Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Penggunaan Bahasa Ruang Publik pada Masa Pandemi bagi Industri Kuliner Desa Canggu Ni Nyoman Widani; Wiya Suktiningsih
Basastra Vol 10, No 2 (2021): Basastra: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v10i2.27542

Abstract

Bali sebagai destinasi wisata yang terkenal diseluruh dunia, mengalami keterpu­rukan akibat pandemi Covid-19 pada pertengahan tahun 2020. Hal ini juga berdampak pada industri kuliner yang berhubungan dekat dengan sektor pariwisata. Pengelola industri kuliner di masa tatanan new normal berusaha bertahan dengan menerapkan protokol kesehatan sesusai anjuran pemerintah. Bentuk edukasi ataupun himbauan protokol kesehatan diberikan oleh pengelola melalui media poster dan menerapkan 3M. Terkait dengan pengunaan bahasa ruang publik, indikator yang perlu diperhatikan selain penggunaan bahasa, adalah bentuk visual berupa symbol/icon yang ditampilkan bersama melalui media poster sebagai bentuk komunikasi kepada publik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa bagaimana bentuk penggunaan bahasa ruang publik yang disajikan dan bagaimanakah respon pengunjung/masyarakat terhadap poster yang digunakan oleh pengelola industri kuliner saat ini. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, survei dan wawancara. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 27 orang yang merupakan masyarakat/pengunjung industri kuliner yang berada di wilayah objek wisata desa Canggu. Dari hasil penelitian ini dapat menghasilkan bentuk penggunaan bahasa ruang publik yang harus diperhatikan dalam menyusun atau membuat poster mengenai protokol kesehatan sehingga mampu menarik pembacanya dan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung/konsumen industri kuliner.  Selain itu hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pemerintah setempat, sehingga dapat menentukan kebijakan yang terkait dengan penggunaan bahasa ruang publik pada masa pandemic Covid-19.
Pelatihan F&B Service dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan terhadap Konsumen di Desa Wisata Bongan Ni Nyoman Widani; Billy Tanius; I Gusti Ayu Ari Agustin
ADMA : Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 2 No 2 (2022)
Publisher : LPPM Universitas Bumigora

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/adma.v2i2.1528

Abstract

Industrial Revolution 4.0 is a term that is already familiar to people in Indonesia. The development of technology and information occurs so quickly that it has a huge impact on the industrial world as well as human behavior. This behavior affects how the tourism industry players provide services to consumers who come to visit the tourist village of Bongan Tabanan - Bali. Bongan Village as a tourist village also has culinary products that use the main ingredients of the Gonda plant. Gonda plant itself is known as one of the commodities that have economic value apart from rice plants. Ease in the cultivation process and lower operational value are an advantage for farmers compared to planting rice. Processed products from the gonda plant are offered directly when tourists come to visit the tourist village of Bongan. To achieve tourist satisfaction and increase purchases of Gonda processed products, culinary actors must be able to provide services or services that are managed professionally so as to provide satisfaction to customers or foreign tourists who visit. During the Covid-19 pandemic, technological advances began to be used as F&B services, one of which was using online media, such as Facebook, Instagram, Twitter and other websites. The purpose of Community Service Activities in Bongan Village is expected through F&B Service Training to improve the quality of service to consumers in the tourist village of Bongan, Tabanan.
Venders’ English Speaking Ability in Tourism Object in Bali: A Survey Study Ni Nyoman Widani
ELLITE Vol 4, No 1 (2019): ELLITE: May
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ellite.v4i1.2031

Abstract

Bali is known as a tourist destination which is always filled with tourists, both domestic and foreigners. Besides being famous for its culture, the beach is one of the main attractions for tourists. Berawa Beach is one that is always crowded with foreign tourists because it has large waves which are great for surfing and also to enjoy the beautiful sunset. This phenomenon provides opportunities for local people as a source of income by becoming food and beverage sellers around Berawa beach. This encourages local people to use English when they transact with foreign tourists. Practically, the English language used by traders is practical English with transactional functions. This study aims to describe the ability of English use by food and beverage traders in Berawa Beach, Tibubeneng village, North Kuta District, Badung Regency in terms of the speaking aspect. In order to determine the traders speaking ability, the researcher uses scoring rubric descriptions that contain several aspects such as, grammar, pronunciation, fluency, and vocabulary. Data is collected through several instruments such as interviews, direct observation, and field notes. The results of this study can be used as input for stakeholders of Tibubeneng Village to determine the steps in improving the English language skills of food and beverage traders who ultimately can contribute positively to Badung Regency in advancing the tourism industry while introducing various kinds of local culinary.
Be Godogan Kuliner Tradisional Bali Di Ambang Kepunahan A. A. Ketut Sri Candrawati; Ni Nyoman Widani
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 1 No 1 (2019): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v1i1.18

