Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA Arrilia Putri Pramadita; Arinta Puspita Wati; Hexanto Muhartomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.595 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23782

Abstract

Latar Belakang: Lanjut usia sering mengalami penurunan fungsi kognitif yang menyebabkan penurunan persepsi, sensori, respon motorik dan penurunan reseptor propioseptif pada sistem saraf pusat (SSP) sehingga dapat menyebabkan gangguan keseimbangan postural. Penelitian mengenai hal ini belum banyak diteliti khususnya di Jawa Tengah. Tujuan: : Untuk mengetahui hubungan fungsi kogntiif dengan gangguan keseimbangan postural pada lansia. Metode: Penelitian observasional dengan rancangan belah lintang. Pengambilan sampel menggunakan consequtive sampling. Subjek penelitian adalah lansia berusia 60-80 tahun, dapat berjalan tanpa alat bantu dan tidak memiliki riwayat depresi, stroke, Parkinson, trauma kepala serta tidak ada kelemahan/cacat tungkai. Penelitian dilaksanakan di Unit Pelayanan Sosial Pucanggading dan di Kelurahan Sampangan (Bendan Ngisor) Kota Semarang periode bulan April-Mei 2018. Subjek penelitian diperiksa fungsi kognitif menggunakan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCa-Ina) dan tes keseimbangan menggunakan test Rmberg dan R omberg dipertajam. Faktor perancu dalam penelitian ini adalah BMI ( Body Mass Index), diabetes melitus, hipertensi dan aktivitas fisik. Data dianalisis dengan uji Chi -Square. Hasil dianggap bermakna bila nilai p<0,05. Hasil: Didapatkan hubungan bermakna antara fungsi kgnitif dengan gangguan keseimbangan postural pada lansia (p=0,016). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara faktor perancu terhadap gangguan keseimbangan postural pada lansia. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara fugnsi kogntif dengan gangguan keseimbangan postural pada lansia.Kata Kunci: Gangguan Keseimbangan Postural, Fungsi Kognitif, Moca-Ina, Test Romberg, Test Romberg Dipertajam.
CLINICAL AND HISTOPATHOLOGICAL CHARACTERISTICS OF PRIMARY BRAIN TUMOR DISEASE IN RSUP DR. KARIADI SEMARANG Madani Hastutyosunu; Trianggoro Budisulistyo; Arinta Puspita Wati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.986 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i3.27511

Abstract

Introduction: Primary brain tumour is one of the non-communicable diseases that ranks 17th of all types of cancer in the world with an estimated 256,000 new cases each year. The incidence in North America, Europe and Australia is quite high with an estimated 4-8 new cases per 100,000 population per year. The incidence in continental countries of Asia and Africa is less compared to developed countries. The low incidence and mortality of brain tumours in the continents of Asia and Africa, especially in Indonesia, is thought to be due to the low reports of brain tumour disease from some of these countries, so as to increase knowledge and management of brain tumour plenary services in Indonesia, accurate hospital clinical data is needed. Objective: This study aims to look at the frequency of events, symptoms and clinical signs, histopathological characteristics, the stage at diagnosis, and compare the incidence of primary brain tumours in men and women. Methods: This study used a descriptive observational study design that uses data on primary brain tumour patients in the period of January 2017 - December 2018. Data collected includes clinical symptoms and signs, histopathological characteristics, and tumour tissue characteristics. Results: From 72 patients with primary brain tumour, only 36 (50%) of data can be used as samples due to the completeness of the medical record. The most common clinical symptoms and signs are headache, followed by limb disorders, and visual impairment. The most common histopathological features are Astrocytic tumour with a ratio of 17: 5 for men and women respectively. Conclusion: Primary brain tumours in RSUP Dr. Kariadi Semarang is often found with symptoms of headache followed by limb disorders and visual impairment, with a type of Astrocytic tumour that is more commonly found in men.
PERBEDAAN JENIS KELAMIN SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP KELUARAN KLINIS PASIEN STROKE ISKEMIK Ignatius Eka Perwira Wicaksana; Arinta Puspita Wati; Hexanto Muhartomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.744 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18583

