Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

THE IMPACT OF BODY MASS INDEX TO ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION IN-HOSPITAL PATIENTS MORTALITY RATE IN DR. KARIADI HOSPITAL Indra Adhim Karunia Aji; Andreas Arie Setiawan; Ariosta Ariosta; Setyo Gundi Pramudo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.454 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i3.27497

Abstract

Introduction. Populations with high BMI are at risk for cardiovascular disease because these populations usually have high levels of fat in the body. In contrast, there are several studies that prove that body weight below normal BMI also increases cardiovascular disease risk and death. The aim of this study was to determine the impact of BMI on mortality rates of in-hospital patients with acute myocardial infarction at dr. Kariadi Hospital. Methods. This research is a retrospective analytic observational study with cross sectional design. The sample of this study was acute myocardial infarction patients who were undergoing treatment at the RSUP dr. Kariadi between January 2013 - December 2018 complete data on body weight, height, and status of death or survival. Data comparisons were made using fisher exact test with statistical significant p value was less than 0.05. Results. Statistical analysis using fisher exact test showed association between body mass index and mortality rate is not significant (p = 0,258). Age is the only one confounding variable that showed significant association with mortality rate (p =0,032). Relative risk of age is 1.8 with a cutoff at 60 years. Conclusions. Body mass index (BMI) did not have a significant impact on the mortality rate of AMI in-hospital patients at dr. Kariadi Hospital.Keywords: body mass index, acute myocardial infarction, mortality 
PERBANDINGAN RAWAT INAP ULANG PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK BERDASARKAN FRAKSI EJEKSI VENTRIKEL KIRI Mega Femina Qurrati; Charles Limantoro; Ariosta Arisota; Andreas Arie Setiawan; Yosef Purwoko
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.551 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20938

Abstract

Latar belakang: Gagal Jantung Kronik (GJK) terkait dengan dampak kerugian besar pada kualitas hidup dan harapan hidup. Pada gagal jantung kiri, ventrikel kiri jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Terdapat dua jenis gangguan fungsi jantung kiri yaitu disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik. Gagal jantung kronik sering mengakibatkan rawat inap berulang pada pasiennya dan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Penyebab GJK secara pasti belum diketahui, tetapi secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya gagal jantung.                                                                                                  Tujuan: Mengetahui frekuensi rawat inap ulang pasien gagal jantung kronik berdasarkan HFpEF, HFmrEF,HFrEF, dan perbandingan rawat inap ulang pasien gagal jantung kronik berdasarkan fraksi ejeksi.                                                 Metode: Penelitian ini menggunakan metode Case-control. Subjek penelitian adalah pasien gagal jantung kronik yang telah menjalani pemeriksaan ekokardiografi di RSUP dr Kariadi Semarang.                                          Hasil: didapatkan 70 subjek dengan jumlah laki- laki 46 dan perempuan 24 dengan nilai tengah pada frekuensi rawat inap ulang HFpEF 1 kali , pada HFmrEF 1 kali, dan pada HFrEF 2 kali. Perbandingan rawat inap ulang pasien gagal jantung kronik tidak memperoleh hasil yamg signifikan dengan fraksi ejeksi (p>0,05).Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara rawat inap ulang pasien gagal jantung kronik terhadap tipe fraksi ejeksi ventrikel kiri.
FAKTOR RISIKO KARDIOMIOPATI DILATASI DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG Ahmad Mumtaz; Andreas Arie Setiawan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.198 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i1.16058

Abstract

Latar Belakang: Kardiomiopati adalah sekumpulan kelainan pada jantung dengan kelainan utama terbatas pada miokardium. Kondisi ini seringkali berakhir dengan menjadi gagal jantung. Di Indonesia, jenis kardiomiopati yang paling banyak dijumpai adalah kardiomiopati dilatasi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kardiomiopati dilatasi di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang.Metode: cross-sectionalHasil: terdapat 4 faktor yang mempengaruhi, yaitu usia (p=0,000); riwayat keluarga (p=0,000); konsumsi alkohol (p=0,000); dan obesitas (p=0,000)Kesimpulan: usia, riwayat keluarga, konsumsi alkohol, dan obesitas mempengaruhi terjadinya kardiomiopati dilatasi sementara jenis kelamin dan diabetes melitus tidak mempengaruhi.
Faktor Risiko Obesitas, Jenis Kelamin, dan Merokok pada Pasien Artritis Reumatoid terhadap Kejadian Hipertensi Shiany Henly Citraminata; Ika Vemilia Warlisti; Andreas Arie Setiawan; Aryu Candra
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 31 No 2 (2021)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v31i2.4006

