Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Podcast Bimteks Pemandu Wisata: Seni Rock Art Features “Jukung” dari Desa Dukuhrejo Tanto Budi Susilo; Rahmat Yunus; Rahmad Eko Sanjaya; Oni Soesanto; Arief Rahmad Maulana Akbar; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i1.9016

Abstract

Tulisan ini, sebagai bagian program kegiatan masyarakat di desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2017, 2018, 2022 dan 2023; dan Minggu Raya, Banjarbaru, 2021. Di desa ini, terdapat beberapa lukisan cadas yang diindikasikan terhubung dengan kegiatan masyarakat sekarang ini, seperti aktivitas manusia di atas perahu, kisaran 5.000 tahun lalu. Pengetahuan perubahan-perubahan bentuk (evolusi) perahu kayu atau jukung merupakan hal penting untuk dipelajari bagi pemandu wisata di desa Dukuhrejo. Kebanyakan para pemandu wisata adalah para milineal di desa itu. Adapun narasi ringkasan kegiatannya sebagai berikut; Evolusi arkeologi meliputi perubahan-perubahan bukti empirik masa lalu atau artifak, antara lain, bahan, motif, waktu, peristiwa, lingkungan dan proses tinggalan arkeologi. Bukti empirik ini dapat diselidiki menghasilkan informasi saintifik, bukan sekedar cerita mitologi atau febula. Sebagai contoh, semua narasi lukisan cadas (rock art) perahu itu bermanfaat bagi pemandu wisata dan masyarakat sekitar untuk digunakan sebagai potensi wisata yang menghasilkan green economic. Hasil evaluasi menunjukan bahwa calon pemandu wisata dan/atau milinial mampu mengerti atas hal-hal yang terhubung antara perubahan lukisan cadas arkeologi dan kepribadian berkebudayaan. Respon publik (masyarakat) milinial tentang kegiatan ini dapat diketahui dengan mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara 47 milineal. Hasil pretest dan post test terhadap 47 responden menunjukan rata-rata pemahaman, sebagai berikut; sangat mengerti (15,62 %), mengerti (59,16667 %), kurang mengerti (26,25 %) dan tidak mengerti (0,0 %). Hasil tersebut terkait beberapa pemahaman tentang pengetahuan perubahan lukisan cadas dan manfaatnya bagi peningkatan konomi desa Dukuhrejo.Kata kunci: green economic, desa Dukuhrejo dan lukisan cadas
Bimteks Bagi Pemandu Eduwisata: Rock Art Features “Kotak-kotak dan titik” dari Desa Dukuhrejo Tanto Budi Susilo; Rahmat Yunus; Rahmad Eko Sanjaya; Oni Soesanto; Arief Rahmad Maulana Akbar; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i1.9020

Abstract

Program kegiatan masyarakat (PKM), bagian kegiatan inspiratif untuk membuat tulisan terkait arkeologis masyarakat. Terutama sumber daya wisata di desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2017, 2018, 2021, 2022 dan 2023. Perkembangan terakhir desa ini menjadi desa edukasi wisata (eduwisata). Edukasi karena terdapat lukisan cadas (rock art), bermotif “kotak-kotak dan titik-titik” sebagai indikasi bagaimana simbol bahasa itu awal mula (origin) ada. Para pemandu wisata perlu untuk diasuh dengan basis pengetahuan yang cukup. Adapun ringkasan rock art “kota-kotak dan titik” sebagai simbol asal mula bahasa dapat dijelaskan sebagai berikut; Bahasa mengalami evolusi melalui perubahan kata-kata, huruf/phonem yang ditandai perubahan simbol berupa titik dan kotak-kotak. Walaupun bahasa sendiri adalah bukan sekedar kata-kata. Dalam komunikasi manusia, pilihan atas kata-kata mampu membangkitkan emosi terkuat dan mendorong semua tindakan manusia, sebagai respon bentuk komunikasi. Perubahan kata-kata memiliki kekuatan untuk perubahan kekuatan emosi. Pada kasus evolusi bahasa Austronesia Nusantara telah menghasilkan varian kebudayaan/tradisi yang berbeda-beda di Asia Tenggara, dalam rentang waktu ribuan tahun. Perubahan kata dan huruf berarti mengubah emosi cita rasa bahasa, dan menghasilkan varian budaya/tradisi, atau tutur bahasa. Hasil pretest dan post test terhadap responden, rata-rata pemahaman menunjukan, sebagai berikut; sangat mengerti (17,08333 %), mengerti (60,61667 %), kurang mengerti (20,8 %) dan tidak mengerti (0,0 %). Hasil ini dievaluasi dengan mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara 47 milineal. Hasil ini menunjukan bahwa milinial dapat mengerti atas hal-hal yang terhubung dengan evolusi bahasa, yang terhubung dengan kepribadian berkebudayaan Austronesia Nusantara.Kata kunci: unit evolusi bahasa, kata dan huruf, titik dan kotak
STUDI BIOGEOGRAFIS IKAN PUYAU (osteochilus SP) BERBASIS PROFIL PROTEIN DARI DANAU ROWO IJO, SITUS BUKIT BANGKAI Tanto Budi Susilo; Mochamad Arief Soendjoto; Oni Soesanto; Raifa Azizia Mustaqima; Rani Sasmita; Paola Bianchi
Bioscientiae Vol 20, No 1 (2023): Bioscientiae Volume 20 No 1
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/b.v20i1.9714

