Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

KOMPOSISI DAN TRUSS MORFOMETRI IKAN HASIL TANGKAPAN ALAT CANTRANG (MODIFIKASI DANISH SEINE) DI PERAIRAN BRONDONG, JAWA TIMUR Mendrofa, Suasani Janarti; Wiadnya, Dewa Gede Raka; Lelono, Tri Djoko
Jurnal Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.407 KB)

Abstract

Cantrang, nama lokal Danish Seine di Jawa Timur, ialah kategori alat tangkap yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Penelitian dilakukan di sekitar perairan Brondong dengan tujuan untuk mengetahui laju tangkap, komposisi hasil tangkap dan truss-morfometri dari beberapa spesies ikan hasil tangkap. Sampling dilakukan pada bulan September – Desember 2012 dengan berpartisipasi pada 16 operasi (setting) penangkapan yang dilakukan nelayan lokal. Laju tangkap (catch rate) bervariasi antara 63.5 – 72.6 Kg/Km2 sapuan dasar. Hasil tangkap tersusun atas 16 family dan 21 spesies, beberapa jenis belum bisa dikonfirmasi sampai pada tingkat spesies. Hasil tangkap didominasi oleh family Leiognathidae (53.4%), terutama dari spesies Leiognathus bindus (Valenciennes, 1835). Perbandingan (ratio) antara panjang standar (SL) dengan tinggi badan maksimum (MBD) bisa digunakan sebagai penciri untuk membedakan spesies yang berekarabat dekat, terutama ikan-ikan yang mempunyai dorsal tunggal.   Kata kunci: truss morfometri, cantrang, brondong
Kesesuaian Desain Gillnet Dasar Nelayan Jawa Timur Dengan Standar Nasional Indonesia Yulianto, Eko Sulkhani; Rahman, Muhammad Arif; Sunardi, Sunardi; Muntaha, Ali; Bintoro, Gatut; Lelono, Tri Djoko
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 24, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jpk.24.2.84-90

Abstract

Kegiatan penangkapan ikan merupakan kegiatan yang sangat dinamis. Perubahan lingkungan baik yang berasal dari dalam maupun luar yang mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan, akan direspon nelayan dengan melakukan perubahan operasi penangkapan ikan guna mendapatkan hasil tangkapan yang optimal (Wiyono, 2006). Kegiatan perikanan di Indonesia merupakan kegiatan perikanan yang multispecies dan multigear. Di Indonesia, penangkapan target spesies tertentu dengan berbagai macam alat tangkap, dan juga sebaliknya satu jenis alat tangkap tertentu menangkap berbagai target tangkapan. Hal tersebut juga terjadi pada nelayan-nelayan Pantura Jawa Timur, sebagai contoh bottom gillnet. Bottom gillnet banyak digunakan nelayan-nalayan Pantura Jatim khusus untuk menangkap rajungan seperti yang dilakukan nelayan Paciran, Lamongan dan sebagian lagi khusus menangkap ikan demersal ekonomis penting seperti ikan gulamah, seperti yang dilakukan nelayan Tuban. Berbagai hal dilakukan oleh nelayan tersebut, merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Pola adaptasi yang dilakukan nelayan gillnet bermacam-macam misal dengan cara perubahan lama operasi penangkapan ikan, perubahan daerah penangkapan ikan, penambahan piece jaring atau pengurangan piece jaring. Perubahan lama operasi penangkapan ikan ditentukan oleh kemampuan kapal dalam beroperasi. Hal ini selaras juga dengan statement Nomura (1977), yang mengatakan bahwa jika jaring tertentu ditempatkan dalam air dengan kecepatan air yang tetap, maka tahanan jaring akibat arus air adalah sebanding dengan luas jaring. Jika luas jaring ditingkatkan sebanyak n kali, maka tahanan jaring juga akan meningkat sebesar n kali (Nomura, 1977). Selama ini berbagai bentuk adaptasi apakah ada perbedaan baik secara desain maupun teknis antara gillnet khusus penangkap ikan dan gillnet penangkap rajungan serta kesesuaiannya dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) khususnya di Pantura Jawa Timur belum dilakukan. Metode yang digunakan penelitian dalam penelitian ini adalah dengan analisis dekriptif dari hasil pengukuran kondisi alat tangkap di lapang yang kemudian dibandingkan dengan SNI yang ada. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa wilayah yang tidak sesuai dengan SNI yang ada, namun berdasarkan dengan kkebiasaan yang dilakukan oleh nelayan
Leading Condition Of Small Pelagic Resources Based On Data In The State Fisheries Management Area Of The Republic Of Indonesia (Wppnri) 712 And 573 Year 1990 - 2017 East Java Province For Sustainable Management Lelono, Tri Djoko; Rahman, Muhammad Arif; Bintoro, Gatut; Setyowati, Nita Hellis; Wulandari, Nindi Nur
Journal of Aquaculture Science Vol 6, No 1IS (2021): Vol 6 Issue Spesial 2021 Journal of Aquaculture Science
Publisher : Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31093/joas.v6i1IS.159

