Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Islamic Education at Mughal Kingdom in India (1526-1857) Suyanta, Sri; Ikhlas, Silfia
AT-TALIM Vol 23, No 2 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.469 KB) | DOI: 10.15548/jt.v23i2.228

Abstract

One of the legacies of Islamic civilization in India was the Mughal dynasty that had encouraged the new revival of the old and almost drowned civilization. With the presence of this dynasty, the glory of India with Hindus civilization reappeared. Recorded in the history of Islam, the dynasty was established in the middle period. After the mid-over, there appeared three great kingdoms to rebuild the progress of Muslims. Among the major kingdoms were royal Mughal. The third crown can already be categorized as a superpower in those days, because the greatness of the kingdom had been able to organize the economic, political as well as military.. Islamic education at this time gained considerable attention. For this purpose, the royal Mughal made the mosque as a place of worship other than as a place of religious learning for the community. The mosque indeed had been provided with scholars who gave various lessons of religious knowledge. In fact, the mosques had also been completed with special rooms for students who wanted to stay for their education. Therefore, almost every mosque developed certain religious sciences with special teachers.
REVITALIZATION OF ACEH CUSTOMS IN FORMAL EDUCATIONAL INSTITUTIONS Suyanta, Sri; M. Nur, Chairan
Ar Raniry : International Journal of Islamic Studies Vol 3, No 1 (2016): Ar Raniry : International Journal of Islamic Studies
Publisher : UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.253 KB) | DOI: 10.20859/jar.v3i1.74

Abstract

The study aims to strengthen the role of school in transforming Aceh customs. Schools as an official formal education institution, dealing with two issues namely their feelings cannot be ignored between customs and culture is a case that should be maintained continuously, and schools have to collide with system reining the power of cruising and creativity of education institutions in developing the value of custom. In addition, schools have a desire to interpret Aceh customary by themselves. Those things are done in two issues; First, the lack of teacher understanding customs well and perfectly. Secondly, low supported funding supporting every work in revitalization of custom. The study found that revitalization and strategy in developing in formal schools are undergone by two ways; theory and practice. Theoretically, schools  include custom materials through several lessons. Then practically, schools encourage students’ creativity in many ways, both in school activities internally and externally.
INTERNALISASI ETIKA BERBICARA SANTRI KEPADA GURU (Penelitian pada Dayah Terpilih di Bireuen Aceh Utara) Suyanta, Sri
Pedagogik : Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.106 KB) | DOI: 10.37598/pjpp.v7i1.404

Abstract

Fokus kajian ini adalah etika berkomukasi komunitas dayah, yaitu santri kepada gurunya. Secara umum, pola komunikasi di dayah terikat dengan aturan etika dan nilai-nilai yang hidup pada masing-masing dayah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan populasi seluruh dayah di Bireun Aceh Utara dan sampel yang terpilih adalah dayah terpadu Ummul Aiman dan dayah tradisional Darul Istiqamah. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan cara editing, reduksi, dan penyajian data. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa dalam praktiknya, saat hendak mengikuti pendidikan baik di Dayah Ummul Aiman maupun Dayah Darul Istiqamah, santri diserahkan oleh orangtuanya kepada guru  untuk dididik. Di saat menjadi bagian dari dayah, maka santri dibina  sehingga memiliki akhlak mulia, patuh, tunduk kepada guru dan tidak boleh membantah, apalagi kepada teungku atau pimpinan dayah. Dalam berinteraksi, santri dibiasakan berbicara atau menyampaikan maksudnya dengan sopan dan suara lemah lembut. Saat teungku menerangkan pelajaran atau berbicara, maka santri mendengarkan, dan pantang membantah atau menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan gurunya. Di sinilah etika berbicara santri kepada gurunya terjalin dengan penuh kesantunan dan rasa hormat, dan takdhim kepada gurunya. Di dayah, sikap takdhim dan kepatuhan murid kepada gurunya adalah mutlak dan tidak boleh putus, artinya berlangsung seumur hidup. Sikap ketakdhiman ini ditunjukkan dalam seluruh aspek kehidupannya, baik dalam kehidupaan keagamaan, kemasyarakatan, maupun urusan personal lainnya.
Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Filariasis di Kecamatan Kuta Baro Faudhiatul Halim; Sri Suyanta; Al Yasa’ Abubakar
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v3i1.627

