Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PERBEDAAN ANTARA PEMBERIAN EKSTRAK HERBAL (DAUN SALAM, JINTAN HITAM DAN DAUN SELEDRI) DENGAN ALLOPURINOL TERHADAP KADAR IL-6 DAN TNF SERUM PENDERITA HIPERURISEMIA Dwi Ngestiningsih; Ira Widiastuti; Tri Wahyu; Suyanto Hadi; Bantar Suntoko
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 1 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.847 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i1.36

Abstract

Latar Belakang : Hiperurisemia akan memacu produksi sitokin proinflamasi TNF-±, IL-1 dan IL-6, yang akan memacu penarikan lekosit ke daerah deposit kristal monosodium urat dan melipatgandakan respon inflamasi. Daun salam (Eugenia polyantha), seledri (Apium graveolens) dan biji jinten hitam (Nigella sativa) dapat menurunkan respon inflamasi. Ketiga tanaman ini banyak di Indonesia namun sampai saat ini belum dilakukan uji klinik pada manusia. Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah pemberian formula ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 dan TNF-± serum penderita hiperurisemia dibandingkan allopurinol. Metode: Desain penelitian adalah double blind randomised clinical trial (RCT), dilaksanakan Februari–Desember 2007. Subyek penelitian adalah penderita hiperurisemia usia ³ 18 tahun yang berobat di poliklinik/rawat inap penyakit dalam dan geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelola. Dilakukan pemeriksaan kadar IL-6 dan TNF-± serum dengan cara ELISA sebelum dan setelah 4 minggu perlakuan. Hasil: Sampel sebanyak 22 orang kelompok herbal dan 22 orang kelompok allopurinol. Rerata kadar IL-6 dan TNF-± awal kelompok herbal 214,58pg/dl dan 43,2 pg/dl sedangkan kelompok allopurinol 231,8pg/dl dan 32,6pg/dl. Rerata kadar IL-6 dan TNF-± akhir kelompok herbal 192,15 pg/dl dan 32,9pg/dl sedangkan kelompok allopurinol 203,8pg/dl dan 29,5pg/dl. Rerata delta kadar IL-6 dan TNF-α kelompok ekstrak herbal -22,43pg/dl dan -27,9pg/dl (p 0,887) sedangkan kelompok allopurinol 10,3pg/dl dan 3,10pg/dl (p 0,439). Kesimpulan: Ekstrak herbal penurun asam urat dapat menurunkan kadar IL-6 dan TNF-± serum penderita hiperurisemia, tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pemberian allopurinol. Kata kunci : IL-6, TNF-±, Eugenia polyantha, Apium graveolens, Nigella sativa
Pengaruh Pemberian Suplementasi Zink Terhadap Kadar Albumin Serum Dan Hemoglobin Pada Lansia Meutia Setyowati Mahanani Lestari; Erwin Prasetyo Ardy; Dwi Ngestiningsih; Amallia N Setyawati
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 4 No. 2 (2017): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.41 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v4i2.316

Abstract

Latar belakang: Lansia rentan mengalami penurunan albumin dan hemoglobin akibat defisiensi nutrisi, degenerasi organ, serta peningkatan oksidan dalam tubuh. Zink adalah mikromineral esensial yang berperan sebagai kofaktor enzim, hepatoprotektor, antioksidan serta penyusun ALA dehydrogenase, sebuah metalloenzim penting pada sintesis heme. Pemberian suplementasi zink diharapkan dapat meningkatkan kadar albumin dan hemoglobin lansia. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian suplementasi zink terhadap kadar albumin dan hemoglobin serum pada lansia Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre and post test control group design. Sampel adalah lansia berusia diatas 60 tahun yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.Sebanyak 31 lansia yang setuju mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Kelompok perlakuan (16 orang) diberi suplemen zink 40 mg perhari dan senam lansia, sedangkan kelompok kontrol (15 orang) diberi plasebo dan senam lansia. Pemberian suplementasi dilakukan setiap hari selama delapan minggu sedangkan senam lansia dua kali seminggu selama delapan minggu. Sebelum dan setelah penelitian, dilakukan analisa kadar albumin dan hemoglobin serum. Uji statistik menggunakan Wilcoxon dan paired t-test Hasil: Kadar albumin pada kedua kelompok penelitian mengalami kenaikan. Pada kelompok perlakuan kadar albumin meningkat sebesar 0,5 ± 0,23 g/dL (p<0,001) sedangkan pada kelompok kontrol meningkat sebesar 0,2 ± 0,61 g/dL (p= 0,175). Peningkatan hemoglobin hanya ditemukan pada kelompok perlakuan, yaitu sebesar 0,7 ± 0,14 (p=0,002). Pada kelompok komtrol, kadar hemoglobin turun sebesar 0,2 ± 0,66 (p=0,667) Kesimpulan: Pemberiansuplementasi zink dapat meningkatkan kadar albumin dan hemoglobin serum lansia. Kata kunci: Penuaan, lansia, zink, albumin, zink
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL SERUM TIKUS SPRAGUE DAWLEY SETELAH PEMBERIAN PAPARAN ASAP ROKOK Lalita Kahirunnisa; Dwi Ngestiningsih; Ammallia N. Setyawati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.372 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14805

