Munawar Khalil
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kajian Fraksionasi Fosfor (P) Pada Beberapa Pola Penggunaan Lahan Kering Ultisol di Desa Jalin Jantho Aceh Besar Duana Erisa; Zuraida Zuraida; Munawar Khalil
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.747 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i2.7499

Abstract

Abstrak.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fraksi fosfor (P) pada beberapa pola penggunaan lahan kering Ultisol di Desa Jalin Jantho Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada pengamatan ciri - ciri tanah dilapangan dan analisis tanah di laboratorium. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia tanah paling tinggi di jumpai pada penggunaan lahan sawah lapisan permukaan (1,6 ppm), Kandungan P-total tertinggi dijumpai pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan bawah permukaan (76 ppm). Bentuk fosfor yang paling diminan dijumpai berupa fraksi Fe-P kemudian diikuti oleh Al-P dan Ca-P. Nilai Fraksi Fe-P tertinggi terdapat pada lapisan bawah permukaan  hutan sekunder (2141,59 ppm), Nilai fraksi Al-P tertinggi terdapat pada lapisan permukaan padang rumput (12,32 ppm), Nilai Ca – P hanya dijumpai  pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan atas permukaan (413,61 ppm) dan  lapisan bawah permukaan (2141,56 ppm) The Study of Phosphorus (P) Fractionation on some Patterns the Use of Ultisol Dry Land in Jalin Jantho, Aceh BesarAbstract. This study aims to determine the composition of the phosphorus fraction (P) in some patterns in the use of Ultisol dry land in Jalin Jantho, Aceh Besar. This research uses descriptive method based on observation of soil characteristics in the field and soil analysis in the laboratory. The analysis of research  indicated that the highest P-content was encountered  on the topsoil wetland  (1.6 ppm), the highest total P-content was found in the use of subsoil secondary forest (76 ppm). The most visible phosphorus form  is found  in the Fe-P fraction followed by Al-P and Ca-P. The highest Fe-P fraction value is found in the subsoil secondary forest  (2141,59 ppm). The highest Al-P fraction  is found on the grassland topsoil (12,32 ppm), Ca-P value is only found in the use of topsoil (413.61 ppm) and subsoil secondary forest (2141.56 ppm) 
Pengaruh Kombinasi Biochar Sekam Padi dan Pupuk Kotoran Kambing aterhadap N-Total Tanah dan Tinggi Tanaman Padi INPARI-36 Arif Aqli Hadi; Yusnizar Yusnizar; Munawar Khalil
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.41 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.22473

Abstract

Abstrak. Salah satu permasalahan dalam budidaya tanaman adalah tercucinya unsur hara seperti N baik karena disebabkan oleh siraman air hujan maupun penguapan. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan penambahan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan kombinasi biochar sekam padi dan pupuk kotoran kambing terhadap N-total tanah dan tinggi tanaman pada 15 HST. Parameter yang diamati yaitu N-total tanah dan tinggi tanaman pada 15 HST. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode rancangan acak kelompok (RAK) pola non faktorial yang terdiri dari 10 perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun dosis perlakuannya yaitu A (tanpa perlakuan), B (biochar 5 ton/ha + kotoran kambing 5 ton/ha), C ( biochar 5 ton/ha + kotoran kambing 10 ton/ha), D (biochar 5 ton/ha + kotoran kambing 15 ton/ha), E (biochar 10 ton/ha + 5 ton/ha), F (biochar 10 ton/ha + kotoran kambing 10 ton/ha), G (biochar 10 ton + kotoran kambing 15 ton/ha), H (biochar 15 ton/ha + kotoran kambing 5 ton/ha), I (biochar 15 ton/ha + kotoran kambing 10 ton/ha) dan J (biochar 15 ton/ha + kotoran kambing 15 ton/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi biochar dan kotoran kambing berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 15 HST.EFFECT OF THE COMBINATION OF BIOCHAR RICE HUSKS AND GOAT MANURE FERTILIZER ON N-TOTAL AND INPARI-36 RICE PADDY PLANT HEIGHTAbstract. One of the problems in plant cultivation is the washing of nutrients such as N both because it is caused by rainwater flushing and evaporation. The way that can be done to reduce the impact of soil degradation is by adding organic matter. This study aims to determine the effect of biochar treatment of rice husks and goat manure on N-total and plant height at 15 DAP. The parameters observed were N-total and height plant at 15 DAP. This study was carried out by a non-factorial pattern randomized group design (RAK) method consisting of 10 treatments and 3 repeats. The treatment doses are A (without treatment), B (biochar 5 tons/ha+ goat manure 5 tons/ha), C (biochar 5 tons/ha+ goat manure 10 tons/ha), D (biochar 5 tons/ha+ goat manure 15 tons/ha), E (biochar 10 tons/ha + 5 tons/ha), F (biochar 10 tons/ha + goat manure 10 tons/ha), G (biochar 10 tons/ha  + goat manure 15 tons/ha),  H (biochar 15 tons/ha + goat manure 5 tons/ha), I (biochar 15 tons/ha + goat manure 10 tons/ha) and J (biochar 15 tons/ha + goat manure 15 tons/ha). The results showed that the treatment of biochar and goat manure had unnoticeable effect on N-total and very noticeable effect on plant height at 15 DAP.
Pengaruh Waktu Inkubasi Kapur dan Abu Sekam Terhadap Perubahan Beberapa Sifat Kimia Ultisol Wirza Emaliana; Munawar Khalil; Ilyas Ilyas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.318 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i4.5517