Abstract

This Bukit Bangkai would like be became a candidate for place evolution rock art heritage unit (PERAHU). In this site, the Rowo Ijo lake as a habitat, where it was found biogeographically, a Puyau fish (Osteochilus sp). Furthermore, the method of precipitation fraction of ammonium sulfate ((NH4)2SO4) with Lowry and SDS-PAGE elaboration was used, as the main method to obtain the protein profile of fish protein. Analysis of kinship relations was carried out using the UPGMA method based on the profile.. Based on the results of the fraction (NH4)2SO4 and Lowry methods, the optimum protein content was obtained, namely 68.93; 116.08; 6.72; 7.96 (mg/ml) in the 70-80% fraction and 4 samples from Banjar Regency 19.17; 16.93; 20.04; and 20.04 mg/mL in the 40-70% fraction, respectively. Based on the results of SDS-PAGE at the optimum level of protein; Puyau Rowo Ijo fish have 64 bands, with a profile of 11 bands on P.1R code, 9 bands on P.2R code, 10 bands on P.3R code and 9 bands on P.4R. For Puyau Banjar fish there are 25 bands with the following profile; each code P.1B and P.2B has 6 bands, while P.3B has 10 bands and P.4B has 3 bands. The types of proteins found were thought to include Actin Protein, Carbonic Anhydrase, Trypsin Inhibitor, -lactalbumin, and Lysozyme. The results of the UPGMA analysis based on the distribution of protein species and weights were that there was related closely to two groups form (clusters) between puyau from the Lake Rowo Ijo and Banjar Regency.
Pemberdayaan Bagi Pemandu Wisata, Desa Dukuhrejo: Fuzzy Logics Lukisan Cadas di Bukit Jago Oni Soesanto; Tanto Budi Susilo; Wajidi Amberi; Muhammad Arief Anwar Anwar
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i2.10239