Abstract

Latar belakang : Kolesterol low density lipoprotein (LDL) memiliki peran besar dalam perkembangan penyakit kardiovaskuler. Peningkatan kolesterol LDL dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah paparan asap rokok. Jintan hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman herbal dengan berbagai khasiat, misalnya memperbaiki profil lipid termasuk kadar kolesterol LDL serum.Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap kadar kolesterol LDL serum tikus Sprague Dawley yang diberi paparan asap rokok.Metode : Penelitian ini bersifat true experimental dengan post test only control group design. Setelah diadaptasi, 24 ekor tikus Sprague Dawley dibagi dalam 4 kelompok. Semua kelompok diberi pakan standar dan air ad libitum selama 28 hari. Kelompok K1 merupakan kontrol negatif, K2 diberi paparan asap rokok 4 batang/hari, P1 diberi paparan asap rokok 4 batang/hari dan 500 mg ekstrak jintan hitam, P2 diberi paparan asap rokok 4 batang/hari dan 0,2 mg simvastatin. Kadar kolesterol LDL serum diukur dengan metode enzimatik pada hari ke-29. Uji statistik menggunakan uji one way Anova.Hasil : Rerata kadar kolesterol LDL serum kelompok K1 sebesar 25,20 ± 2,63, K2 sebesar 26,60 ± 3,35, P1 sebesar 23,78 ± 2,05, dan P2 sebesar 26,75 ± 2,28. Hasil uji one way Anova tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antar kelompok K1, K2, P1, dan P2 (p > 0,05). Temuan menarik penelitian ini adalah kadar kolesterol LDL serum yang lebih rendah pada pemberian ekstrak jintan hitam dibandingkan dengan pemberian simvastatin, sehingga ekstrak jintan hitam dapat dijadikan terapi adjuvan.Simpulan : Ekstrak jintan hitam berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kadar kolesterol LDL serum tikus Sprague Dawley yang diberi paparan asap rokok.
ANALISIS EKSTRAK BUAH KIWI (ACTINIDIA DELICIOSA) PADA KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Rizky Amalia; Amallia N. Setyawati; Dwi Ngestiningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.194 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18630

Abstract

Latar Belakang: Buah kiwi merupakan buah yang kaya akan antioksidan dan memiliki banyak khasiat untuk tubuh. Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas yang dapat merusak sel. Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal jika digunakan dengan dosis berlebih. Aktivitas antioksidan dari buah kiwi dapat mengurangi kerusakan ginjal akibat toksisitas parasetamol.Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak buah kiwi (Actinidia deliciosa) terhadap kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar jantan yang diinduksi parasetamol.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan pendekatan the post test-only control group design. Penelitian ini menggunakan lima kelompok, 1 kelompok kontrol negatif, 1 kelompok kontrol positif dan 3 kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif mendapat pakan standar, kelompok kontrol positif mendapat pakan standar serta diinduksi parasetamol dan kelompok perlakuan mendapat pakan standar, ekstrak buah kiwi dosis berbeda untuk setiap kelompok perlakuan serta diinduksi parasetamol.Hasil: Rerata kadar ureum pada kelompok kontrol negatif adalah 37,65 ± 2,68 mg/dl sedangkan rerata kelompok kontrol positif adalah  35,03 ± 8,86 mg/dl. Rerata kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif adalah 0,40 ± 0,06 mg/dl sedangkan rerata kelompok kontrol positif adalah 0,45 ± 0,05 mg/dl. Ekstrak buah kiwi dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin tikus. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar ureum antar kelompok (p=0,187). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar kreatinin antar kelompok (p=0,091).Kesimpulan: Parasetamol tidak terbukti meningkatkan kadar ureum pada penelitian ini, namun parasetamol terbukti meningkatkan kadar kreatinin. Pemberian ekstrak buah kiwi tidak menurunkan kadar ureum dan kreatinin tikus secara signifikan.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Nurul Eka Putri; Fathur Nur Kholis; Dwi Ngestiningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.332 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20693

