Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik

IMPLIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU (P2KH) TERHADAP PEMENUHAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN Yohanes Dicky Ekaputra; Margareta Maria Sudarwani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2013): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 4 2013
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingginya kebutuhan lahan untuk pembangunan perkotaan, menyebabkan beralih fungsinya kawasan-kawasan yang sangat berpotensi sebagai kawasan lindung menjadi kawasan terbangun, berdampak pada berkurangnya areal Hijau, tidak saja di kawasan perkotaan, tetapi juga di sebagian wilayah perdesaan,Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Pengalokasian 30% RTH ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.Selaras dengan hal tersebut, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau.Kota Hijau merupakan kota yang dibangun dengan terus menerus memupuk semua aset kota meliputi manusia, lingkungan terbangun, sumber daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Kota Hijau juga merupakan kota yang melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Pengembangan Kota Hijau juga berarti pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama. Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur pemangku kepentingan kota. Pengembangan Kota Hijau juga memerlukan perubahan/inovasi/prakarsa mendasar (dari praktek hingga nilai-nilai) dan masif.Kata Kunci : Kota Hijau, Ruang Terbuka Hijau, Atribut Hijau.
KONSERVASI LAHAN KRITIS UNTUK PERTANIAN PRODUKTIF DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG Margareta Maria Sudarwani; Yohanes Dicky Ekaputra
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2012): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 3 2012
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian lebih kurang sebesar 2% per tahun, akibatnya adalah berkurangnya total produksi pertanian yang berakibat pada berkurangnya ketersediaan pangan. Situasi ini diperparah lemahnya  kepastian  kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan lahan, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan usaha yang bersifat ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan, termasuk akses terhadap lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budi daya pertanian, sebagai salah satu usaha yang paling mudah dalam rangka memanfaatakan potensi sumber daya alam setempat. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh akses terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah pertanian. Beberapa fenomena yang terjadi di wilayah Kota Semarang yang secara fisik menjadi penyebab meningkatnya lahan kritis, adalah sebagai berikut: karakteristik wilayah kota semarang yang bervariasi, perubahan fungsi guna lahan pada kawasan lindung menjadi kawasan budidaya & lahan pertanian menjadi lahan terbangun, dan semakin banyaknya lahan kritis, pada wilayah kawasan yang tidak produktif dan tidak memiliki investasi ekonomi yang tinggi. Konservasi Lahan  melalui Optimalisasi Peningkatan Potensi Sumber Daya Lahan Pertanian bertujuan menjaga kelestarian fungsi lahan di kawasan lindung dan meminimalisir terjadinya bencana, sehingga optimalisasi lahan pertanian akan peningkatan luas areal tanam dan produktivitas pertanian sebagai upaya untuk meningkatkan  Ketahanan Pangan yang berkelanjutan.  Karena potensi Pertanian Kota Semarang secara khusus banyak tersebar di wilayah Kawasan dataran Tinggi / Kawasan Perbukitan, maka lokasi penelitian ini akan diarahkan pada wilayah kota Semarang yang memiliki potensi Sektor Pertanian cukup besar, dan memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap upaya pencapaian Ketahanan Pangan di wilayah Kota Semarang, yaitu di Kecamatan  Gunungpati. Kata kunci : konservasi lahan, ketahanan pangan
KARAKTERISTIK RUANG TUNGGU PADA INSTALASI RAWAT JALAN BANGUNAN RUMAH SAKIT (KAJIAN STUDI RUMAH SAKIT ELISABETH SEMARANG) Yohanes Dicky Ekaputra; Margareta Maria Sudarwani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2014): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 5 2014
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang tunggu  Instalasi rawat jalan merupakan suatu ruang yang berfungsi sebagai penerima pengunjung Instalasi rawat jalan yang baru datang dan  juga sebagai penghantar pengunjung yang akan meninggalkan Instalasi rawat jalan. Ruang ini juga memiliki fungsi yang lebih bersifat Publik bagi pengunjung yang akan mendapatkan dukungan kebutuhan kesehatan. Sebagai ruang tunggu maka diperlukan adanya tatanan interior yang baik untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung Instalasi rawat jalan.  Ruang tunggu  sebagai awal masuknya dari sebuah Instalasi rawat jalan maka perlu adanya kesan pertama bagi pengunjung Instalasi rawat jalan. Maka tanpa mengesampingkan keindahan dari sebuah ruangan, furniture juga perlu ditata dengan baik untuk memberikan kenyamanan yang maksimal, serta secara psikhologis memberikan motivasi kepada pasien untuk mencapai kesembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengenal, mempelajari dan memahami karakteristik interior ruang tunggu instalasi rawat jalan Rumah Sakit Elisabeth Semarang, dengan harapan dapat memberikan manfaat wawasan pengetahuan secara Arsitektural serta dapat menjadi masukan teknis kepada owner pengelola majanemen bangunan Rumah Sakit untuk menata pelayanan fasilitas kesehatan dan pendukungnya secara lebih baik lagi. Pembahasan dilakukan untuk mengkaji Elemen Interior, Perabot ruangan serta Aksesoris pelengkap ruangan. Sementara Analisis dititikberatkan pada Fungsi dan Kegunaannya, baik bagi Staf Pengelola Rumah Sakit, Staf Medis, Pasien maupun Pengunjung secara umum. Kata Kunci : Interior, Perabot, Aksesories