Abstract

Tulisan ini adalah bimbingan teknis akademis (bimteks) terkait makna lukisan cadas burung enggang. Suatu program kegiatan masyarakat (PKM) untuk pemberdayaan masyarakat desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2023. Terdapat beberapa fiture lukisan cadas yang diperkirakan berumur kisaran 5.000 tahun lalu. Berikut ini deskripsi bimteks bagi pemandu wisata, yang kebanyakan millennial di desa tersebut; Untuk memberi makna lukisan diperlukan pengetahuan yang relevan, diantaranya yaitu sain spektroskopi, analisis neural network, hermeneutika atau tafsir, kreatifitas seni, dan structural equation modelling (SEM). Hasilnya menunjukan secara berurutan bahwa bahan lukisan cadas berupa selain arang, setelah dianalis neural network. Bukan hanya lukisan fitur enggang (kisaran 5000 tahun lalu) sebagai bukti prasejarah, tetapi petunjuk untuk memahami kepribadian kebudayaan Dayak. Dan juga enggang sering digunakan dalam ornamen-ornamen arsitektur atap rumah orang Dayak. Oranamen enggang juga hadir dalam peti-peti jenasah (lungun), seperti pada tradisi kubur dan sebagai petunjuk bahwa burung ini juga berfungsi untuk mengantarkan roh jenasah menuju dunia “atas”. Untuk kreatifitas seni digunakan media seni musik dengan gendre kontemporer antara milinial dan sedikit musik Dayak (instrumen sape) dengan judul “Penari Enggang” link https://www.youtube.com/watch?v=YjPNeEuDfHE. SEM melibatkan sejumlah responden milinial, wawancara terhadap penguna dan kreatifitas seni bersenandung. Respon milinial tentang kegiatan ini dapat diketahui dengan mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara belasan milineal. Hasilnya menunjukan rata-rata pemahaman, sebagai berikut; sangat mengerti (20,4), mengerti (67,3), kurang mengerti (12,3) dan tidak mengerti (0,0). Hasil tersebut terkait beberapa pemahaman tentang pengetahuan dan intuitiv bagi pemandu wisata dan secara jangka panjang berimplikasi peningkatan ekonomi desa Dukuhrejo.Kata kunci : Lukisan Enggang, simbol Penari Enggang
Epistemologi Teknologi PCR Bagi Millinneal Post Covid-19 Di Minggu Raya Tanto Budi Susilo; Sri Cahyo Wahjono; oni Soesanto; Rahmat yunus; Arief Rahmad Maulana Akbar; Rahmat eko Sanjaya; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i2.9898

Abstract

AbstrakPenyuluhan bimteks atau bimbingan teknis akademis adalah program kegiatan masyarakat (PKM) yang telah dilakukan di Minggu Raya suatu tempat berkumpulnya millenneal atau pemuda kisaran umur 19an di Minggu Raya. Kegiatan ini merupakan bagian salah satu cara sosialisasi hidup sehat era endemi atau pasca covid-19. Program epistomologi vaksin merupakan tinjauan kembali bagaimana vaksin itu diperoleh asal usulnya dan bagaimana cara kerjanya. Ulasan ringkasanya dapat disampaikan berikut ini; Pada akhir abad ke-18, Edward Jenner, seorang dokter Inggris, membuat terobosan penting dalam perkembangan vaksinasi. Jenner mengembangkan vaksin cacar pertama yang berhasil pada tahun 1796. Observasi pada para pemerah susu yang tertular/terpapar cacar sapi, yang menunjukan gejala tidak terlalu parah, dan gejala itu akibat dari terlindungi cacar sapi. Bintil-bintil cacar sapi disuntikan ulang pada seorang anak laki-laki, yang menunjukkan kekebalan terhadap cacar. Hal ini menjadi dasar bagi vaksinasi modern. Selanjutnya, Pada akhir abad ke-19, Louis Pasteur mengembangkan vaksin rabies, yang menandai tonggak sejarah lain dalam sejarah vaksin. Hasil karyanya menunjukkan bahwa vaksin dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan/atau bakteri. Keberhasilan vaksinasi cacar menyebabkan kampanye vaksinasi yang meluas untuk membasmi cacar. Para ilmuwan terus meneliti dan mengembangkan vaksin baru untuk memerangi penyakit menular yang baru muncul dan memperbaiki vaksin yang sudah ada. Contoh penting termasuk pengembangan vaksin untuk melawan human papillomavirus (HPV), retrovirus, dan covid-19. Metode structural equation modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui respon publik terkait tulisan ini. Evalusi uji pretest dan post test terhadap 32 responden berumur kisaran 19 tahun dan 12 responden berumur kisaran 18 tahun, berturut-turut sebagai berikut; sangat mengerti (4,32), mengerti (73,45), kurang mengerti (20,85) dan tidak mengerti (1,55); dan sangat mengerti (1,38), mengerti (75), kurang mengerti (22,22) dan tidak mengerti (1,4). Secara umum, responden yang merumur 19 tahun lebih mengerti daripada responden yng berumur 18 tahun, walaupun perbedaannya tidak terlalu berartiKata kunci: vaksin, cacar, rabies
Penyuluhan Asal Mula Teknologi Vaksin Bagi Millinneal Pasca Covid-19 Di Minggu Raya Tanto Budi Susilo; Rahmat Yunus; Rahmad Eko Sanjaya; Oni Soesanto; Arief Rahmad Maulana Akbar; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i2.9881