Abstract

Pelagic fish resources have a very important role in regional economic development. The assumption that fish resources are common property so that everyone is free to catch (open access) is a problem with overfishing in East Java waters. The purpose of this study is to determine the superior commodity of small pelagic fish, the status of exploitation of superior  fish resources and to compile a scenario of sustainable management of superior resources. The method in this research is quantitative descriptive method with data analysis used including Location Quotient (LQ), Schaefer (1954), Fox (1970), Walter Hilborn, and programming STELLA (System Thinking, Experimental Learning Laboratory with Animation). The research result of the superior species in the province in the south of East Java) is sardin, while the superior fish in the regency is s Rainbow runner. The status of fisheries at the level of superior fisheries exploitation in South East Java, the level of exploitation of ssrdin fish is 240% with the status of Depleted. Finally, the level of exploitation for s Rainbow runner fish is 689%, which means that they are included in depleted. The scenario of sustainable management of pelagic fisheries for the next 10 years, namely 2018 - 2027 for lemuru fish, the highest biomass reserves will be obtained in 2027, using a fixed effort allocation which has biomass reserves of 179% and the potential value of sustainable reserves of 8,438.48 tonnes. The results showed that the superior commodities of small pelagic fish in North East Java were mackerel fish. The superior fish commodity in the Regency / City is obtained by Finny scad fish. The level of exploitation for mackerel is 127% with the status of Over Exploited, and the level of exploitation for Finny scad is 131% with the status of Over Exploited. The scenario for the management of the superior mackerel commodity, the highest biomass reserve in 2027 is the allowable fishing effort allocation (fJTB) of 129%.Key Words: STELLA ,Superior commodity, Fishery status, Sustainable potential
APPROACH TO RISK ANALYSIS TRAWLER (BOAT OR VESSEL SIENE NETS) NORTH COAST OF EAST JAVA Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 3, No 2 (2019): JFMR VOL 3 NO 2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.919 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.02.18

Abstract

General Linear Model (GLM) aims to find the relationship between several independent variables with one dependent variable. GLM was conducted to answer the research objectives (1) the contribution of fishing gear to the total catch of pelagic fish, (2) to determine the type of pelagic fish that was dominantly caught in the type of fishing gear based on the 2004 - 2016 East Java marine and fisheries statistical report. The results of the GLM WPP Republic of Indonesia analysis of 573, the dominant small pelagic fish were lemuru fish on payang fishing gear, selar fish in purse seine, layur fish on drifting gill nets, and bloating on fixed gill nets. While contributions based on small pelagic fishing gear are ring trawlers catching flying fish, selar fish, and anchovy. The gill nets keep catching fish, mullet, tembang fish, and mackerel. Payang catches lemuru and layur fish. Region WPP RI 712 as a result of analysis of small pelagic GLM fish: pompano fish catching equipment, anchovy with dogol fishing gear, layur fish with trawl fishing gear, gill drift fishing gear and fishing gear step, tembang fishing purse seine and tremmel net, mullet fish with fixed gill nets. Contributions based on small pelagic fishing gear are circular gill nets contributing to kite and anchovy, gill net fishing gear drifting on stingrays and layur fish, Tremmel net in Pompano fish. dogol fishing gear on mullet and mackerel, fishing gear step on tembang fish and lemuru fish. While large pelagic fish: clitic fishing gear contributes to mackerel and skipjack fish while dogol catches on tuna 
THE BIOLOGICAL ASPECTS OF DOMINANT SHARKS AND RAYS LANDED IN BRONDONG FISHING PORT, LAMONGAN, EAST JAVA Ledhyane Ika Harlyan; Yulia Ainun Almawadah; Tri Djoko Lelono
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2021.008.01.2

