Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

POTENSI TKKS SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DAN DIMETIL ETER MELALUI PROSES GASIFIKASI / The Potency of Palm Empty Fruit Bunches as Raw Material for Producing Bioethanol and Dimethyl Ether Using Gasification Process Suryadri, Hadistya; Sumantr, Sepriyanti Putri; Nazarudin, Nazarudin
Perspektif Vol 20, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n2.2021.106-120

Abstract

Perkebunan kelapa sawit mempunyai ketersediaan biomassa yang melimpah, di mana presentasi jumlah tertinggi adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Sehingga TKKS adalah salah satu biomassa yang sangat berpeluang untuk dimanfaatkan. Artikel ini memfokuskan review tentang karakteristik dari biomassa, konversi biomassa, proses gasifikasi TKKS menjadi bioetanol  yang berpontensi sebagai alterhatif  Bahan Bakar Minyak (BBM) dan dimethyl ethyl ether (DME)  yang berpotensi sebagai alternatif  Liquid Petroleum Gas (LPG) beserta potensi nilai tambah yang mengacu pada kendala, peluang serta ketersediaan teknologinya. Sehingga dapat disusun strategi yang mendorong pengembangan TKKS menjadi bioetanol dan DME. Pemanfaatan TKKS melalui jalur konversi termal biomassa dengan teknologi gasifikasi merupakan hal yang tepat karena gasifikasi sangat cocok digunakan untuk mengonversikan TKKS yang memiliki kandungan air cukup besar, yaitu 67%. Laju konversi dan efisiensi proses yang tinggi menjadikan tekonologi gasifikasi untuk pengolahan TKKS sangat potensial untuk diaplikasikan. Proses produksi bioetanol dan DME diawali dengan mensintesa gas sintesis produk gasifikasi menjadi metanol, kemudian dilanjutkan dengan konversi metanol menjadi bioetanol dan DME. Bioetanol dari gasifikasi TKKS diharapkan mampu memenuhi kebutuhan etanol yang diperlukan sebagai campuran untuk bensin dengan tujuan meningkatkan angka oktana dan efisiensi pembakaran pada kendaraan bermotor. Sedangkan DME dari gasifikasi TKKS sebagai salah satu upaya pengurangan ketergantungan impor pada konsumsi Liquefied petroleum gas (LPG) yang terus meningkat. DME memiliki karakteristik hampir sama dengan LPG sehingga dapat digunakan sebagai subsitusi LPG langsung atau digunakan sebagai campuran dengan komposisi massa campuran DME-LPG berkisar 20-30%. Gasifikasi TKKS dari Tandan Buah Segar (TBS) hasil produksi kebun sawit seluas sekitar 163.000 hektaree mampu menghasilkan 140.000 ton/tahun bioetanol dan 170.000 ton/tahun DME dengan keuntungan penjualan US$ 29.604.477/tahun. Diperlukan upaya kerja sama antara pemerintah dan perusahaan pengolahan kelapa sawit untuk dapat mengonversikan TKKS dengan gasifikasi melalui modal bersama agar dapat mendorong percepatan transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) sehingga memperkokoh ketahanan energi Indonesia.ABSTRACT Palm plantations have an abundance of biomass where a Empty fruit Bunches (EFB) is one of the most abundant biomasses that a potential material to be utilized. This paper reviews the characteristics of biomass and its conversion, gasification of EFB to bioethanol and DME along with the potential added value that refers to the constraints, opportunities and availability of the technology. Therefore a strategy can be arranged that encourages the development of EFB into bioethanol and DME. EFB has very high moisture that content 67% water which is suitable to biomass thermal conversion with gasification technology to produce bioethanol and dimethyl ethyl ether (DME) with high conversion rate and high efficiency. In the beginning of the process to produce bioethanol and DME is a conversion of EFB to syngas and then from syngas to methanol. The next step is to convert methanol to bioethanol and DME.  Bioethanol from gasification of EFB gasification is expected to fill a demand of ethanol as addictive to improve a gasoline octane number and to increase a combustion efficiency in motor vehicles. Meanwhile, the physical properties of DME are almost similar to LPG so that DME can be used as a direct substitute for LPG or used as a mixture with LPG in composition of 20-30% -mass. Therefore, DME from gasification of EFB is one of the solutions to reduce Indonesian dependence on imported LPG. Also gasification of EFB able to produce 140,000 tons/year of bioethanol and 170,000 tons/year of DME along the profit is US$ 29,604,477/year. Close cooperation between the government and the palm oil industries are needed to build up energy from EFB through a sharing fund which is necessary in order to accelerate a transition to sustainable energy and to strengthen the energy security of Indonesia.
Perbandingan Penambahan CMC dan Sorbitol dengan Penambahan Gelatin dan Gliserol terhadap Edible Film yang Terbuat dari Limbah Cair Tahu Hadistya Suryadri
CHEMPUBLISH JOURNAL Vol. 5 No. 2 (2020): Chempublish Journal
Publisher : Universitas Jambi, Fakultas Sains dan Teknologi, Program Studi Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/chp.v5i2.8872