Abstract

AbstrakTulisan ini adalah bimbingan teknis akademis (bimteks) terhadap mahasiswa pasca covid-19. Suatu tinjauan ulang cognitive epistomology tentang vaksin yang digunakan. Ringkasan ulasannya berikut ini; Setelah perkembangan ilmu pengetahuan mikroorganisme pada era kisaran akhir abad 19, Griffith mengobservasi transformasi sel mikroorganisme streptococcus pheunomiae yang bersifat non patogen berubah menjadi patogen dengan metode thermal theraphy. Fenomena ini adalah mengesankan (impressive). Menjadi pertanyaan besar (enigma) mengapa kemampuan phatogensitas sel S. pheunomiae dapat berubah? Kesimpulan dapat ditarik telah terjadi transformasi akibat “sesuatu” pada sel bakteri non phatogen. Perubahan phenothyphic, urgen, ini merupakan rekayasa genetika pertama. “Sesuatu” agent transforming yang sekarang ini dikenal dengan deoxyribose nucleic acids (DNA). Perubahan urutan DNA dapat mengubah phenothyphic atau telah terjadi transformasi sel. Mati hidupnya makhluk hidup adalah terkait erat dengan urutan DNAnya. Kajian DNA menghasilkan cabang-cabang ilmu baru seperti rate mutation dan evolution, drug design, migraton history, kajian gen musics, antropology dan forensics molecular dan sebagainya. Metode structural equation modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui respon publik terkait tulisan ini. Berikut ini hasil evalusi pretest dan post test terhadap 32 responden mahasiswa sain kajian X dan 12 kajian Y; berturut-turut sebagai berikut; sangat mengerti (9,37), mengerti (77,1), kurang mengerti (11,47) dan tidak mengerti (2,03); dan sangat mengerti (5,55), mengerti (72,78), kurang mengerti (16,67) dan tidak mengerti (4,15). Secara umum, mahasiswa kajian X lebih mengerti daripada mahasiswa kajia Y walaupun perbedaannya tidak signican.Kata kunci: DNA, Phenotyphic dan transformasi sel
Penyuluhan Asal Mula Teknologi Polymerase Chain Reaction Bagi Komunitas Minggu Raya (Bagian 2) Tanto Budi Susilo; Oni soesanto; Dewi sri susanti; Arfan Eko Fahrudin; Eko Suhartono; Yuyun Hidayat; Sri Cahyo Wahjono; Muchamad Arief Soendjoto; Krisdianto Krisdianto
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i3.11887

Abstract

Program kegiatan masyarakat (PKM) ini merupakan bagian edukasi publik terhadap masa endemi or post-covid-19. Ulasan PKM sebagai berikut ini; Setelah penentuan struktur DNA oleh Watson-Crick, setelah amplifikasi dan pengurutan DNA oleh Mullis dan Sanger, selanjutnya Human Genome Project mambaca 3,055 milyar urutan pasang basa manusia abad 21 ini. Bank-bank data DNA/protein atau informasi biologi telah berdiri seperti; NCBI, DDBJ dan EMBI telah memuat lebih 500 juta urutan DNA berbagai jenis species. Bank ini sumber genomics, proteomics, metabolomics dan economics sekaligus, pada masa depan. Bagi Carpentier dan Daudna bukan hanya sekedar jumlah urutan DNA yang luar biasa tetapi harta karun yang tidak ternilai harganya, mengapa? Karena dia tidak buta huruf membaca urutan DNA, karena dia mampu memilih dan memilah mana fragmen yang palindromics mana yang bukan. Mana yang genes musics mana yang bukan. Mana genes memory penyandi antibody mana yang bukan. Ringkasnya seluruh persoalan genetic tubuh manusia dapat dibaca, di Human Genom Project ini. Jadi, apakah kita tetap ingin menutup mata. Metode structural equation modelling (SEM) dengan uji pretest dan post test terhadap tulisan asal usul PCR ini. Hasil uji ditunjukan kepada 32 responden berumur kisaran 18 tahunan dan 12 responden berumur kisaran 19 tahunan, berturut-turut sebagai berikut; sangat mengerti (0), mengerti (80,55), kurang mengerti (19,45) dan tidak mengerti (0); dan sangat mengerti (4,16), mengerti (82,83), kurang mengerti (13,03) dan tidak mengerti (0). Respon terhadap urgensi epistemologi PCR, untuk yang merumur 19 tahunan lebih mengerti daripada responden yang berumur 18 tahun, walaupun perbedaannya tidak nyata.
Seni Musik Tifa Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Afrika-Papua Di Rusunawa Banjarbaru Tanto Budi Susilo; Krisdianto Krisdianto; Tetti Novalina Manik; Thresye Thresye
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i3.11943