Abstract

Salah satu Kuliner Tradisional Bali (KTB) yang hampir punah adalah Be Godogan (daging kodok sawah). Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan gastronomi be godogan Bali dan memperoleh strategi untuk mempertahankan eksistensi sumber daya hayati bahan utama be godogan. Untuk mencapai tujuan digunakan teori gastronomi dan teori budi daya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa be gedogan memiliki sumber protein hewani yang tinggi, rasanya enak, sehingga disejajarkan dengan daging ayam. Sebagian orang percaya daging kodok dapat menyembuhkan beberapa penyakit dan meningkatkan vitalitas laki-laki. Cara perawatan tanaman di sawah dengan pestisida telah mengancam kehidupan kodok sawah ini dan populasinya menurun drastis. Strategi mempertahankan eksistensi sumber daya hayati bahan utama be godogan adalah dengan dilakukannya peternakan kodok untuk keberlangsungan dari KTB ini.
Be Jangkrik Dan Be Bluang Sebagai Kuliner Musiman Di Bali Ni Nyoman Widani; A. A. Ketut Sri Candrawati
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 1 No 1 (2019): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v1i1.19

Abstract

Masyarakat petani pedesaan di Bali, mengenal lauk dari jangkrik dan bluang (orong-orong atau anjing tanah). Serangga digunakan sebagai pengganti daging yang harganya mahal. Tujuan penulisan artikel ini adalahuntuk memahami gastronomi mengenai be jangkrik dan be bluang dan memperoleh strategi menghindari kepunahan dari sumber hidup bahan utama be jangkrik dan be bluang. Teori yang digunakan adalah teorigastronomi dan teori peternakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan jangkrik dan bluang dapat memenuhi kebutuhan protein dan vitamin. Cara untuk mencegah kepunahan kuliner musiman ini adalah dengan menternakkan bahan utama kuliner berupa jangkrik dan bluang. Peternakan juga akan murah dan tidak mudah, dalam waktu singkat juga dapat dipanen. Diperlu eksplorasi sebanyak mungkin kuliner nusantara khususnya Bali sebelum memasuki kepunahannya, dengan harapan Kuliner Tradisional Bali (KTB) dapat bertahan dan terus dilestarikan.
Modifikasi Masakan Tradisional Kalimantan Berbahan Dasar Umbi-Umbian Alition Joshua Christopher Petriana; Victor Bangun Mulia; Ni Nyoman Widani
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 4 No 2 (2021): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v4i2.78

Abstract

Umbi-umbian merupakan jenis tanaman yang dapat berkembang pesat di Indonesia dan tergolong bahan makanan yang lebih murah dibandingkan dengan komoditas tanaman lainnya. Pada tugas akhir karya kompetensi kreatif ini Penulis menggunakan 4 (empat) jenis umbi- umbian tersebut untuk memodifikasi masakan tradisional Kalimantan. Metode penelitian yang digunakan pada tugas akhir karya kompetensi kreatif ini yaitu metode research and development. Dilakukannya uji organoleptik dengan membagikan lembar kuisioner uji hedonik kepada 9 (sembilan) Panelis umum dan 4 (empat) Panelis ahli. Kategori penilaian meliputi: warna, aroma, rasa, tekstur, dan nilai keseluruhan dari masakan tersebut. Karya kompetensi kreatif ini menghasilkan 15 (lima belas) resep modifikasi masakan Kalimantan berbahan dasar umbi-umbian. Hasil modifikasi tersebut disukai oleh para Panelis, dengan hasil penilaian yaitu (warna: 4.55, aroma: 4.23 rasa: 4.45, tekstur: 4.27 dan nilai keseluruhan: 4.44). Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa umbi- umbian dapat diolah dan dikombinasikan kedalam masakan tradisional yang menghasilkan cita rasa yang unik dan lezat.
Inovasi Hidangan Penutup Dingin Menggunakan Teh Earl Grey Nikita Andina Amariza; Billy Tanius; Ni Nyoman Widani
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 4 No 2 (2021): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v4i2.82