Abstract

The large number of small tofu industries do not have liquid waste treatment encourage the utilization of their whey become raw of edible film because its protein content. However using only protein as a raw material of edible film resulting brittle, fragile and rigid films. Accordingly, the addition of hydrocolloids such as CMC or gelatin to repair film structure and also addition of plasticizers such as sorbitol and glycerol to improve film elasticity. The aim of this study to determine the effect of ratio concentration CMC-Sorbitol and Gelatin-Glycerol from 1% : 1%, 1% : 3%, 1% : 5%, 3% : 1%, 3% : 3%, 3%: 5%, 5% : 1%, 5% : 3% to 5% : 5% (weight/volume) on the physical properties of whey based films. Film resulted good properties in accordance with the Japan Industrial Standard at using ratio CMC-Sorbitol 1%:3% and ratio Gelatin-Glycerol 3%:3%. Appearance of film with addition of Gelatin-Glycerol 3%:3% relatively more transparent and smooth compared to film with addition of CMC-Sorbitol 1%:3%. Micrograph of CMC-Sorbitol 1%:3% film surfaces observed rough and many cracks and very irregular in structures.
Karakterisasi zeolite dari ampas tebu yang dihasilkan dari reaktor hidrotermal dan aplikasinya pada penyerapan ion logam Pb2+ Lince Muis; Aulia Sanova; Hadistya Suryadri
CHEMPUBLISH JOURNAL Vol. 6 No. 1 (2021): Chempublish Journal
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/chp.v6i1.14597

Abstract

Metode pembuatan zeolit yang umum dan banyak digunakan adalah metode alkali hidrotermal. Dalam penelitian ini proses sintesis zeolit dari ampas tebu menggunakan metode alkali hidrotermal pada temperatur 150 0C dan variasi waktu hidrotermal 8 jam, 16 jam dan 24 jam. Zeolit sintesis yang diperoleh dari metode alkali hidrotermal tersebut dikarakterisasi dengan menggunakan Difraksi Sinar-X dan Mikroskop Pemindai Elektron. Hasilnya adalah zeolit sodalit yang dihasilkan dari variasi waktu hidrotermal 8 jam dengan bentuk kristal kubik berukuran kecil saling berikatan membentuk geometri memanjang. Kemampuan adsorpsi dari zeolit sintetis yang dihasilkan diuji dengan menggunakan ion logam Pb2+. Kapasitas adsorpsi yang dihasilkan adalah 17,5485 mg/g.
POTENSI TKKS SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DAN DIMETIL ETER MELALUI PROSES GASIFIKASI / The Potency of Palm Empty Fruit Bunches as Raw Material for Producing Bioethanol and Dimethyl Ether Using Gasification Process Hadistya Suryadri; Sepriyanti Putri Sumantr; Nazarudin Nazarudin
Perspektif Vol 20, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n2.2021.106-120