Abstract

Shark and ray fishery issues raised in Indonesia as some species have been listed in the IUCN red list. In relation to the conservation of some shark and ray species, critical information is required related to several biological aspects to assure its fishery sustainability. This study was conducted in Brondong Fishing Port in February – March 2020. Length, weight, and maturity level data were collected from 272 shark individuals and 267 ray individuals. Several analyses were performed, such as length-weight relationship analysis, sex ratios, and maturity level analysis. The study found 18 species listed in the IUCN red list were dominantly composed of Carcharias taurus and Dasyatis kuhlii. Both species have negative allometric, while the sex ratios showed that the ratio of the number of male and female individuals for shark and ray are 1:5 and 1:2, respectively. The maturity level of male individuals for Carcharias taurus pointed that 33% full calcification (FC), 17% non-full calcification (NFC), and 50% non-calcification (NC), while for Dasyatis kuhlii resulted that 66% FC, 28% NFC, and 6% NC. It is concluded that the biological aspects of the dominant species indicated that most individuals were in a critical state, thus it is required to monitor and control their fishing pressures.
BIOLOGICAL ASPECTS OF FOURFINGER THREADFIN, ELEUTHERONEMA TETRADACTYLUM (SHAW, 1804) CAUGHT IN LEKOK WATERS, PASURUAN, EAST JAVA Tri Djoko Lelono; Agus Tumulyadi; Wahida Kartika Sari; Indri Sari Ismaningsih
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2021.008.02.1

Abstract

Fourfinger threadfin Eleutheronema tetradactylum has a local name, namely laosan fish by the coastal community of Lekok Pasuruan District, a type of demersal fish that can swim in brackish waters. This research aimed to determine the biological aspects, namely the relationship of Length to Weight, sex ratio, and to determine the feasibility of catching based on the measurement results of the length of the first caught (Lc) and the length of the gonads first ripened (Lm). This research was conducted based on catches during Januari - March 2020 for total samples of as much as 450 fish, based on the catch of gill nets. The result informed that the length and weight relationship was negative allometric. The sex ratio between male and female was 1.00: 0.00. During the study, no female gonads were found because the fourfinger threadfin had spawned protandrous hermaphrodites. The value of length at first maturity (Lm) and length at first capture (Lc) was 20.99 ± 0.13 cm and 24.66 ± 0.046 cm. Lc > Lm's value proves that the fish caught is dominant gonad ripe fish so that the fish is suitable for catching and the fishing gear used selectively.
PENILAIAN RISIKO TERHADAP PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN (STUDI KASUS PERIKANAN TONGKOL Euthynnus affinis, DI PERAIRAN PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK JAWA TIMUR) Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 5 No. 9 (2018)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.334 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v5i9.6193