Abstract

Latar Belakang: Terdapat 30% penduduk dunia terinfeksi bakteri Tuberkulosis dan Indonesia merupakan 10 negara dengan insidensi TB terbanyak. Penderita TB memiliki gejala utama yaitu batuk lama, disertai dengan demam, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kelelahan, serta keringat malam. Pengobatan TB membutuhkan waktu selama 6 bulan dengan banyak jenis obat. Gejala dan pengobatan yang kompleks akan mengakibatkan perubahan pada tingkat stress serta kualitas hidup pasien. Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup pasien Tuberkulosis di RSUP Dr. Kariadi, Semarang.Metode: Penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional dilaksanakan di Poli DOTS-TB RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel penelitian merupakan pasien tuberkulosis RSUP Dr. Kariadi Semarang (n=60) yang menajalani pengobatan minimal 1 bulan. Responden diberi informed consent, mengisi kuesioner data pribadi, Depression Anxiety Stress Scale (DASS), dan The St George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ). Analisis hubungan yang digunakan adalah uji Chi-square, uji Mann-Whitney, dan uji Spearman.Hasil: Sebanyak 60% responden memiliki tingkat stress normal, 23% tingkat stress ringan, 8% tingkat stress sedang, 5% tingkat stress parah, dan 3% tingkat stress sangat parah. Sebanyak 32% responden memiliki kualitas hidup baik dan 68% memiliki kualitas hidup tidak baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara gejala dengan kualitas hidup (p=0,034). Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, lama pengobatan, jenis kelamin, status gizi, pekerjaan, status pernikahan, status ekonomi, dan efek samping obat dengan kualitas hidup. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status bakteriologis dengan tingkat stress dan kualitas hidup. Korelasi signifikan ditemukan antara tingkat stress dengan kualitas hidup (p=0,007) dengan korelasi cukup dan searah (r=0,476).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kualitas hidup pasien tuberkulosis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
HUBUNGAN ANTARA KADAR VITAMIN D DENGAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA PADA LANSIA Nafisah Zahra; Andrew Johan; Dwi Ngestiningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.04 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23348

Abstract

Latar Belakang: Pada lanjut usia radikal bebas bertanggung jawab terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vitamin D3 memiliki aktivitas antioksidan.Vitamin D3 telah dibuktikan sebagai antioksidan yang menghambat lipid yang diinduksi besi peroksidasi liposom otak.Vitamin D3 sistemik menekan lipid yang tinggi.Aktivitas peroksidasi diamati pada tikus kekurangan vitamin D3dimana terjadi peningkatan penanda stres oksidatif, salah satunya adalah malondialdehid (MDA).Selain itu, vitamin D3 telah dilaporkan mengurangi stres oksidatif dengan menaikkan pertahanan antioksidan sistem, termasuk kandungan glutation, glutation peroksidase, dan superokside dismutase pada astrosit dan di hati. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dengan kadar MDA plasma pada lansia Metode: penelitian ini menggunakan design cross sectional dengan mengambil subyek secara consecutive samplingdari beberapa posyandu lansia di kota Semarang. Pemeriksaan kadar Vitamin D dilakukan dengan metode ELISA ,sedangkan pemeriksaan kadar MDA plasma dilakukan dengan metode TBARS. Hasil: terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Vitamin D dengan kadar MDA plasma (p : 0,021) dengan nilai korelasi cukup (r : -0,364) hal ini menunjukkan semakin tinggi kadar Vitamin D pada lansia berkorelasi dengan menurunnya aktivitas peroksidasi lipid yang ditandai dengan menurunnya kadar malondialdehid (MDA) plasma. Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Vitamin D dengan kadar MDA plasma pada lansiaKata Kunci: Lansia, Vitamin D, MDA, peroksidasi lipid.
UJI EFEKTIVITAS VITAMIN C DALAM MENINGKATKAN KADAR SUPEROKSIDA DISMUTASE (SOD) PLASMA TIKUS SPRAGUE DAWLEY YANG TERPAPAR HEAT STRESS Tinanda Tarigan; Lusiana Batubara; Dwi Ngestiningsih
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.584 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21281