Abstract

Perkebunan kelapa sawit mempunyai ketersediaan biomassa yang melimpah, di mana presentasi jumlah tertinggi adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Sehingga TKKS adalah salah satu biomassa yang sangat berpeluang untuk dimanfaatkan. Artikel ini memfokuskan review tentang karakteristik dari biomassa, konversi biomassa, proses gasifikasi TKKS menjadi bioetanol  yang berpontensi sebagai alterhatif  Bahan Bakar Minyak (BBM) dan dimethyl ethyl ether (DME)  yang berpotensi sebagai alternatif  Liquid Petroleum Gas (LPG) beserta potensi nilai tambah yang mengacu pada kendala, peluang serta ketersediaan teknologinya. Sehingga dapat disusun strategi yang mendorong pengembangan TKKS menjadi bioetanol dan DME. Pemanfaatan TKKS melalui jalur konversi termal biomassa dengan teknologi gasifikasi merupakan hal yang tepat karena gasifikasi sangat cocok digunakan untuk mengonversikan TKKS yang memiliki kandungan air cukup besar, yaitu 67%. Laju konversi dan efisiensi proses yang tinggi menjadikan tekonologi gasifikasi untuk pengolahan TKKS sangat potensial untuk diaplikasikan. Proses produksi bioetanol dan DME diawali dengan mensintesa gas sintesis produk gasifikasi menjadi metanol, kemudian dilanjutkan dengan konversi metanol menjadi bioetanol dan DME. Bioetanol dari gasifikasi TKKS diharapkan mampu memenuhi kebutuhan etanol yang diperlukan sebagai campuran untuk bensin dengan tujuan meningkatkan angka oktana dan efisiensi pembakaran pada kendaraan bermotor. Sedangkan DME dari gasifikasi TKKS sebagai salah satu upaya pengurangan ketergantungan impor pada konsumsi Liquefied petroleum gas (LPG) yang terus meningkat. DME memiliki karakteristik hampir sama dengan LPG sehingga dapat digunakan sebagai subsitusi LPG langsung atau digunakan sebagai campuran dengan komposisi massa campuran DME-LPG berkisar 20-30%. Gasifikasi TKKS dari Tandan Buah Segar (TBS) hasil produksi kebun sawit seluas sekitar 163.000 hektaree mampu menghasilkan 140.000 ton/tahun bioetanol dan 170.000 ton/tahun DME dengan keuntungan penjualan US$ 29.604.477/tahun. Diperlukan upaya kerja sama antara pemerintah dan perusahaan pengolahan kelapa sawit untuk dapat mengonversikan TKKS dengan gasifikasi melalui modal bersama agar dapat mendorong percepatan transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) sehingga memperkokoh ketahanan energi Indonesia.ABSTRACT Palm plantations have an abundance of biomass where a Empty fruit Bunches (EFB) is one of the most abundant biomasses that a potential material to be utilized. This paper reviews the characteristics of biomass and its conversion, gasification of EFB to bioethanol and DME along with the potential added value that refers to the constraints, opportunities and availability of the technology. Therefore a strategy can be arranged that encourages the development of EFB into bioethanol and DME. EFB has very high moisture that content 67% water which is suitable to biomass thermal conversion with gasification technology to produce bioethanol and dimethyl ethyl ether (DME) with high conversion rate and high efficiency. In the beginning of the process to produce bioethanol and DME is a conversion of EFB to syngas and then from syngas to methanol. The next step is to convert methanol to bioethanol and DME.  Bioethanol from gasification of EFB gasification is expected to fill a demand of ethanol as addictive to improve a gasoline octane number and to increase a combustion efficiency in motor vehicles. Meanwhile, the physical properties of DME are almost similar to LPG so that DME can be used as a direct substitute for LPG or used as a mixture with LPG in composition of 20-30% -mass. Therefore, DME from gasification of EFB is one of the solutions to reduce Indonesian dependence on imported LPG. Also gasification of EFB able to produce 140,000 tons/year of bioethanol and 170,000 tons/year of DME along the profit is US$ 29,604,477/year. Close cooperation between the government and the palm oil industries are needed to build up energy from EFB through a sharing fund which is necessary in order to accelerate a transition to sustainable energy and to strengthen the energy security of Indonesia.
Karakterisasi Adsorben Kulit Durian Tanpa Modifikasi dan Termodifikasi dengan Pelapisan Lateks untuk Penyerapan Rhodamin B Hadistya Suryadri; Lince Muis; Ronado Lingga
Jurnal Engineering Vol. 1 No. 2 (2019): Volume 1, Nomor 2, Agustus 2019
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2445.511 KB) | DOI: 10.22437/jurnalengineering.v1i2.7586