Abstract

Karya kompetitif kreatif ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode Research and Development. Survei dilakukan dengan menggunakan uji hedonik yaitu dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada enam orang panelis untuk memberikan penilaian tentang hasil inovasi hidangan penutup yang menggunakan teh earl grey. Karya kompetitif kreatif ini menghasilkan 12 ((two layer earl grey burnt cheesecake, mini earl grey choux au craquelin, black and white earl grey mousse, earl grey panacotta with butterscotch sauce, mango sticky rice with earl grey sauce, roll cake with earl grey choco ganache, earl grey ice cream, earl grey lemon macaron, earl grey cranachan, earl grey milecrepes, earl grey rumball, earl grey fruit pie) inovasi hidangan penutup dingin dengan menggunakan teh earl grey yang sudah di tes dari segi rasa, aroma, warna dan tekstur. Hasilnya rata-rata nilai yang didapatkan menunjukkan bahwa para panelis menyukai inovasi hidangan penutup dingin dengan tambahan teh earl grey. Inovasi hidangan penutup dengan teh earl grey memiliki cita rasa yang unik dan berbeda dari makanan aslinya namun masih tetap mempertahankan ciri khas hidangan penutup tersebut, dan masyarakat bisa menerima inovasi teh earl grey sebagai hidangan penutup. Dari hasil karya ilmiah ini diharapkan agar para pekerja/pengusaha pada bidang kuliner selalu inovatif dan kreatif, merealisasikan ide-ide baru, mengembangkan yang sebelumnya sudah ada dan dikemas menjadi lebih menarik, serta menciptakan trend baru dalam bidang kuliner. Masyarakat juga perlu untuk diedukasi tentang inovasi-inovasi makanan supaya timbul minat lebih sehingga bidang kuliner bisa terus berkembang.
Modifikasi Hidangan Penutup Barat Menggunakan Bunga Kecombrang Nur Tasya Safitri; Billy Tanius; Ni Nyoman Widani
Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Event Management Vol 5 No 1 (2022): Journey : Journal of Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality, Convention and Ev
Publisher : Politeknik Internasional Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46837/journey.v5i1.103

Abstract

Modifikasi resep hidangan penutup barat menggunakan bunga kecombrang tidak banyak diterapkan oleh masyarakat. Karya kompetensi kreatif ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui ide pengembangan resep hasil modifikasi hidangan penutup barat menggunakan bunga keombrang yang dikombinasikan dengan bahan dasar khas Indonesia serta untuk mengedukasi bahwa bunga kecombrang dapat diolah menjadi berbagai macam hidangan penutup yang unik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode research and development model penelitian 4D (Define, Design, Development, Dissemination) dan metode uji hedonik. Metode uji hedonik digunakan 20 panelis umum yang dipilih secara acak, dan enam panelis ahli yang ditentukan oleh kampus. Teori yang digunakan yaitu teori modifikasi resep. Terdapat 10 resep modifikasi yang dilakukan yaitu: Kecombrang Burnt Basque Cheesecake, Kecombrang Cannoli, Kecombrang Cranachan, Kecombrang Crema Catalana, Kecombrang Choco Mousse, Kecombrang Choco Tartlet, Kecombrang Éclair, Kecombrang Loukoumades, Kecombrang Roll Cake, dan Kecombrang Panna Cotta. Hasil nilai rata-rata keseluruhan dari penilaian uji hedonik untuk sepuluh menu adalah 4,61. Maka dapat disimpulkan bahwa para Panelis memberikan respon positif dan menyukai 10 hidangan penutup hasil modifikasi yang diciptakan dengan memberikan beberapa komentar agar hidangan tersebut semakin sempurna.
ENTITAS WISATAWAN ASING TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS MASYARAKAT LOKAL BANJAR TEGAL GUNDUL, DESA TIBUBENENG, KUTA UTARA, BADUNG, BALI Ni Nyoman Widani; Wiya Suktiningsih
Humanitatis : Journal of Language and Literature Vol 6 No 2 (2020)
Publisher : LPPM Universitas Bumigora Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/humanitatis.v6i2.806