Abstract

Latar Belakang Superoksida dismutase (SOD) merupakan enzim pertama dalam mekanisme pertahanan terhadap superoksida. Paparan heat stress dapat menurunkan kadar SOD yang dapat memicu timbulnya stres oksidatif. Antioksidan tambahan dari luar tubuh diperlukan dalam kondisi ini. Vitamin C merupakan senyawa yang telah dikenal secara luas sebagai antioksidan. Pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar SOD.Tujuan Membuktikan efektivitas pemberian vitamin C dalam meningkatkan kadar SOD plasma tikus Sprague Dawley yang terpapar heat stress.Metode Penelitian ini merupakan true experimental randomized post test only control group design. Sampel berjumlah 12 ekor tikus Sprague Dawley jantan yang memenuhi kriteria dan dibagi dalam dua kelompok; kelompok K diberikan paparan heat stress pada suhu 430C selama 70 menit, dan kelompok P diberikan vitamin C 0,075 mg/gBB 2 jam sebelum diberi paparan heat stress 430C selama 70 menit. Tikus kemudian diterminasi dan diambil darahnya melalui plexus retroorbital. Plasma yang diperoleh dilakukan pengukuran kadar SOD dengan metode ELISA. Data dianalisis dengan uji t tidak berpasangan.Hasil Rerata kadar SOD plasma: kelompok K sebesar 12.88 ± 2.89 ng/ml; kelompok P sebesar 18.82 ± 5.22 ng/ml. Pada uji t tidak berpasangan didapatkan nilai signifikan (p<0.05) dengan nilai p=0.022.Kesimpulan Vitamin C terbukti efektif meningkatkan kadar SOD plasma tikus Sprague Dawley yang terpapar heat stress secara signifikan.
JENIS – JENIS EFEK SAMPING PENGOBATAN OAT DAN ART PADA PASIEN DENGAN KOINFEKSI TB/HIV DI RSUP dr. KARIADI Josephine Natalie; Fathur Nur Kholis; Dwi Ngestiningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.712 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14622

Abstract

Latar belakang : Tuberkulosis (TB) di Indonesia masih menduduki peringkat kedua di dunia dan merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV AIDS (ODHA). Untuk menurunkan risiko kematian pada pasien koinfeksi TB/HIV, World Health Organization (WHO) merekomendasikan regimen anti TB berbasis rifampisin dan regimen antiretroviral berbasis efavirenz sebagai terapi lini pertama. Penggunaan bersama kedua regimen ini menyebabkan high pill burden, peningkatan risiko interaksi obat, dan efek samping yang tumpang tindih.Tujuan : Mengetahui frekuensi dan jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART serta karakteristik pasien yang mengalami kejadian efek samping di RSUP dr.Kariadi Semarang.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Sampel diperoleh dari data catatan medik pasien dengan koinfeksi TB/HIV yang menjalani rawat inap dan rawat jalan yang termasuk dalam kriteria inklusi di RSUP dr.Kariadi Semarang pada tahun 2013-2015. Analisis data menggunakan uji chi square dan rasio prevalensi.Hasil : Sebanyak 90 rekam medis menjadi sampel penelitian. Kejadian efek samping obat terjadi pada 21 pasien (23,3%) dan efek samping yang ditemukan antara lain gejala gastrointestinal (10%), hepatotoksisitas (6,7%), kelainan hematologik (6,7%), kelainan neuropsikiatri (5,6%), kelainan kulit (4,5%), neuropati perifer (2,2%), dan lipodistrofi (1,1%). Lama pengobatan kurang dari 6 bulan merupakan faktor risiko efek samping obat (p=0,000).Kesimpulan : Efek samping pada pengobatan OAT dan ART yang ditemukan adalah gejala gastrointestinal, hepatotoksisitas, kelainan hematologik, kelainan neuropsikiatri, kelainan kulit, neuropati perifer, dan lipodistrofi. Lama pengobatan kurang dari 6 bulan merupakan faktor risiko efek samping obat.
POLA KEJADIAN PENYAKIT KOMORBID DAN EFEK SAMPING OAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RSUP DR. KARIADI Ivona Oliviera; Fathur Nur Kholis; Dwi Ngestiningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.543 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14483

