Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH PENYANGRAIAN BIJI KAKAO NON FERMENTASI DENGAN SISTEM UAP PANAS TERHADAP KANDUNGAN POLIFENOL, KATEKIN, DAN RESIDU PESTISIDA KAKAO BUBUK wahyuni wahyuni; Rosniati Kasim; Medan Yumas; Melia Ariyanti; Dwi Indriana
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 14, No 2 (2019): Jurnal industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v14i2.5537

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan polifenol, katekin, dan residu pestisida pada kakao bubuk. Biji kakao basah diblanching menggunakan air panas, kemudian dikeringkan dengan cara  dijemur pada sinar matahari terlindung.  Biji kakao kering disangrai dengan metode uap air panas menggunakan waterbath pada suhu 80°C selama 30 menit.  Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu Biji Kakao Sangrai (BS) dan Biji Kakao Tanpa Sangrai (BTS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kakao bubuk yang dihasilkan dari biji kakao sangrai (BS) mempunyai kandungan senyawa total polifenol 6,89% sedangkan kakao bubuk tanpa sangrai (BTS) mempunyai kandungan total polifenol 9,42%. Senyawa katekin pada  kakao bubuk dari biji kakao sangrai (BS) 6,335 g/100g, sedangkan biji kakao tidak sangrai (BTS) 6,626 g/100g. Residu pestisida dari semua kakao bubuk yang dianalisis tidak ada yang terdeteksi, sehingga kakao bubuk yang dihasilkan dari penelitian ini aman dari pestisida.
POTENSI KOMODITI HASIL PERKEBUNAN SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK DISINFEKTAN ALAMI (ULASAN) Dwi Indriana; Irwan Syakari; Andi Nur Amalia; Rahayu Wulandari
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 1 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i1.6848

Abstract

Berbagai cara telah dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19, salah satunya dengan penggunaan disinfektan untuk mensterilisasi permukaan benda yangsering disentuh oleh manusia. Umumnya disinfektan mengandung alkohol, klorin, dan hidrogenperoksida. Namun, penggunaan bahan kimia dalam disinfektan dikhawatirkan akan memicurisiko kesehatan dikemudian hari karena senyawa tersebut dapat bersifat karsinogenik(beracun) apabila terhirup oleh pernapasan manusia dalam jangka panjang hingga dapatmenimbulkan iritasi dan peradangan. Selain bahan-bahan kimia, beberapa bahan alami jugadapat digunakan sebagai bahan pembuat disinfektan. Namun, perlu dilakukan penelitian lebihlanjut keefektifannya dalam membunuh mikroorganisme. Ulasan ini bertujuan untuk mengetahuipotensi hasil perkebunan sebagai antivirus. Beberapa penelitian menyebutkan bahwakandungan dalam bahan alam seperti eugenol pada cengkeh, piperin pada lada hitam, asamlaurat pada kelapa, dan flavonoid quercitrin pada Eucalyptus globulus dapat digunakan sebagaizat antivirus.
PENGARUH STEAM BLANCHING DAN PENGERINGAN BIJI KAKAO NON FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID, TOTAL FENOL, DAN ANTIOKSIDAN (Effect of Steam Blanching and Drying of Unfermented Cocoa Beans to Flavonoid Total, fenol Total, and Antioxidant) Rosniati Kasim; Medan Yumas; Wahyuni Daming; Melia Aryanti; Dwi Indriana
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 14, No 2 (2019): Jurnal industri Hasil Perkebunan
Publisher : Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v14i2.5488

Abstract

Abstrak : Penelitian pengaruh steam blanching dan pengeringan biji kakao non fermentasi terhadap kandungan total flavonoid, total fenol, dan antioksidan telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh steam blanching dan pengeringan terhadap kandungan total fenol, flavonoid dan aktivitas antioksidan biji kakao. Penelitian  ini terdiri  dari  4 perlakuan  yaitu :   A1B1 (Tanpa Blanching, dan pengeringan sinar matahari), A1B2 (Tanpa Blanching dan pengeringan oven),  A2B1 ( Blanching dan pengeringan sinar matahari), dan A2B2 (Blanching dan pengeringan oven). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan tanpa blanching dan pengeringan biji kakao dengan cara penjemuran dengan sinar matahari (A1B1) menghasilkan total flavonoid  paling tinggi yaitu 4,60 % dan mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH (IC50) yang paling kecil (sifat antioksidan paling kuat), sedangkan kombinasi perlakuan tanpa blanching dan pengeringan dengan oven (A1B2) menghasilkan total fenol paling tinggi yaitu 4,04 %. Kata Kunci : Biji kakao non fermentasi, blanching, dan pengeringan.  
KANDUNGAN ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK KAKAO BUBUK TIDAK FERMENTASI DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN UAP PANAS SUHU RENDAH Melia Ariyanti; Rosniati Rosniati; Medan Yumas; Wahyuni Wahyuni; Dwi Indriana
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 2 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i2.7052

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam amino dan asam lemak pada kakao bubuk yang tidak difermentasi dengan perlakuan penyangraian uap panas suhu rendah. Metode penelitian eksperimen teknologi proses pengolahan bubuk kakao kaya flavonoid dengan perlakuan metode blanching dengan steaming (uap panas), pengeringan biji kakao, dan penyangraian (roasting) menggunakan metode Low Temperature Short Time. Bahan baku yang digunakan yaitu buah kakao berasal dari Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan. Parameter yang dianalisis yaitu kandungan asam amino dan asam lemak kakao bubuk yang disangrai dan tidak disangrai, dibandingkan dengan biji kakao kering menggunakan metode kromatografi gas dan LCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak tertinggi pada biji kakao kering yaitu Metil Oktadekanoat (32,16%), pada kakao bubuk tidak disangrai dan disangrai yaitu Cis-9-Oleic Metil Ester (31,56%). Sedangkan asam amino tertinggi pada biji kakao kering yaitu L-Arginin (1,13%). L-Lisin sebagai asam amino tertinggi pada kakao bubuk tidak disangrai dan disangrai masing-masing sebesar 6,76% dan 4,8%. Untuk jenis asam amino terendah pada biji dan bubuk kakao yaitu L-Sistein pada biji kakao kering (0,001%), kakao bubuk tidak sangrai (0,07%) dan kakao bubuk disangrai (0,06%).