Nanik Purwanti
Bogor Agricultural University

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Perlakuan Air Panas terhadap Mutu Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Selama Penyimpanan Lista Eka Yulianti; Rokhani Hasbullah; Nanik Purwanti
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4442.651 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractGuava (Psidium guajava L.) is one of the potential tropical fruits in Indonesia. Guava productivity can decrease because of pest attacks. Fruit fly (Bactrocera carambolae) is one of guava major pests. It’s needed a treatment that can annihilate fruit fly without affecting the fruit quality. Hot water treatment (HWT) is known as one of popular method for fruit fly disinfestation. HWT at 46oC for a minimum of 15 min is known as a method for B. carambolae disinfestation.This research aimed to observe temperature development during HWT and to study the effects of HWT and storage temperature on guava quality. Red guava was treated by hot water at 46oC for 10, 20, 30 min and then stored at two temperatures, 10oC and 28 ± 2oC. Respiration rate and fruit quality were observed during storage.Respiration rate, weight losses, hardness, moisture content, total soluble solid, and color of guava aren’t affected by HWT at 46oC for 10 - 30 min. Low temperature significantly decreased the respiration rate and weight losses during storage. It’s also maintained moisture content and color of guava.AbstrakBuah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah tropis berpotensi di Indonesia. Produktifitas jambu biji dapat mengalami penurunan karena adanya serangan hama. Salah satu hama utama jambu biji adalah lalat buah dengan spesies Bactrocera carambolae. Diperlukan suatu perlakuan yang dapat membunuh lalat buah tersebut dengan tidak mempengaruhi mutu buah. Perlakuan air panas diketahui sebagai salah satu metode yang banyak digunakan untuk disinfestasi lalat buah. Perlakuan air panas pada suhu 46oC selama minimal 15 menit diketahui dapat membunuh B. Carambolae. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan suhu selama proses perlakuan air panas dan mempelajari pengaruh suhu dan lama perlakuan air panas terhadap mutu buah jambu biji selama penyimpanan. Buah jambu biji merah diberi perlakuan air panas dengan suhu pusat 46oC selama 10, 20, 30 menit dan kontrol kemudian disimpan pada dua taraf suhu berbeda, yaitu suhu 10oC dan 28 ± 2oC. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan laju respirasi dan perubahan mutu buah. Perlakuan air panas pada suhu pusat buah 46oC selama 10 - 30 menit tidak berpengaruh terhadap laju respirasi, susut bobot, kekerasan, kadar air, total padatan terlarut, dan warna buah jambu biji. Suhu rendah dapat menekan laju respirasi dan susut bobot buah selama penyimpanan. Selain itu, suhu rendah juga dapat mempertahankan kadar air dan warna buah jambu biji.
Flow Behavior of Isolate Protein from Soybeans var. Grobogan and Whey Protein Isolate at Acidic Condition under Various Heating Times Warji Warji; Sutrisno Suro Mardjan; Sri Yuliani; Karin Schroën; Nanik Purwanti
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1774.721 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.171-178