Abstract

Fokus manajemen perikanan merupakan bentuk fisik yang digunakan untuk pendugaan stok ikan dalam pengelolaan berkelanjutan. Manajemen risiko sangat penting dalam merencanakan pengelolaan sumberdaya berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berorientasi jangka panjang diperlukan sebuah manajemen  perikanan yang mengutamakan prinsip ke hati hatian dalam melakukan keputusan maupun kebijakkan perlu pendekatan manajemen risiko. Tujuan dari pegelolan perikanan yang keberlajutan yaitu memaksimalkan  produksi tanpa merusak sumberdaya yang ada maupun lingkungan. Pengelolaan perikanan terdiri dari beberapa unsur yaitu (1) penilian sumberdaya, (2) pengambil keputusan,  (3) pemilihan strategi, (4) alternatif manajemen  (5) pengawasan. Sehingga  seorang manager perlu adanya pengetahuan mengenai penilaian risiko dan kerentanan dalam membahas peraturan, perlindungan, keberlanjutan sumberdaya perikanan dan habitatnya. Besarnya penilain kemungkinan peluang dan dampak risiko  tergantung dari  kondisi permasalahan diteliti. Untuk pengelolaan ikan tongkol berdasarkan pendekatan biologi dan alat tangkap  yang memiliki nilai tinggi,sedangkan faktor lingkungan (makanan, suhu klorofil dan makanan) kemungkinan peluang dan dampak dari risiko memiliki nilai kecil. Alternatif pengurangan risiko yang paling besar pada spesies dan alat tangkap sedangkan untuk nelayan, pemerintah dan model ekploitasi pengurangan alternatif risiko sangat kecil. Kata kunci: Keberlanjutan, manajemen, risiko, ikan tongkolFokus manajemen perikanan merupakan bentuk fisik yang digunakan untuk pendugaan stok ikan dalam pengelolaan berkelanjutan. Manajemen risiko sangat penting dalam merencanakan pengelolaan sumberdaya berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berorientasi jangka panjang diperlukan sebuah manajemen  perikanan yang mengutamakan prinsip ke hati hatian dalam melakukan keputusan maupun kebijakkan perlu pendekatan manajemen risiko. Tujuan dari pegelolan perikanan yang keberlajutan yaitu memaksimalkan  produksi tanpa merusak sumberdaya yang ada maupun lingkungan. Pengelolaan perikanan terdiri dari beberapa unsur yaitu (1) penilian sumberdaya, (2) pengambil keputusan,  (3) pemilihan strategi, (4) alternatif manajemen  (5) pengawasan. Sehingga  seorang manager perlu adanya pengetahuan mengenai penilaian risiko dan kerentanan dalam membahas peraturan, perlindungan, keberlanjutan sumberdaya perikanan dan habitatnya. Besarnya penilain kemungkinan peluang dan dampak risiko  tergantung dari  kondisi permasalahan diteliti. Untuk pengelolaan ikan tongkol berdasarkan pendekatan biologi dan alat tangkap  yang memiliki nilai tinggi,sedangkan faktor lingkungan (makanan, suhu klorofil dan makanan) kemungkinan peluang dan dampak dari risiko memiliki nilai kecil. Alternatif pengurangan risiko yang paling besar pada spesies dan alat tangkap sedangkan untuk nelayan, pemerintah dan model ekploitasi pengurangan alternatif risiko sangat kecil. Kata kunci: Keberlanjutan, manajemen, risiko, ikan tongkol
Plankton Community Structure as Bioindicator Trophic Status of Jatigede Reservoir Waters Rosadi Rosadi; Muhammad Musa; Tri Djoko Lelono
Research Journal of Life Science Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rjls.2020.007.01.4

Abstract

Jatigede Reservoir in Sumedang Regency is a land mass planning designed as a multi-function reservoir. The main water source for this reservoir is from Cimanuk River, which flows through Garut Regency, and has many industrial activities around the river flow. This research was conducted to assess the trophic status of water pollution in Jatigede Reservoir by utilizing plankton as a bioindicator agent. Samples were collected from 9 observation stations from November 2018 until January 2019. The results showed that 26 species of phytoplankton from 7 divisions including Dinophyta, Cyanophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Euglenophyta, Bacillariophyta, and Charophyta was found in Jatigede Reservoir at about 461 ind/m3. Zooplankton abundance of 6 species from 2 divisions of Rotifera and Copepoda at 2 ind/m3. The average phytoplankton diversity index was 0.93 and zooplankton diversity index was 0.23. The average phytoplankton evenness index was 0.44 and zooplankton evenness index was 0.24. The average dominance of phytoplankton was 0.58 and dominance of zooplankton was 0.25. Based on the plankton community structure, the trophic status of Jatigede Reservoir was classified to moderate polluted (eutroph) to heavily pollutants (hypereutroph). The dominant species was Perinidium sp from Dinophyta division.
Leading Condition Of Small Pelagic Resources Based On Data In The State Fisheries Management Area Of The Republic Of Indonesia (Wppnri) 712 And 573 Year 1990 - 2017 East Java Province For Sustainable Management Tri Djoko Lelono; Muhammad Arif Rahman; Gatut Bintoro; Nita Hellis Setyowati; Nindi Nur Wulandari
Journal of Aquaculture Science Vol 6 No 1IS (2021): Vol 6 Issue Spesial 2021 Journal of Aquaculture Science
Publisher : Airlangga University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31093/joas.v6i1IS.159