Abstract

Latar Belakang: Partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan filariasis di Kecamatan Kuta Baro secara mandiri sejauh ini sudah banyak dilakukan. Namun partisipasi masyarakat yang diharapkan masih belum menggembirakan sehingga masih tingginya angka filariasis. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan filariasis. Metode: Penelitian bersifat analitik dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kecamatan Kuta Baro sebanyak 1.289 orang. Sampel diambil secara proportional random sampling yang berjumlah 90 orang. Analisis data menggunakan uji chi-square untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik berganda untuk analisis multivariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 53,3% responden memiliki pengetahuan baik tentang filariasis, 56,6% responden memiliki sikap positif terhadap pencegahan filariasis, dan 65,5% responden menilai peran petugas sudah aktif. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara pengetahuan (p-value 0,004), sikap (p-value 0,032), dan peran petugas kesehatan (p-value 0,001) dengan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan filariasis. Hasil analisis multivariat diperoleh hasil bahwa peran petugas merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan filariasis (p-value 0,001 dan OR = 11,13). Kesimpulan: Kepada masyarakat diharapkan untuk dapat berpartisipasi baik dalam pencegahan fiariasis dengan cara ikut di setiap kegiatan yang dilakukan seperti gotong royong, penyuluhan, dan pemberian obat pencegahan filariasis.
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Korban Tsunami Pasca 10 Tahun Bencana di Kecamatan Kutaraja Elfi Zahara; Sri Suyanta; Al Yasa’ Abubakar
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v3i1.616

Abstract

Latar Belakang: Menurut para sarjana bencana yang besar seperti Tsunami tahun 2004 berpengaruh negatif terhadap keadaan fisik, psikologis, termasuk masalah kesehatan gigi dan mulut. Masalah ini perlu diteliti karena pasca bencana Tsunami fasilitas pelayanan dan tenaga kesehatan gigi mulut relatif tidak memadai serta jumlah air relatif minim, sehingga berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Metode: Penelitian ini bersifat analisis deskriptif menggunakan analisis kualitatif tetapi pada variabel dependen menggunakan analisis kuantitatif yaitu pengukuran kesehatan gigi dan mulut. Sumber data dari penelitian ini anak korban Tsunami saat itu berusia 4-5 tahun yang dipilih acak dan sekarang mereka berusia 16-17 tahun tinggal di Desa Peulanggahan, Keudah dan Lampaseh. Hasil: Penelitian menyatakan keadaan fisik gigi dan mulut partisipan menurut perhitungan DMF-T diperoleh hasil 2,8 berada direntang 2,7-4,4 (kategori moderat). Kesimpulan: Penelitian ini menemukan bahwa keadaan lingkungan khususnya air relatif berkualitas baik karena menggunakan air PDAM yang sudah disuling, sedangkan dalam penelitian sebelumnya air yang digunakan merupakan air sumur. Penelitian ini dapat menyimpulkan faktor lingkungan pasca bencana Tsunami sangat berpengaruh atas keadaan kesehatan korban dibanding dengan bencana alamnya sendiri. Perlu upaya pemerintah meningkatkan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada anak korban bencana Tsunami di Kecamatan Kutaraja.
Peran Modal Sosial dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Kemukiman Lam Teungoh Neni Erfina; Al Yasa’ Abubakar; Sri Suyanta
Jukema (Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh) Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (JUKEMA)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jukema.v3i1.629

Abstract

Latar Belakang: Modal sosial merupakan sumber daya sosial sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru dalam masyarakat. Dalam konteks pencegahan dan pengendalian penyebab utama penyakit demam berdarah (DBD) dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara terpadu berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran modal sosial dalam kegiatan PSN DBD di Kemukiman Lam Tengoh, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan terlibat. Informan dalam penelitian berjumlah sepuluh orang yang dibagi ke dalam dua kelompok yakni kelompok yang diduga melaksanakan peran  dan kelompok yang diduga tidak melaksanakan peran modal sosial. Analisis dilakukan dengan mencocokkan jawaban informan dalam suasana lokal ke dalam definisi pada  teori. Hasil: Peran modal sosial dalam kegiatan PSN DBD relatif rendah. Pengetahuan yang dimiliki tidak seluruhnya dilaksanakan seperti jarang adanya gotong royong, tidak adanya norma dan kurangnya inisiatif untuk PSN DBD. Kesimpulan: Peran unsur partisipasi relatif rendah,  peran unsur saling memberi relatif baik namun hanya terbatas dalam kegiatan gotong royong, peran unsur rasa percaya dalam kegiatan relatif baik, peran unsur norma tidak ditemui dalam masyarakat, peran unsur nilai-nilai masih ada pada masyarakat seperti memakai kelambu (bagi Balita tidur siang) namun masyarakat tidak menjaga lingkungan agar bebas dari sarang nyamuk dan peran unsur tindakan proaktif juga masih relatif rendah dalam masyarakat sehingga perlu adanya sosialisasi modal sosial dan PSN DBD oleh pihak terkait
MENCARI FORMAT MASYARAKAT IDEAL Sri Suyanta
Islam Futura Vol 7, No 2 (2008): Jurnal Ilmiah Islam Futura
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jiif.v7i2.3065