Abstract

Kulit durian memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai adsorben dalam meminimalisir zat pewarna Rhodamin B sebelum dibuang ke lingkungan melalui proses adsorpsi. Lateks diketahui memiliki stabilitas dan kekuatan mekanik yang baik. Oleh karena itu, modifikasi adsorben kulit durian terlapisi lateks dilakukan dengan harapan mampu meningkatkan daya adsorpsi. Daya adsorpsi ditinjau dengan membandingkan karakteristik yang dihasilkan antara adsorben kulit durian tanpa modifikasi dengan adsorben kulit durian yang dimodifikasi dengan pelapisan lateks. Dilakukan analisa SEM untuk mengetahui morfologi adsorben dan analisa EDS untuk melihat unsur-unsur yang terdapat pada adsorben. Dari hasil analisa terbukti bahwa retakan dan patahan yang terbentuk pada adsorben kulit durian tanpa modifikasi diperbaiki dengan pelapisan lateks, menghasilkan pori-pori yang terdistribusi merata dengan ukuran paling kecil 2,814 μm dan paling besar 4,110 μm serta kadar unsur karbon berjumlah 69,27%. Adorben yang dihasilkan kemudian diuji kinerjanya pada penjerapan zat pewarna rhodamin B dalam kondisi asam. Ketika penjerapan, adsorben terlapisi membentuk gumpalan dan tidak terjadi penjerapan. Karakteristik adsorben setelah penjerapan dianalisa menggunakan SEM-EDS, diketahui bahwa akibat terjadinya penggumpalan lanjutan terbentuk pori-pori berukuran kecil padahal kadar unsur karbon yang terdapat pada adsorben berjumlah besar yaitu 82,35%.
Perbandingan Karakteristik Asap Cair Pada Berbagai Grade Dari Pirolisis Batubara Rendi Yuli Saputra; M. Naswir; Hadistya Suryadri
Jurnal Engineering Vol. 2 No. 2 (2020): Volume 2, Nomor 2, Agustus 2020
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.06 KB) | DOI: 10.22437/jurnalengineering.v2i2.11531

Abstract

Asap cair yang dibuat dari proses pirolisis batubara jenis sub-bituminous dilakukan pada temperatur 280-300oC dengan waktu pirolisis selama 4,5 jam. Selanjutnya dilakukan 2 jenis pemurnian yaitu metode distilasi dan adsorpsi untuk menentukan metode yang paling efektif dalam mendapatkan asap cair grade 1, grade 2 dan grade 3. Diketahui bahwa distilasi merupakan metode yang paling efektif dimana pada proses ini didapatkan persen yield pada grade 3 sebesar 92,5%, grade 2 sebesar 92% dan grade 1 sebesar 97,22%. Hal ini dibuktikan pula dengan analisis menggunakan GC-MS didapatkan bahwa asap cair batubara memiliki kadar asam asetat dan kadar fenol yang tinggi dan kandungan senyawa-senyawa ini berperan penting pada proses pengawetan dan antimikroba.
Aplikasi Asap Cair Batubara Sebagai Koagulan Lateks Serta Pengaruhnya Terhadap Struktur dan Kualitas Lateks Nindi Vintiani; M. Naswir; Hadistya Suryadri
Jurnal Engineering Vol. 3 No. 1 (2021): Volume 3, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (870.678 KB) | DOI: 10.22437/jurnalengineering.v3i1.12151

