Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peningkatan daya buih susu skim sebagian rekombinasi dengan penggunaan penstabil Ahmad Johari; Sugiyono Sugiyono; Dede Robiatul Adawiyah
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v11i2.6745.79-89

Abstract

Susu banyak digunakan untuk memberikan rasa milky dan kestabilan buih pada minuman kopi seperti cappuccino dan latte. Karakteristik buih susu pada lapisan atas minuman kopi akan menentukan kualitas keseluruhan suatu produk. Penstabil berperan penting pada stabilitas buih dan tekstur produk akhir yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula susu skim sebagian rekombinasi yang disukai oleh konsumen dan meningkatkan daya buih formula terpilih dengan penambahan penstabil microcrystalline cellulose (MCC) atau xanthan gum (XG). Konsentrasi xanthan gum yang digunakan adalah 0,10%, 0,15%, 0,20% dan konsenstrasi microcrystalline cellulose yang digunakan adalah 0,08%, 0,10%, 0,12%. Formula yang disukai oleh konsumen adalah formula dengan kadar laktosa 1,60%. Formula dengan penambahan microcrystalline cellulose tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol pada volume buih dan foam volume stability index (FVSI). Penambahan xanthan gum memberikan pengaruh nyata pada volume buih dan FVSI. Konsentrasi terbaik xanthan gum adalah 0,10% dengan suhu frothing 60 °C dan biaya formula Rp. 6.176,00 per Kg. Penambahan xanthan gum secara nyata meningkatkan nilai viskositas dan berdampak nyata pada sifat sensori. Sampel terpilih yang disimpan selama 0-7 hari pada suhu 4 oC memiliki nilai pH, viskositas, warna, volume buih dan FVSI yang tidak berbeda nyata serta sifat sensori (atribut gurih, milky dan asin) yang sama.
Pelapisan Lilin Karnauba dan Kitosan untuk Mempertahankan Mutu Wortel Kupas Trisma Rezeki Zairisman; I Wayan Budiastra; Sugiyono Sugiyono
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1252.696 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

                                                          AbstractCarrot is one kind of vegetables that is highly consumed in Indonesia and foreign countries. Carrots are usually marketed in the form of unpeeled carrots, but now the demand of peeled carrots or minimally processed carrots increases significantly, especially for export. Unfortunately, the peeled carrot usually is more perishable than unpeeled carrots. Therefore, postharvest technology to maintain the quality of peeled carrot is required, one of them is wax coating technology. The aim of this research was to determine the best treatment of coating and storage temperature to maintain quality of peeled carrot during cold storage. Three kinds of storage temperatures (5, 10, 15 °C) and three kinds of coating (carnauba wax, chitosan, carnauba wax+chitosan) were applied in this research. The change of quality of peeled carrot during storage such as moisture content, weight loss, respiration rate, total plate count, color and organoleptic test was investigated. The results showed that the storage temperature significantly influenced the quality parameters analyzed. Coating did not significant affect the quality parameters of peeled carrot. The temperature of 5 °C suppress damage of peeled carrots during storage compared to other temperatures. Chitosan coating combined with storage temperature of 5 °C is the best postharverst treatment for pelled carrot, with the shelf-life of 9 days.                                                                    AbstrakWortel merupakan salah satu sayuran yang cukup banyak dikonsumsi oleh konsumen dalam dan luar negeri. Biasanya wortel dipasarkan dalam bentuk wortel tanpa kupas, namun saat ini permintaan wortel kupas atau wortel terolah minimal semakin besar khususnya dari Singapura. Wortel dalam keadaan terolah minimal lebih cepat busuk dibandingkan dengan wortel tanpa kupas, sehingga diperlukan teknologi pascapanen untuk mempertahankan mutu dari wortel kupas, salah satunya dengan pelapisan lilin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pelilinan dan suhu penyimpanan dingin terbaik untuk mempertahankan mutu wortel kupas. Penelitian ini menggunakan 3 jenis suhu (5, 10, 15oC) dan 3 jenis pelapisan (lilin karnauba, kitosan dan kombinasi). Parameter mutu yang dianalisis adalah kadar air, susut bobot, laju respirasi, total mikroba, warna dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh signifikan terhadap parameter mutu yang dianalisis. Pelapisan tidak berpengaruh signifikan terhadap parameter mutu wortel kupas. Suhu 5oC dapat menghambat kerusakan wortel kupas selama penyimpanan dibandingkan dengan suhu lainnya. Pelapisan dengan kitosan dan suhu penyimpanan 5oC adalah perlakuan terbaik untuk wortel kupas dengan umur simpan 9 hari.
Model Matematika Pengisian Gabah dari Malai Primer dan Sekunder Rizky Tirta Adhiguna; Sutrisno Sutrisno; Sugiyono Sugiyono; Ridwan Thahir
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1033.045 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.1.23-30