Abstract

Tulisan ini, bagian program pengabdian masyarakat; dengan judul “Podcast: Seni sebagai media pembelajaran sains” tiga tahun lalu. Berikut ini ulasannya; tifa atau Jimbe (bahasa Mali, djembe: kumpul) merupakan instrumen musik modern dan/atau kontemporer yang berasal dari negara Jamaica, Amerika Tengah. Instrumen ini mengandung memori dan simbolisasi penindasan bangsa Mali-Afrika Barat, dihinakan, dihewankan dan diperbudak oleh bangsa Spanyol, di benua Amerika, era kolonialisasi (abad 15-17), sebelum pindah kuasa ke Inggris (abad 17-19). Adalah dia, manusia Afrika Barat menyuarakan dan mengekspresikan sedihnya di atas drum, bedug atau djembe/kendang. Era milinialisasi, Si Mali, Si Jimbe hadir kembali untuk menghibur, untuk menuntun perasaan bangsa manusia dengan nada tersendiri dan unik. Terdapat tiga nada pada jimbe; nada tinggi ada di bagian tepi jimbe, sedang ada di bagian agak tengah jimbe dan rendah ada di bagian tengah jimbe. Patitur jimbe terletak pada cara drummer memainkan dengan kecepatan dan variatif. Metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap performance lagu Tifa Afrika, sebagai berikut; sangat mengerti (14,8%), mengerti (56,5%), kurang mengerti (28,2%) dan tidak mengerti (0,5%). Diharapkan seni musik dapat digunakan sebagai media untuk pembelajaran sain sosial dan sain natural.
Perakitan Mandiri PCR Sederhana Untuk Pembelajaran Amplifikasi DNA In Vitro Tanto Budi Susilo; Oni soesanto; Dewi Sri Susanti; Arfan Eko Fahrudin; Tiara Elma; Yuyun Hidayat; Sutomo Sutomo; Badruzsaufari Badruzsaufari; Lalu Rudyat Telly Savalas
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i3.12011

Abstract

Pada dua dekade terakhir, Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu metode yang digunakan dalam kurikulum pendidikan sains terutama terkait erat dengan matakuliah bioinformatika pada sains biologi, kimia, farmasi, fisika, statistika, dan matematika. Metode ini berupa alat yang mampu mengamplifikasi DNA secara luar sel (in vitro). Prinsip metode PCR adalah mengukur aktivitas enzim DNA polymerase dengan indikator amplifikasi DNA secara in vitro. Sedangkan, perakitan mengunakan elemen pemanas, regulator arus listrik dan chamber. Alat ini dirangkai di Laboratorium Organik dan Biokimia, Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Untuk validasi metode PCR rakitan mengunakan fragmen cox mtDNA ikan kihung (Channa lucius) dan telah dipraktekkan oleh mahasiswa semester 5 Program Studi kimia dan matematika. Elaborasi dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap alat PCR sederhana ini. Selanjutnya, sebanyak 48 mahasiswa memberikan respon terhadap perakitan alat PCR sederhana. Hasilnya adalah responden sangat mengerti (9,70%), mengerti (75,72%), kurang mengerti (14,58%) dan tidak mengerti (0%). Sehingga perakitan alat PCR sederhana ini diharapkan menjadi alternatif untuk penguatan kurikulum pendidikan sains.Kata kunci: PCR, DNA polymerase