Abstract

Abstract Banjar Tegal Gundul as tourist villages in the province of Bali, which visits by foreign and domestic tourists. Every years the number of foreign and domestic tourists to the Banjar Tegal Bald is increases. This situation makes the tourism sector as the main livelihood of local people. That's condition become the background of this research, they are: 1) to understand how to influence tourist entities to the English language skills of local people in Banjal Tegal Gundul and 2) how language attitude of local society towards English. The research uses the method of observation and questionnaire submitted to 24 respondents, who are local people as workers and business owners in the area. This study is found that the language functions used by local people to communicate with foreign tourists is: Greetings, Offering, asking for information, giving information, Saying Like, Giving an opinion, persuading, asking someone to do something, Accepting invitations, apologizing, persuading, and saying / returning thanks. The sentences are used in grammatical rules in English. The language attitudes towards English seen from the cogBanjar Tegal Gundul is one of the tourist villages in the village area of ​​Tibubeneng, North Kuta, Badung, Bali, which receives visits by foreign and domestic tourists. Every year the number of foreign and domestic tourist arrivals to the Banjar Tegal Gundul region has increased. The situation makes the tourism sector as the main livelihood of the local community Banjar Tegal Gundul. The situation is the background of this research, namely: 1) to find out how the influence of foreign tourist entities on the English language ability of local people in Banjar Tegal Gundul and 2) how the attitude of the local people's language towards English. The research uses the method of observation and distributes questionnaires to 24 respondents, who are local people as workers and business owners who are in the area of ​​the area. The step taken in this study is to analyze the language functions used by local people when communicating with foreign tourists. The results obtained in this study indicate that local people are able to communicate with foreign tourists, by using language functions such as: Greeting, Offering, asking for information, giving information, Saying Like, Giving opinion, persuading, asking someone to do something, Accepting invitation, apologizing, persuading, and saying / reply to thank. The sentences are used in accordance with grammatical rules in English. For language attitudes towards English seen from the cognitive, affective and conative components, showing positive language attitudes by local people towards English. That is because the equality of local people's thought orientation will benefit from English, for the livelihoods of local people, both in terms of workers or business owners in the Banjar Tegal Gundul region.
Indeksikalitas Makanan Tradisional dalam Upacara Pawiwahan Masyarakat Desa Tibuneneng Ni Nyoman Widani; Nelsye Lumanauw; Wiya Suktiningsih
Humanitatis : Journal of Language and Literature Vol 8 No 1 (2021): Humanitatis: Journal of Language and Literature
Publisher : LPPM Universitas Bumigora Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/humanitatis.v8i1.1465

Abstract

Traditional ceremonies are part of the culture and traditions of the Tibubeneng village community and are also related to the activities of the Hinduism. In the implementation of customs there are rules and prerequisites that must exist, one of which is traditional food. This study aims to find out the function and existence of a food in the traditional ceremony of the Tibubeneng tourism village community. The research method used in this research is descriptive qualitative research method. The ethnographic method is used by researchers to analyze the function and meaning of traditional foods used in traditional ceremonies, judging from the current form of performance whether there is a difference with a requirement in the rules of a traditional ceremony. To analyze activities, activities, meaning of traditional food used in traditional ceremonies, researchers will conduct in-depth interviews with the Bendesa adat, Pemangku adat and Stakeholders. There are 8 types of food that must be present in the Pawiwahan event, namely: Sambal embe, satay, lawar, Jukut, tum, urab, be'urutan, betutu. Every food that must be served as the main staple food in the Pawiwahan ceremony has meaning and is believed to be a category. prayer for the bride and groom when entering domestic life. These foods are also categorized as sacred/holy foods, because they are used as offerings/bantens in religious ceremonies or customs of the Balinese ethnic community. Along with the rate of population growth in Tibubeneng Village, many immigrants from various ethnicities and religions settled in Tibubeneng village, influencing the original culinary culture of the Tibubeneng village community. However, the strong application of awig-awig by the surrounding community is able to maintain the indexicality of traditional foods that must be present in the Pawiwahan ceremony.