Abstract

AbstractThe present work aimed to develop mathematical model of grain filling of rice from primary and secondary branches within a panicle with increment to their weight (dry basis)-time after anthesis relationships. Three growth models for grain filling of rice were developed follow the exponential, the logistic and Gompertz functions. The grain filling models are expressed with parameters of mass at time zero, mass at time infinity and a measure for relative grain filling rate. Application of all models using data of thousand grain mass (dry basis) of rice from different branches within a panicle for Sintanur and IPB-4S variety were collected every 4 days during 14-30 days after anthesis. Model selection was conducted using Coefficient determination (R2), Root mean square error (RMSE) and Aikake’s Information Criterion (AIC). R2, RMSE and AIC values for the Gompertz models were 0.999, 0.224, -9.949 (rice from primary branch for Sintanur); 0.997, 0.353, -4.512 (rice from secondary branch for Sintanur); 1.000, 0.131, -16.376 (rice from primary branch for IPB-4S) and 0.999, 0.266, -7.877 (rice from secondary branch for IPB-4S) respectively which revealed that theGompertz model was considered best to described the increment thousand grain mass (dry basis) of rice from different branches within a panicle for all two varieties.AbstrakPenelitian yang dilakukan bertujuan mengembangkan model pengisian gabah dari tingkat malai yang berbeda, terkait dengan terjadinya peningkatan bobot gabah dalam bentuk basis kering dan bertambahnyawaktu pengisian gabah setelah anthesis (pembungaan). Penelitian ini mengembangkan model berdasarkan tiga fungsi pertumbuhan yaitu fungsi eksponensial, logistik dan fungsi Gompertz dalam pengisian gabah.Persamaan yang diperoleh memiliki parameter bobot gabah awal, bobot gabah akhir dan laju pengisian gabah relatif. Penelitian ini menggunakan data primer berat 1000 butir gabah dalam bentuk basis kering (bk) dari malai primer dan sekunder di kedua varietas Sintanur dan IPB-4S, dari hari ke-14 sampai hari ke-30 setelah pembungaan dengan interval waktu 4 hari. Pemilihan model dilakukan dengan uji kesesuaian menggunakan koefisien determinasi (R2), Root mean square error (RMSE) dan Aikake’s Information Criterion (AIC). Nilai R2, RMSE, AIC pada model Gompertz untuk masing-masing berat kering gabah dari malai primer dan sekunder secara berturut-turut adalah 0.999, 0.224, -9.949 dan 0.997, 0.353, -4.512 (varietas Sintanur), 1.000, 0.131, -16.376 dan 0.999, 0.266, -7.877 (varietas IPB-4S), sehingga dari nilai yang dihasilkan menunjukkan bahwa model Gompertz merupakan model yang terbaik untuk pengisianbobot 1000 butir gabah (bk) dari malai primer dan sekunder di kedua varietas Sintanur dan IPB-4S.
Peningkatan daya buih susu skim sebagian rekombinasi dengan penggunaan penstabil Ahmad Johari; Sugiyono Sugiyono; Dede Robiatul Adawiyah
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1105.43 KB) | DOI: 10.24960/jli.v11i2.6745.79-89

Abstract

Susu banyak digunakan untuk memberikan rasa milky dan kestabilan buih pada minuman kopi seperti cappuccino dan latte. Karakteristik buih susu pada lapisan atas minuman kopi akan menentukan kualitas keseluruhan suatu produk. Penstabil berperan penting pada stabilitas buih dan tekstur produk akhir yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula susu skim sebagian rekombinasi yang disukai oleh konsumen dan meningkatkan daya buih formula terpilih dengan penambahan penstabil microcrystalline cellulose (MCC) atau xanthan gum (XG). Konsentrasi xanthan gum yang digunakan adalah 0,10%, 0,15%, 0,20% dan konsenstrasi microcrystalline cellulose yang digunakan adalah 0,08%, 0,10%, 0,12%. Formula yang disukai oleh konsumen adalah formula dengan kadar laktosa 1,60%. Formula dengan penambahan microcrystalline cellulose tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol pada volume buih dan foam volume stability index (FVSI). Penambahan xanthan gum memberikan pengaruh nyata pada volume buih dan FVSI. Konsentrasi terbaik xanthan gum adalah 0,10% dengan suhu frothing 60 °C dan biaya formula Rp. 6.176,00 per Kg. Penambahan xanthan gum secara nyata meningkatkan nilai viskositas dan berdampak nyata pada sifat sensori. Sampel terpilih yang disimpan selama 0-7 hari pada suhu 4 oC memiliki nilai pH, viskositas, warna, volume buih dan FVSI yang tidak berbeda nyata serta sifat sensori (atribut gurih, milky dan asin) yang sama.