Abstract

Produktivitas karet di Indonesia memiliki nilai yang rendah baik dalam segi kuantitas maupun kualitas bila dibandingkan dengan negara lain produsen karet seperti Malaysia dan Thailand. Kurangnya pengetahuan petani karet terhadap proses pengolahan bahan olahan karet dan proses koagulasi lateks, menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu karet di Indonesia. Pada penelitian ini, asap cair batubara grade III dan non grade dengan masing-masing konsentrasi sebesar 10%, 25%, 45%, 50%, dan 60%, digunakan sebagai koagulan lateks untuk memperoleh penggumpalan dan kualitas karet yang baik. Koagulum karet yang dihasilkan digiling dan dikering anginkan. Selanjutnya dilakukan pengukuran kualitas menggunakan merode SNI-06-1903-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair batubara grade III dan nongrade dapat menggumpalkan lateks dengan baik dimulai pada konsentrasi asap cair batubara grade III dan non grade 25%. Semakin tinggi konsentrasi asap cair batubara grade III dan nongrade yang digunakan, maka semakin kecil: kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, serta warna koagulum karet semakin kecoklatan hingga kehitaman stelah beberapa waktu. Dalam penelitian menunjukkan bahwa asap cair batubara grade III 10% dan non grade 10% dan 25% tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena rendahnya kandungan senyawa asam dalam asap cair, sehingga pada penyimpanan selama 5 hari tumbuh belatung pada koagulum. Konsentrasi asap cair batubara baik grade III maupun non grade yang optimal dalam koagulasi lateks yaitu konsentrasi 45%, konsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar akan tetapi karet yang dihasilkan dari proses koagulasi memiliki kualitas yang baik dan memenuhi standar SNI. Struktur karet dipengaruhi oleh kualitasnya, semakin rendah kualitas karet maka karet akan semakin berongga karna penggumpalannya tidak dapat terjadi secara sempurna, akibatnya karet akan berongga dan mudah putus apabila ditarik.
Pengaruh Berat Unggun terhadap Efisiensi dan Kapasitas Adsorpsi Zat Warna Rhodamin B dengan Sistem Kontinyu Taufiku Rahman; Lince Muis; Hadistya Suryadri
Jurnal Engineering Vol. 4 No. 1 (2022): Volume 4, Nomor 1, Januari 2022
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jurnalengineering.v4i1.18942

Abstract

Kolom adsorpsi sistem kontinyu dengan arah upflow digunakan untuk menurunkan konsentrasi zat pewarna Rhodamin B menggunakan adsorben yang terbuat dari kulit durian terlapisi lateks. Adsorpsi dilakukan selama 60 menit dengan waktu pengambilan sampel setiap 20 menit. Berat unggun adsorben divariasikan yaitu 29,68 gr; 46,74 gr; 63,48 gr; 90,15 gr dan 110,28 gr. Konsentrasi Rhodamin B setelah proses adsorpsi diukur menggunakan Spektrofotomer UV-Vis sehingga dapat diketahui kapasitas dan efisiensi adsorpsinya. Jumlah kapasitas adsorpsi akan berbanding terbalik dengan efisiensi adsorpsi. Didapat kapasitas adsorpsi paling besar yaitu 490,73 mg/g pada penggunaan berat unggun 46,74 gram sementara efisiensi adsorpsi terbesar yaitu 67,53% dengan menggunakan unggun adsorben 110,28 gr.
Pengaruh Jenis Pelarut dan Temperatur terhadap Ekstrak Minyak Kopi Arabika Tidak layak Jual dari Perkebunan Kerinci-Provinsi Jambi serta Karakterisasinya sebagai Bahan Baku Biodiesel Pendriadi Pendriadi; Hadistya Suryadri; Lince Muis
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol 13 No 1 (2023): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : Pusat Publikasi Ilmiah, STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v13i1.856