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu inkubasi kapur dan abu sekam terhadap perubahan beberapa sifat kimia Ultisol dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang dilakukan pada tanah yang sama, dengan 2 bahan yang berbeda yaitu kapur dan abu sekam. Dosis diberikan sebanyak 4 taraf dan diulang 4 kali sehingga terdapat 8 perlakuan dan 32 satuan percobaan dengan waktu inkubasi selama 2, 4 dan 6 minggu. Untuk melihat perbedaan hasil perlakuan digunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji (BNT0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama inkubasi kapur dan abu sekam maka kemasaman tanah (pH), Kapasitas Tukar Kation (KTK), P-tersedia semakin meningkat dan Al-dd semakin menurun. Inkubasi 6 minggu merupakan waktu yang tepat untuk menaikkan pH, KTK dan meningkatkan P-tersedia, kecuali pada pH pemberian abu sekam waktu yang tepat adalah inkubasi 4 minggu. Sedangkan Al-dd pada inkubasi 2 minggu kapur dan abu sekam sudah hilang dan tak terukur. Dapat disimpulkan bahwa, kapur dolomit dan abu sekam pada Ultisol memberikan perbedaan yang sangat nyata pada pH, P-tersedia, KTK dan Al-dd. The Effect of Incubation Time of Calcium and Husk Ash on Changes in Some Chemical Properties of UltisolAbstract. This study aims to examine the effect of incubation time of calcium and husk ash on changes in some chemical properties of Ultisol by using a non-factorial Completely Randomized Design (RAL) performed on the same soil, with 2 different materials which were calcium and husk ash. The dose was given 4 levels and repeated 4 times so that there were 8 treatments and 32 experimental units with incubation time for 2, 4 and 6 weeks. To see the differences of treatment result, F test continued with test (BNT0,05) were used. The results showed that the longer incubation of calsium and husk ash acidity (pH), Cation Exchange Capacity (CEC) and P-available increased and Al-dd decreased. The 6 weeks incubation was the exact time to increase pH, CEC and increase P-available, except the exact time for pH of husk ash, i.e which was 4 weeks incubation. While Al-dd on 2 weeks incubation, calcium and husk ash had been disappeared and immeasurable. It can be concluded that dolomite calcium and husk ash on Ultisol showed a very significant difference in pH, P-available, CEC and Al-dd. 
Efek Aplikasi Biochar Tempurung Kelapa Terhadap Sifat Kimia Ultisol dan Pertumbuhan Jagung (Zea mays) Ghofi Yudha Rifki; Ilyas Ilyas; Munawar Khalil
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.417 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20880