Abstract

Masyarakat ideal merupakan normativitas Qur'aniyah yang secara manifes menjadi kesadaran dan acuan penting kehidupan umat (masyarakat) Islam di manapun berada. Kondisi masyarakat yang santun, bermartabat dan berperadaban yang tinggi bukan sekedar menjadi sebuah cita-cita tanpa makna, akan tetapi dicoba diraihnya segenap kekuatan jiwa, baik personal mapun komunal. Meskipun dalam tataran praksisnya mengalami dialektika yang sangat kompetitif dan dinamis. Secara tegas dinyatakan bahwa dalam Islam masyarakat ideal merupakan cita-cita dan wacana yang tidak pernah final upaya pencapaiannya. Hal ini, justru menjadi hikmah tersendiri di balik keagungan dan kebijakan Allah. Karena menyangkut tentang upaya, berarti melibatkan peran manusia, di samping ketentuan Allah. Perubahan dan sejarah yang pelakunya Allah terjadi secara pasti melalui hukum-hukum masyarakat yang telah ditetapkan-Nya. Hukum-hukum ini dikenal dengan sunnatullah yang maha bijaksana. Sedangkan peran manusia sebagai pelaku perubahan dan pembuat sejarah mewujud dalam realitas masa lalu, kini dan masa depan
MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MASYARAKAT Sri Suyanta
Islam Futura Vol 13, No 1 (2013): Jurnal Ilmiah Islam Futura
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jiif.v13i1.568

Abstract

Character education is a necessity across the area, time and age. Character education is absolutely necessary not only in school, but also at home and in other social environments. It was prioritized since the past, present and future. Even today the students in character education is no longer for an early childhood but also adult and even the elderly age. Therefore character education should be designed and implemented systematically and simultaneously to help the students understand the human behavioral values which are associated with someoneself, fellow human beings, the environment and his or her Lord. Character education can be reached through three stages, namely socialization of the introduction, internalization, application in life.
KISAH IBRAHIM MENCARI TUHAN DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN Sri Suyanta
Islam Futura Vol 6, No 2 (2007): Jurnal Ilmiah Islam Futura
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jiif.v6i2.3051

Abstract

Dari segi pendidikan, pada kisah Ibrahim mencari Tuhan kita dapat menghubungkannya dengan tiga ranah yang lazim dikembangkan, yaitu aspek jasmani (ranah psikomotorik), aspek akal (ranah cognitif) dan aspek hati (ranah affektif). Dari pengembangan yang seimbang ketiga aspek inilah diharapkan terbentuk manusia sempurna (insan kamil) dan paripurna (syamil). Di antara nilai yang mampu ditangkap dari tema utama, Ibrahim mencari Tuhan dapat diklasifikasi kepada dua, yaitu secara vertikal dan secara horisontal, Secara vertikal kita mendapatkan adanya gerak transendensi manusia kepada Tuhan penciptanya. Hal ini tergambar jelas dalam perjalanan spiritual Ibrahim dalam mencari dan menemukan Allah sebaga Yang Maha Benar. Sedangkan secara horinsontal kita mendapati hikmah dalam sosialisasi kebenaran kepada sesama manusia. Hal ini juga jelas terlihat bagaimana etika dan strategi Nabi Ibrahim dalam menjalankan dakwahnya
TRANSFORMASI INTELEKTUAL ISLAM KE BARAT Sri Suyanta
Islam Futura Vol 10, No 2 (2011): Jurnal Ilmiah Islam Futura
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jiif.v10i2.50

Abstract

Kemajuan yang diperoleh dunia Barat pada saat ini tidak terlepas dari mata rantai kemajuan dan peradaban umat manusia sebelumnya. Sebelum Barat mencapai kemajuan, dunia Islam pernah mengalami hegemoni peradaban yang tinggi. Oleh karena itu sejatinya terdapat kontribusi Islam terhadap Barat. Ketika Barat masih dikuasai oleh doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan para ilmuwan dianggap kafir, zindik, serta keluar dari agama Masehi sehingga mereka disiksa dan dihukum, maka Barat mengalami masa kegelapan (the dark ages). Sementara itu, dunia Islam sibuk melakukan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga melahirkan peradaban yang bernilai tinggi. Ada beberapa jalur transmisi intelektual Islam ke Barat, yaitu melalui peradaban Islam di Spanyol, Pulau Sisilia Perang Salib, jalur niaga, pendidikan dan penerjemahan.