Agung Aji Prasetyo
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA WAIST HIP RATIO DENGAN PLANTAR ARCH INDEX PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Rizka Aulia Tsani; Agung Aji Prasetyo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.789 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23375

Abstract

Latar Belakang: Mahasiswa Fakultas Kedokteran mempunyai faktor risiko overweight dan obesitas. Pengukuran lemak tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan Waist Hip Ratio (WHR). WHR dapat mencerminkan banyaknya timbunan lemak terutama yang ada di perut dan panggul. Kelebihan berat badan dapat menyebabkan musculus, tendon, dan ligamen yang menyangga arcus pedis khususnya arcus longitudinalis medialis meregang dan melemah, tulang dan sendi kaki dapat bergeser, kolaps sehingga menimbulkan nyeri dan flat foot deformity. Arcus longitudinalis medialis dapat diukur menggunakan Staheli’s plantar arch index. Tujuan: Mengetahui hubungan antara waist hip ratio dengan plantar arch index pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 30 mahasiswi tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel dengan metode simple random sampling. Dilakukan pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan plantar arch index dari foot print responden. Uji statistik menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji korelasi Spearman. Hasil: Dari 30 subjek penelitian, terdapat 12 subjek penelitian (40%) yang tergolong obesitas sentral dan 18 subjek (60%) yang tergolong non obese. Pengukuran PAI menunjukkan terdapat 2 subjek (6,67%) yang mempunyai PAI tinggi dan 28 subjek (93,33%) dengan PAI normal. Korelasi WHR dengan PAI berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan nilai p=0,535 dan r=0,118. Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi signifikan antara Waist Hip Ratio (WHR) dengan Plantar Arch Index (PAI) pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Kata Kunci: Waist Hip Ratio, Plantar Arch Index
PERBEDAAN DERAJAT FIBROSIS HEPAR TIKUS WISTAR YANG DILAKUKAN LIGASI DUKTUS KOLEDOKUS ANTARA KELOMPOK PEMBERIAN KOMBINASI UDCA-GLUTATHIONE DENGAN PEMBERIAN TUNGGAL UDCA Novita Ikbar Khairunnisa; Agung Aji Prasetyo; Ika Pawitra Miranti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.603 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15594

Abstract

Latar Belakang: Kolestasis dapat memicu kematian sel, fibrosis, sirosis, dan kegagalan fungsi hepar. Walaupun dengan manfaat yang terbatas, Ursodeoxycholic Acid (UDCA) merupakan terapi yang direkomendasikan oleh Food and Drug Administration sebagai tatalaksana kolestasis. Glutathione memiliki peran penting sebagai antioksidan dan regulasi proses seluler seperti diferensiasi, proliferasi dan apopstosis sel. Terganggunya keseimbangan Glutathione memiliki korelasi terhadap penyakit hepar .Tujuan: Mengetahui adanya perbedaan derajat fibrosis hepar pada tikus yang dilakukan ligasi duktus koledokus antara kelompok pemberian kombinasi UDCA-Glutathione dengan pemberian tunggal UDCAMetode: Penelitian True Experimental dengan rancangan “post test only control group design”. Menggunakan 15 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi tiga kelompok K , P1 dan P2. Tiap tikus dilakukan ligasi duktus koledokus. Kelompok K sebagai kontrol dan tidak diberi terapi, P1 diberi terapi UDCA 20 mg per oral dan P2 diberi kombinasi UDCA 20 mg per oral dan Glutathione 15 mg IM. Setelah intervensi selama 21 hari, seluruh tikus diterminasi dan dilakukan pembuatan preparat hepar dengan pengecatan Masson-trichrome. Derajat fibrosis ditentukan menggunakan sistem Laennec. Uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney.Hasil: Pemeriksaan derajat fibrosis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok P2 dengan K (p = 0.013) dan antara kelompok P2 dengan P1 (p = 0.006). Tetapi tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok P1 dan K (p= 0.469)Simpulan: Pemberian terapi kombinasi memberikan gambaran fibrosis yang lebih rendah.
GAMBARAN VASKULARISASI RETINA PASCA PEMBERIAN OKSIGEN KONSENTRASI TINGGI (STUDI EKSPERIMENTAL RETINOPATHY OF PREMATURITY PADA TIKUS WISTAR) Tita Erlanggawati; Agung Aji Prasetyo; Puspita Kusuma Dewi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.483 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i4.22264

Abstract

Latar belakang: Retinopathy of Prematurity (ROP) didefinisikan sebagai proliferasi abnormal pembuluh darah retina pada bayi baru lahir akibat terpapar oksigen konsentrasi tinggi. Patogenesis ROP ditandai dengan terbentuknya neovaskularisasi pada retina yang dipengaruhi oleh kadar Vascular Endhotelial Growth Vactor (VEGF) dan kerusakan jaringan akibat stress oksidatif. Glutation adalah antioksidan utama dalam tubuh yang mudah berikatan dengan senyawa radikal bebas, pada penelitian ini digunakan untuk mengurangi terbentuknya pembuluh darah abnormal pada retina.Tujuan: Mengetahui adanya pengaruh pemberian glutation terhadap gambaran vaskularisasi retina pada tikus Wistar yang diberi oksigen konsentrasi tinggi.Metode: Penelitian true experimental dengan posttest only control group design. Penelitian dilakukan selama 14 hari menggunakan tikus Wistar usia 1-7 hari (n=18) yang secara random dibagi menjadi 3 kelompok (kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan). Kelompok kontrol negatif tidak diberikan perlakuan. Kelompok kontrol positif diberikan paparan oksigen 95% selama 4 jam. Kelompok perlakuan diberikan paparan oksigen 95% selama 4 jam dan injeksi glutation. Tikus di terminasi dan dilakukan enukleasi pada hari ke 15. Bulbus oculi tikus diambil untuk dilakukan pengecatan HE dan diperiksa gambaran histopatologi dengan cara menghitung fokus proliferasi sel endotel yang terbentuk. Uji statistik menggunakan uji Saphiro Wilk dilanjutkan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney untuk melihat pebedaan antar kelompok.Hasil: Jumlah neovaskularisasi paling tinggi ditemukan pada kelompok kontrol positif. Penurunan jumlah neovaskularisasi terjadi pada kelompok perlakuan. Terdapat perbedaan bermakna jumlah neovaskularisasi retina kelompok kontrol positif dibandingkan dengan kontrol negatif (p=0,003) dan kelompok perlakuan (p=0,006). Tidak terdapat perbedaan bermakna jumlah neovaskularisasi retina antara kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan (p=0,212).Simpulan: Pembentukan pembuluh darah abnormal pada retina yang diberikan glutation lebih sedikit dibandingan dengan yang tidak diberi glutation.Kata Kunci: Retinopathy of Prematurity (ROP), glutation, radikal bebas, oksigen, neovaskularisasi