Abstract

Cardiovascular disease is one of the comorbid in rheumatoid arthritis (RA), which significantly affects the morbidity and mortality of patients with RA. Hypertension is a manifestation of progressive cardiovascular symptoms, which caused by endothelial dysfunction due to continuous inflammation in RA patients. The risk factors of hypertension in RA are obesity, gender, smoking, and consumption of an antihypertensive and antirheumatic drug (NSAIDs, glucocorticoids, and leflunomide). This research utilized a cross-sectional study to analyze the risk factors of obesity, gender, and smoking on hypertension in RA patients at RSUP Dr. Kariadi Semarang. The weigh, height, and blood pressure of 24 RA patients (consist of 12 men and 12 women) who had been diagnosed with RA for at least one year were measured using the weight and height scales of GEA SMIC ZT-120 (with an accuracy of 0.1kg and 0.1cm) and mercury sphygmomanometer Riester Nova Ecoline (with an accuracy of 2 mmHg) respectively. The result showed that male RA patients (p = 0.041) were risk factors for hypertension. RA patients with smoking and obesity had a risk factor of 1.4 times (p = 0.043, OR = 1.395) and 1.9 times (p = 0.012, OR = 1.882) on the incidence of hypertension respectively Abstrak Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu komorbiditas Artritis Reumatoid (AR) yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien AR. Hipertensi merupakan manifestasi dari kumpulan gejala kardiovaskular yang progresif. Hipertensi pada pasien AR disebabkan karena adanya disfungsi endotel akibat proses inflamasi yang berlangsung terus menerus. Beberapa faktor risiko hipertensi pada pasien AR yaitu, obesitas, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi obat anti hipertensi, dan obat AR (obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), glukokortikoid, dan leflunomide). Penelitian ini merupakan studi belah lintang, bertujuan menganalisis faktor risiko obesitas, jenis kelamin, dan merokok pada pasien AR terhadap kejadian hipertensi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dua puluh empat (24) pasien AR (terdiri dari 12 pria dan 12 wanita) yang sudah terdiagnosis AR selama minimal 1 tahun dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan (menggunakan timbangan berat badan dan tinggi badan merk GEA SMIC ZT-120 dengan ketelitian 0,1 kg dan 0,1 cm, dan tekanan darah (menggunakan tensimeter air raksa merk Riester Nova Ecoline dengan ketelitian 2 mmHg). Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien AR pria (p = 0,041) merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Pasien AR yang merokok dan obesitas secara berurutan berisiko 1,4 kali (p = 0,043, OR = 1,395) dan 1,9 kali (p = 0,012, OR = 1,882) terhadap kejadian hipertensi.
HUBUNGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DENGAN PROFIL LIPID MAHASISWA FK UNDIP Ivan Danindra; Andreas Arie Setiawan; Kusmiyati Tjahjono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.248 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23332

Abstract

Latar Belakang : Obstructive Sleep Apnea merupakan salah satu dari beberapa faktor risiko terjadinya dislipidemia. Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Sehingga, Obstructive Sleep Apnea secara tidak langsung dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung. Tujuan : Membuktikan hubungan antara Obstructive Sleep Apnea dengan dislipidemia pada Mahasiswa FK UNDIP Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 20 mahasiswa FK UNDIP dengan kriteria tertentu. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok OSA dan non OSA berdasarkan skor kuesioner Epworth Sleepiness Scale. Setiap subjek diperiksa profil lipidnya menggunakan darah vena, kemudian masing-masing kelompok dibagi menjadi kelompok OSA-Dislipidemia, OSA-Non Dislipidemia, non OSA-Dislipidemia, dan non OSA-non Dislipidemia. Uji statistik menggunakan uji korelatif Pearson, uji komparatif T independen, uji Chi Square – Fisher, dan uji Regresi Linear. Hasil : Didapatkan korelasi Skor ESS dengan profil lipid tidak berhubungan bermakna. Pada kelompok OSA didapatkan korelasi lebih kuat antara skor ESS dengan profil lipid dibandingkan pada kelompok non OSA., tetapi tidak ada hubungan bermakna. Tidak didapatkan perbedaan secara statistika kadar profil lipid antara kelompok OSA dibandingkan kelompok Non OSA. Hubungan antara status OSA (OSA dan Non OSA) dengan Profil lipid (Dislipidemia atau non Dislipidemia) didapatkan tidak bermakna. Didapatkan hubungan antara IMT dengan Kolesterol HDL lebih kuat dibandingkan hubungan antara Skor ESS dengan Kolesterol HDL. Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara Status OSA dengan Profil Lipid Mahasiswa FK UNDIPKata kunci : Obstructive Sleep Apnea, Dislipidemia, Profil Lipid, Epworth Sleepiness Scale
HUBUNGAN TINGKAT ADIKSI MEROKOK DENGAN DERAJAT KEPARAHAN ATEROSKLEROSIS PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Muhammad Ridwan Rusydi Yudanardi; Andreas Arie Setiawan; Sefri Noventi Sofia
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.302 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14809

Abstract

Latar Belakang : Penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan negara. Merokok sebagai salah satu faktor risiko, memiliki peranan penting dalam perjalanan penyakit jantung dan pembuluh darah. Paparan molekul asap rokok sendiri telah diketahui memberi dampak yang signifikan dalam terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah. Namun, belum ada penelitian yang membandingkan tingkat adiksi merokok terhadap derajat kerusakan pembuluh darah di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat adiksi merokok dengan derajat keparahan aterosklerosis pada pasien penyakit jantung koronerMetode: Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional, melalui wawancara dengan 30 responden yang merupakan pasien instalasi jantung RSUP Dr.Kariadi yang menjalani pemeriksaan angiografi koroner dengan rentang usia 40 hingga 65 tahunHasil : Didapatkan bahwa banyak maupun sedikit paparan asap rokok, tidak mempengaruhi derajat keparahan aterosklerosis pada pembuluh darah koroner jantung (p=0,156)Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat adiksi merokok dengan derajat keparahan aterosklerosis pada pasien penyakit jantung koroner