Abstract

Latar Belakang : Stroke merupakan salah satu masalah dalam kesehatan yang dapat mengakibatkan penderitanya mengalami penurunan kualitas hidup. Sebagian besar kasus stroke dan yang sering dijumpai merupakan stroke jenis iskemik. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi. Adanya perbedaan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, diduga memberikan keluaran klinis yang berbeda pula pada pasien stroke iskemik.Tujuan  : Menganalisa perbedaan keluaran klinis pasien stroke iskemik berjenis kelamin laki-laki dan perempuanMetode : Penelitian cross-sectional dilaksanakan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel penelitian ini adalah pasien stroke iskemik akut yang ditegakkan dengan CT Scan yang menjalani rawat inap dengan jumlah sampel laki-laki dan perempuan masing-masing 15 orang.. Keluaran klinis diukur dengan Barthel Index. Uji hipotesis yang digunakan adalah Independent t-sample test dan ANOVA.Hasil    : Rerata skor Barthel Index pada kelompok berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 69,67 ± 6,39 dan rerata skor Barthel Index pada kelompok berjenis kelamin perempuan adalah sebesar 62,67 ± 5,30. Dari hasil didapatkan keluaran klinis yang lebih baik pada pasien stroke iskemik berjenis kelamin laki-laki dengan p<0,005 pada independent t-sample test. Pada penelitian ini juga diperhatikan faktor perancu usia dan kebiasaan merokok. Setelah dilakukan analisis, usia dan kebiasaan merokok tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini.Simpulan : Adanya perbedaan yang bermakna dari keluaran klinis pada pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pasien stroke iskemik berjenis kelamin laki-laki memiliki keluaran klinis yang lebih baik dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan.
PENGARUH BERMAIN VIDEO GAME KINETIK SIMULASI TARI SEBAGAI EXERGAME TERHADAP KELINCAHAN Sarah Fauzianisa; Tanjung Ayu Sumekar; Arinta Puspita Wati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.71 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15943

Abstract

Latar Belakang Exergame mengharuskan pemainnya untuk menggerakkan fisiknya secara aktif. Simulasi tari merupakan exergame yang populer dan menuntut pemainnnya untuk memiliki koordinasi visual dan motorik, dengan salah satu parameter yang bisa diukur untuk mengevaluasi adalah kelincahan.Tujuan Membuktikan pengaruh bermain video game kinetik simulasi tari terhadap kelincahan.Metode Penelitian eksperimental dengan two-groups pre-test and post-test design ini dilakukan di Semarang pada bulan Januari 2016 terhadap 18 mahasiswi FK yang dibagi menjadi 9 subjek kelompok perlakuan dengan latihan bermain exergame selama 30 menit, 2 kali tiap minggu dan 9 subjek kelompok kontrol tanpa exergame. Pengambilan data terhadap kedua kelompok dilakukan pada minggu ke-0 dan akhir minggu ke-8.Hasil Kelompok yang bermain exergame memiliki rerata kelincahan yang lebih baik (17,8±1,68 detik pre, 12,0±1,06 detik post; p=0,008) dibandingkan kelompok tanpa exergame (17,7±1,91 detik pre, 16,9±1,65 detik post; p=0,008). Nilai post-test kelincahan kelompok perlakuan juga lebih baik (12,0±1,06 vs 16,9±1,65 detik; p<0,001). Kelompok perlakuan juga memiliki indeks kelincahan yang lebih baik yaitu 7(38,9%) subjek dengan nilai sangat baik dan 2(11,1%) subjek dengan nilai di atas rata-rata, sementara pada kelompok kontrol, 7(38,9%) subjek tergolong rata-rata dan 2(11,1%) tergolong rata-rata. (p<0,001).Kesimpulan Bermain video game kinetik simulasi tari sebagai exergame berpengaruh terhadap kelincahan. Terdapat perbedaan kelincahan yang bermakna antara mahasiswi yang bermain exergame dengan yang tidak.
PENGARUH SUPLEMENTASI ZINK TERHADAP KELUARAN KLINIS PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT Naafi Rizqi Rahmawati; Arinta Puspita Wati; Retnaningsih Retnaningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.574 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15558