Abstract

Abstrak. Ultisol di Indonesia memiliki sebaran luas mencapai 45.794.000 ha atau 25% total luas daratan di Indonesia. Ultisol memiliki beberapa masalah seperti derajat kemasaman yang tinggi, bahan organik yang rendah, defisiensi unsur hara penting seperti N, P, K, Ca, Mg dan Mo, dan kelarutan Al, Fe dan Mn yang tinggi. Dari permasalahan tersebut maka diberikan pembenah tanah berupa biochar tempurung kelapa. Biochar dapat bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah, mengurangi keasamaan tanah dan meningkatkan kualitas lahan pertanian. Untuk melihat efektifas dalam pembenah tanah maka digunakan tanaman sebagai indikator yang dapat diamati, maka dipilihlah tanaman jagung sebagai indikator. Penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian biochar tempurung kelapa terhadap perubahan sifat kimia ultisol dan pertumbuhan jagung (zea mays). Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial, yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuannya yaitu: Kontrol (B0), 5 ton/ha (B1), 15 ton/ha (B2), dan 25 ton/ha (B3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa berpengaruh terhadap sifat kimia Ultisol seperti C-organik dan K tersedia, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan 25 ton/ha. C-organik meningkat dari 1,46 % menjadi 1,93 % dan K tersedia meningkat dari 1,62 mg/kg menjadi 8,77 mg/kg.Effect of Coconut Shell Biochar Application on Ultisol Chemical Properties and Corn Growth (Zea mays)Abstract. Ultisols in Indonesia have an area of 45,794,000 ha or 25% of the total land area in Indonesia. Ultisols have several problems such as high acidity, low organic matter, deficiency of essential nutrients such as N, P, K, Ca, Mg and Mo, and high solubility of Al, Fe and Mn. From these problems, a soil enhancer in the form of coconut shell biochar was given. Biochar can be useful as a soil amendment, reduce soil acidity and improve the quality of agricultural land. To see the effectiveness in improving the soil, plants are used as indicators that can be observed, then corn is chosen as an indicator. This study was to determine the effect of coconut shell biochar on changes in the chemical properties of ultisol and the growth of corn (zea mays). This study used a non-factorial randomized block design (RAK) pattern, which consisted of 4 treatments and 5 replications. The treatments were: Control (B0), 5 tons/ha (B1), 15 tons/ha (B2), and 25 tons/ha (B3). The results showed that the application of coconut shell biochar affected the chemical properties of Ultisol such as C-organic and available K, and also affected plant height growth at 25 tons/ha treatment. C-organic increased from 1.46% to 1.93% and available K increased from 1.62 mg/kg to 8.77 mg/kg.
Efektivitas Media Pembawa dalam Perbanyakan Mikoriza Acaulospora dan Glomus Dinda Aprillia Tanzil; Yusnizar Yusnizar; Munawar Khalil; Marlina Marlina; Fikrinda Fikrinda
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (885.328 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23179

Abstract

Abstrak. Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan simbion tanaman yang berperan sebagai pupuk hayati. Produksi pupuk hayati FMA memerlukan media pembawa yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis media pembawa berbasis pupuk organik terhadap produksi inokulum FMA Glomus sp. dan Acaulospora tuberculata. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non-faktorial dengan lima perlakuan jenis media pembawa, yaitu zeolit; zeolit+10% (b/b) vermikompos; zeolit+10% (b/b) (vermikompos+Purpureocillium lilacinum); zeolit+10% (b/b) pupuk kandang; dan zeolit+10% (b/b) (pupuk kandang+P. lilacinum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembawa berbasis pupuk organik vermikompos dan pupuk kandang tidak efektif menggantikan pengaruh zeolit dalam menghasilkan jumlah spora Glomus sp. tertinggi. Kombinasi zeolit dan 10% vermikompos efektif terhadap produksi spora A. tuberculata dan kolonisasi akar oleh Glomus sp. (65,67%) dan A. tuberculata (77,33%) tertinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa efektivitas media pembawa berbasis pupuk organik dalam produksi pupuk hayati mikoriza dipengaruhi oleh jenis spora FMA.The Effectiveness of Carrier Media on Mycorrhizal Propagation of Acaulospora and GlomusAbstract. Arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) are plant symbionts acting as biofertilizers. Production of AMF biofertilizers requires suitable carrier media. This study aimed to determine the effect of the type of carrier media based on organic fertilizer on the inoculum production of AMF Glomus sp. and Acaulospora tuberculata. This study used a non-factorial randomized block design with five types of carrier media, namely zeolite, zeolite+10% (w/w) vermicompost, zeolite+10% (w/w) (vermicompost+Purpureocillium lilacinum), zeolite + 10% (w/w) manure, and zeolite+10% (w/w) (manure+P. lilacinum). The results showed that the carrier media based on organic vermicompost and manure was not effective in replacing the effect of zeolite in producing the highest number of Glomus sp. spores. The combination of zeolite and 10% vermicompost was effective on the highest spore production of A. tuberculata and root colonization by Glomus sp. (65.67%) and A. tuberculata (77.33%). These results indicated that the effectiveness of organic fertilizer-based carrier media in biofertilizer production was affected AMF spore types.