Abstract

Latar belakang : Tuberkulosis adalah penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Pengobatan tuberkulosis ini membutuhkan strategi kombinasi obat antituberkulosis (OAT). Terjadinya efek samping OAT sering kali mengganggu hasil pengobatan. Efek samping ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penyakit komorbid.Tujuan : Mengetahui pola kejadian penyakit komorbid dan kejadian efek samping OAT di RSUP dr. KariadiMetode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Sampel menggunakan data catatan medik pasien tuberkulosis yang menjalani pengobatan OAT lini pertama di RSUP dr. Kariadi Semarang tahun 2015Hasil : Dari 167 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 30 sampel mengalami efek samping dan 137 sampel sisanya tidak. Efek samping terbanyak adalah mual dan muntah. Dari 30 sampel tersebut, 18 sampel memiliki penyakit komorbid. Penyakit terbanyak adalah diabetes, yaitu sebanyak 7 sampel. Karakteristik dari sampel yang mengalami efek samping berjenis kelamin perempuan (53,5%), usia 40-59 tahun (53,3%), lama pengobatan 3-4 bulan (43,4%), dan IMT <18,5 (70%). Ditemukan hubungan tidak bermakna antara penyakit komorbid dengan kejadian efek samping dengan p= 0,871.Kesimpulan : Frekuensi efek samping OAT adalah 18% dengan mual dan muntah yang terbanyak. Frekuensi penyakit komorbid pada sampel total adalah 58,7% dan HIV adalah yang terbanyak. Dari sampel efek samping, frekuensi penyakit komorbid adalah 60% dan yang terbanyak adalah diabetes. Karakteristik pasien dengan efek samping adalah perempuan, rentang usia 40-59 tahun, dan IMT<18,5. Ditemukan hubungan tidak bermakna antara penyakit komorbid dan efek samping obat.
PERBEDAAN POLA KLINIK TUBERKULOSIS PULMONAL DAN EKSTRA PULMONAL PADA PASIEN USIA DEWASA DAN GERIATRI Medita Muzwar; Fatur Nur Kholis; Dwi Ngestiningsih
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.005 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i2.11599

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is a widespread health problem in the world, including Indonesia. TB infects a wide range of ages, including the elderly. The factors of mortality and morbidity due to TB in Indonesia are caused by inadequate drug using, comorbid disease, and Multi Drug Resistant (MDR) TB. History of symptoms and sign also proper diagnosis are expected to reduce the time delay of TB treatment resulting in lower morbidity.Objective: To determine the difference pattern of clinical pulmonary and extra-pulmonary TB in adult and geriatric patients.Methods: The study design was descriptive analytic. Sample was 225-patient medical records from Dr.Kariadi Hospital Semarang since January until December 2013. Data was described using drawings and tables. Tables used chi-square test to determine differences of variable.Results: 225 samples consisted of 155 patients with pulmonary TB patients (121 adults and 35 elderly), extra pulmonary TB patients 69 (62 adults and 7 elderly). Most symptom of pulmonary TB was shortness of breath (p=0.016) and extra pulmonary TB was weight loss. Results of blood tests found anemia (51.92% pulmonary TB, 42.03% extra pulmonary TB )and lymphopenia (25.00% pulmonary TB, 24.64% extra pulmonary TB). Results of sputum smear tests on pulmonary TB was acid-resistant bacteria (+), while on the extrapulmonary TB was acid-resistant bacteria (-). The thorax x-ray was found radiopaque spots (34.62% of pulmonary TB patients, 1.45% extra pulmonary TB patients). Most comorbid disease with pulmonary TB was another lung disease( 49% of elderly). Length of hospitalization of pulmonary tuberculosis patients was 6-10 days and extra pulmonary TB was more than 15 days. Most complications were hemoptysis and septic shock.Conclusion: The results of this study have almost the same results with the research that has been done before.