Abstract

Latar belakang : Zink ikut berperan dalam patofisiologi stroke iskemik akut. Pasien stroke iskemik akut memiliki kadar zink serum yang signifikan lebih rendah dibandingkan kontrol orang sehat. Status penurunan zink dihubungkan dengan keluaran klinis neurologis yang buruk pada pasien stroke iskemik akut.Tujuan : Mengetahui pengaruh suplementasi zink terhadap keluaran klinis pasien stroke iskemik akutMetode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan double blind randomize clinical trial dengan rancangan two groups parallel pre and post test control group design. Subjek penelitian ini adalah pasien stroke iskemik akut yang dirawat di Unit Stroke Rajawali 1A RSUP Dr Kariadi Semarang. Sebanyak 40 pasien stroke iskemik akut yang setuju mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria inklusi terbagi menjadi dua kelompok, perlakuan dan kontrol. Pada hari pertama penelitian kedua kelompok sama-sama diukur keluaran klinis awal dan kadar zink serum awal. Kelompok perlakuan (20orang) diberi suplemen zink 20 mg/8 jam selama 7 hari, sedangkan kelompok kontrol (20 orang) diberi terapi sesuai prosedur yang ada di rumah sakit. Pada hari ketujuh kedua kelompok sama-sama diukur kembali keluaran klinisnya dan kadar zink serum setelah mendapat perawatan.Uji statistik menggunakan uji t-berpasangan, wilxocon, dan spearman.Hasil : Terjadi peningkatan kadar zink serum pada kelompok perlakuan. Rata-rata peningkatan kadar zink serum pada kelompok perlakuan sebesar 36,2 μg/dl. Hasil tersebut secara statistik merupakan nilai yang bermakna yaitu 0,000. Terjadi perbaikan keluaran klinis pada kelompok perlakuan. Rata-rata peningkatan keluaran klinis pada kelompok perlakukan adalah 14. Hasil tersebut secara statistik merupakan nilai yang bermakna yaitu 0,000. Terdapat nilai yang bermakna antara pemberian suplementasi zink dengan keluaran klinis pasien stroke iskemik akut yaitu 0,000 dan terdapat korelasi positif yaitu 0,797.Kesimpulan : Pemberian suplementasi zink berpengaruh terhadap keluaran klinis pasien stroke iskemik akut
Vitamin D Status In Epileptic Adults With Valproic Acid Therapy At The Neurology Clinic, Diponegoro National Hospital, Semarang Santoso Jaeri; Adelia Putri Maharani; Dwi Ngestiningsih; Arinta Puspita Wati; Hasna Syariva
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol 6, No 2 (2021): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/bikdw.v6i2.431

Abstract

Background Epilepsy is a brain disease characterized by repeated unprovoked seizures at least two times with an interval of more than 24 hours between the first seizure and subsequent seizures. Valproic acid is an anti-seizure drug. Long-term use of valproic acid may be associated with metabolic disorders such as weight gain, and lipid profile changes, including vitamin D levels.Objectives To determine the correlation between the duration of valproic acid therapy and serum vitamin D levels in adults using valproic acid.Methods An observational analytic study with a cross-sectional design. The demographic and duration of valproic acid use were determined using questioner, and the serum vitamin D levels were measured using the ELISA method. The normality test was carried out using the Shapiro-Wilk test and then continued with the Pearson test to determine the correlation between the duration of valproic acid therapy and serum vitamin D levels. The results showed significance if the p-value <0.05.Results The mean serum vitamin D level among subjects was low (16.44+4,24 ng/mL), furthermore, there is no significant correlation between the duration of valproic acid therapy and serum vitamin D levels (p=0.956, r=-0,011).Conclusion There is vitamin D deficiency among adults with epilepsy but, the duration of valproic acid therapy does not correlate with serum vitamin D levels.