. For The experimental study, hardened density, non-destructive tests (Rebound hammer and UPV), compressive strength and splitting tensile strength for different concrete strength level were performed and some analyses were done to obtain conversion factors and some relations between these tests. The results of analyses indicate that for all testing, there is a bigger influence of variation of size and shape of the specimens, by changing the compressive strength level. The compressive strength increases as the specimen size decreases.. Also The compressive strength of  cube 150 mm is generally higher than strength cylinder Ø150x300 mm and The conversion factors of compressive strength between is varied from 0.76 to 0.88 for the designed cube compressive strength of  20 to 70 MPa. The conversion factors of compressive strength between standard and non-standard specimen at different concrete strength at 28 days to equivalent 150 mm standard cube specimen had been determined and presented in table 4.7.  The correlation between (split tensile test / Schmidt hammer test/ UPV test) of standard specimen 150 x 150 mm cube to compressive strength of non-standard specimen had been determined. Keywords: compressive strength level, influence of specimen sizes and shapes, conversion factors, splitting tensile strength, Schmidt hammer test, UPV.
EXPERIMENTAL INVESTIGATION ON THE ABSORPTION CHARACTERISTIC OF CONCRETE PATCH REPAIR MATERIALS Ashlembo, Nassr Omer Shahat; Kristiawan, Stefanus Adi; Rahmadi, Agus Parwito
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTStudying absorption of concrete patch repair material is very important for determining its durability and compatibility with concrete being repaired. The objectives of this research were: to determine the absorption of various repair materials and to assess the compatibility of these repair materials with concrete based on the absorption measurement. Absorption rate was determined based on ASTM C 1585-04. The result showed that unsaturated polyester resin-mortar (UPR-M) had the lowest rate of absorption measurement indicating that it is sufficient protection. The highest measurement values for rate of absorption was found for concrete with normal mortar repair material (NM) indicating that it did not provide sufficient protection. Keywords: absorption rate, concrete, patch repair materials
PERKUATAN STRUKTUR ATASJEMBATAN KOMPOSITDENGAN METODE PRATEGANG EKSTERNAL Wakid, Muktar; Kristiawan, Stefanus Adi; Rahmadi, Agus Parwito
Jurnal Teknik Sipil Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Jurnal Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakJembataan Gandong yang dibangun jaman Belanda tahun 1895 dan direhabilitasi bangunan atasnya pada tahun 1975, yang berlokasi di Kabupaten Magetan, jembatan tersebut saat ini mengalami defleksi 5 cm. Asesmen terhadap jembatan ini memberikan rekomendasi untuk dilakukan perkuatan dengan sistem Prategang Eksternal.Jembatan Gandong berada di pusat kota magetan, mempunyai 3 bentang dengan panjang setiap bentang 12 m, lebar 12 m dengan spesifikasi beban jalan raya BM 100. Analisis  struktur jembatan menggunakan formula "Rating Equation" (Dong-Ho Choi, Yong-Sik Kim and Hoon Yoo, 2003)Hasil perkuatan ini memberikan hasil gaya prategang (T) =  23.000 kN, spesivikasi tendon menggunakan VSL Ø 13 mm, defleksi desain = 6,31 cm telah memenuhi syarat ijin. Kata kunci:  Perkuatan , Prategang Eksternal, Increment (?T), Lendutan, Tegangan.