Abstract

Pelagic fish resources have a very important role in regional economic development. The assumption that fish resources are common property so that everyone is free to catch (open access) is a problem with overfishing in East Java waters. The purpose of this study is to determine the superior commodity of small pelagic fish, the status of exploitation of superior  fish resources and to compile a scenario of sustainable management of superior resources. The method in this research is quantitative descriptive method with data analysis used including Location Quotient (LQ), Schaefer (1954), Fox (1970), Walter Hilborn, and programming STELLA (System Thinking, Experimental Learning Laboratory with Animation). The research result of the superior species in the province in the south of East Java) is sardin, while the superior fish in the regency is s Rainbow runner. The status of fisheries at the level of superior fisheries exploitation in South East Java, the level of exploitation of ssrdin fish is 240% with the status of Depleted. Finally, the level of exploitation for s Rainbow runner fish is 689%, which means that they are included in depleted. The scenario of sustainable management of pelagic fisheries for the next 10 years, namely 2018 - 2027 for lemuru fish, the highest biomass reserves will be obtained in 2027, using a fixed effort allocation which has biomass reserves of 179% and the potential value of sustainable reserves of 8,438.48 tonnes. The results showed that the superior commodities of small pelagic fish in North East Java were mackerel fish. The superior fish commodity in the Regency / City is obtained by Finny scad fish. The level of exploitation for mackerel is 127% with the status of Over Exploited, and the level of exploitation for Finny scad is 131% with the status of Over Exploited. The scenario for the management of the superior mackerel commodity, the highest biomass reserve in 2027 is the allowable fishing effort allocation (fJTB) of 129%.Key Words: STELLA ,Superior commodity, Fishery status, Sustainable potential
DINAMIKA POPUL ASI IKAN TUNA ALBAKORA (Thunnus alalunga Bonnaterre, 1788) YANG DIDARATKAN DI PEL ABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK, JAWA TIMUR Tri Djoko Lelono; Gatut Bintoro; Didik Rudianto
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 1, No 2 (2018): JKPT Desember 2018
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.576 KB) | DOI: 10.15578/jkpt.v1i2.7387

Abstract

Tuna albakora (Thunnus alalunga) merupakan salah satu jenis tuna yang ditemukan di perairan Indonesia. Penelitian terhadap aspek dinamika popukasi tuna albakora masih jarang dan perlu dilakukan pengkajian dalam upaya pengendalian stok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan panjang berat dan aspek dinamika populasi yang meliputi pendugaan kelompok umur, parameter pertumbuhan (L”, K, dan to), laju mortalitas, laju eksploitasi, rekrutmen, analisa yield per recruit (Y/R) dan biomassa per recruit (B/R) pada ikan tuna albakora (T. alalunga). Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur pada bulan Agustus-Desember 2016. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan 2.702 sampel ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan bersifat allometri negatif dengan nilai b<3. Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy didapatkan hasil L” = 118,3 cm FL dan K = 0,51/year. Nilai to diketahui dengan menggunakan persamaan Pauly (1984) dihasilkan to = -0,219 tahun. Nilai Lc dan Lm masing-masing sebesar 101,61 cm FL dan 90 cm FL. Nilai laju mortalitas total (Z) tuna albakora = 1,81, laju mortalitas alami (M) = 0,8 laju mortalitas penangkapan (F)= 1,01, laju eksploitasi (E) = 0,56 atau 56%, nilai yield per recruit (Y/R) = 0,029 per tahun dan biomassa per recruit (B/R) = 0,349 per tahun.