Abstract

Setiap pemanenan terdapat biji kopi cacat sebanyak 20% dari total produksi kopi. Kecacatan pada biji kopi menyebabkan kopi menjadi tidak layak jual dan dibuang begitu saja oleh petani. Oleh karena itu biji kopi Arabika tidak layak jual dari perkebunan di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dimanfaatkan untuk diambil minyaknya melalui metode ekstraksi sokletasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan ekstrak minyak kopi paling optimum dengan menggunakan pelarut yang indeks kepolarannya bervariasi yaitu heksana, kloroform dan metanol dengan berbagai temperatur ekstraksi yaitu 60, 65, 70, 75 dan 80oC. Ekstrak minyak yang didapat kemudian dianalisa karakteristiknya berupa densitas dan jumlah asam lemak bebas sebagai syarat kelayakan menjadi bahan baku biodiesel. Diantara penggunaan pelarut heksana (indeks kepolaran 0,1), kloroforom (indeks kepolaran 4,1) dan metanol (indeks kepolaran 5,1), heksana yang lebih optimal mengekstrak minyak kopi dengan jumlah rendemen 13,78%. Ekstraksi yang dilakukan pada variasi temperatur didapatkan rendemen ekstrak tertinggi dengan pelarut metanol yaitu 11,1% dan heksana yaitu 13,78% ketika dilakukan ekstraksi pada temperatur 70oC. Jumlah rendemen akan menurun seiring kenaikan temperatur ekstraksi. Namun semakin besar % rendemennya juga menghasilkan jumlah asam lemak bebas (% FFA) yang tinggi yaitu sekitar 12-22%. Densitas yang dihasilkan dari ekstraksi dengan ketiga pelarut menunjukkan hasil densitas yang lebih besar daripada 1 g/ml.
PEMANFAATAN ZAT WARNA MERAH ANTOSIANIN DARI EKSTRAK BUAH NAGA SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA PENGRAJIN BATIK KELURAHAN MUDUNG KECAMATAN PELAYANGAN JAMBI Lince Muis Ismet; Hadistya Suryadri; Dastrinal Tessal; Ade Nurdin
Jurnal Pengabdian Masyarakat Pinang Masak Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tim Pelaksana Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) dengan bermitra Pengrajin Batik Kelompok Kube Anting Putri Kelurahan Mudung Laut Kecamatan Pelayangan Jambi, melakukan pengolahan limbah kulit buah naga merah menjadi pewarna alami untuk nantinya digunakan sebagai pewarna merah pada batik produksi mereka.  Untuk memperoleh pewarna alami tersebut kelompok pengrajin batik Kube Anting Putri akan dibekali dengan praktek pembuatan pewarna alami dari kulit buah naga mereka. Mereka akan diperkenalkan bagaimana mengambil zat warna antosianin atau zat warna merah dalam ekstrak kulit buah naga merah tersebut  Selama ini para pengrajin batik di daerah Mudung Laut menggunakan pewarna sintetis pada proses pewarnaan batik mereka.  Hal tersebut sering kali menimbulkn permasalahan terutama di limbah cair yang mereka hasilkan karena menggunakan pewarna sintetis yang berbahaya .  Pewarna sintetis banyak mengandung senyawa rhodamin B yang akan sangat berbahaya apabila terakumulasi diatas ambang batas dalam air.  Karena dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi masyarakat sekitar.  Sehingga luaran  dari kegiatan program pengabdian masyarakat (PPM) ini adalah diperolehnya pewarna alami dari ekstrak buah naga sebagai zat warna merah alami yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pewarna merah alami pada batik yang diproduksi.