Abstract

AbstractFlow behavior of Soy Protein Isolate (SPI) suspension and Whey Protein Isolate (WPI) solution at pH 2.0 under various heating times were studied using steady shear viscosity measurements. Shear rate sweeps with increasing shear rates (up ramp) was performed to investigate the structural breakdown of the proteins during shearing. Down ramp shear rates were performed to check structural recovery of the proteins. The results showed that unheated SPI suspension has Newtonian flow; meanwhile, unheated WPI solution was slightly shear thickening. Heating the proteins at 80ºC for 4, 8, 12, and 16 h changed flow behavior of the proteins. Flow curve of SPI suspension heated for 12 h and 16, fitted Ostwald model with flow behavior index (n) of 0.625 and 0.264, respectively. This index indicates pseudoplastic (shear thinning) behavior, which also observed in heated WPI solution. The changes in flow behavior was attributed by the changes in protein structures, i.e., globular structures into fibrillar structures under prolonged heating at acidic condition. This conversion also increased the apparent viscosities of the proteins. SPI fibrils have higher apparent viscosities than WPI fibrils. This difference might be attributed to the detail fibril structures. SPI fibrils have branched and curvy structures; meanwhile, WPI fibrils are long and straight.AbstrakPerilaku aliran suspensi Soy Protein Isolate (SPI) dan larutan Whey Protein Isolate (WPI) pada pH 2.0 pada berbagai lama pemanasan diinvestigasi. Shear rate yang meningkat diaplikasikan untuk mengetahui kerusakan struktur protein selama geseran. Shear rate dengan pola menurun dilakukan untuk mengetahui apakah strukturprotein kembali ke struktur awal setelah mengalami kerusakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suspensi SPI yang tidak dipanaskan memiliki perilaku aliran Newtonian; sementara larutan WPI yang tidak dipanaskan bersifat sedikit shear thickening. Pemanasan protein pada 80ºC selama 4, 8, 12, dan 16 jam mengubah perilaku aliran suspensi SPI dan larutan WPI. Kurva aliran suspense SPI yang dipanaskan selama 12 jam dan 16 jam sesuai dengan model Ostwald dengan indeks perilaku aliran (n) masing-masing 0.625 dan 0.264. Indeks ini mengindikasikan perilaku aliran bersifat pseudoplastic (shear thinning), yang juga teramati pada larutan WPI yang dipanaskan. Perubahan perilaku aliran disebabkan oleh perubahan struktur protein dimana SPI dan WPI awalnya memiliki struktur globular lalu menjadi struktur fibrillar akibat pemanasan yang lama pada kondisi asam. Perubahan struktur juga meningkatkan nilai apparent viskositas, dimana viskositas fibril SPI lebih tinggi daripada fibril WPI. Perbedaan ini diakibatkan oleh perbedaan struktur fibril protein dimana SPI berbentuk fibril yang bercabang dan melengkung sedangkan WPI berbentuk fibril yang lurus dan panjang.
Tinjauan Perkembangan Proses Katalitik Heterogen dan Non-Katalitik untuk Produksi Biodiesel Wahyudin Wahyudin; Armansyah Halomoan Tambunan; Nanik Purwanti; Joelianingsih Joelianingsih; Hiroshi Nabetani
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1406.97 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.123-130

Abstract

AbstractBiodiesel is still expected to be an alternative fuel other than petroleum. Therefore, intensive research is being done by researchers in the world to develop biodiesel production process that is more efficient, economical and environmentally friendly. Among them is by developing a catalytic and non-catalytic process. The heterogeneous catalytic process is of particular concern with many promising results and is expected to address the current lack of homogeneous catalytic processes. In Indonesia, many natural catalyst sources have been investigated into potential heterogeneous catalyst. The non-catalytic process also provides a reasonably reliable process expectation of course with its various challenges. Both heterogeneous catalytic processes and non-catalytic processes are believed to be potential processes that can be applied in the near future. The development of the results and the challenges of these two processes, therefore, is reviewed in this work as an innovative biodiesel process technology research opportunity.AbstrakBiodiesel masih diharapkan menjadi bahan bakar alternatif selain dari minyak bumi. Oleh karenanya penelitian yang intensif tengah dilakukan para peneliti di dunia untuk mengembangkan proses produksi biodiesel yang lebih efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Diantaranya adalah dengan mengembangkan proses secara katalitik dan non-katalitik. Proses katalitik heterogen menjadi perhatian khusus dengan banyaknya hasil penelitian yang menjanjikan dan diharapkan dapat mengatasi kekurangan proses katalitik homogen saat ini. Di Indonesia berbagai sumber katalis alami telah diteliti untuk dijadikan katalis heterogen. Namun, proses non-katalitik juga memberikan harapan proses yang cukup bisa diandalkan tentu dengan berbagai tantangannya. Baik proses katalitik heterogen maupun proses non-katalitik diyakini sebagai proses potensial yang dapat diterapkan dalam waktu dekat ini. Oleh karena itu, perkembangan hasil dan berbagai tantangan dari kedua proses tersebut diulas dalam tinjauan ini sebagai peluang penelitian teknologi proses biodiesel yang inovatif.
Stabilitas Beras Analog Berdasarkan Pola Kadar Air Kesetimbangan Yose Rizal Kurniawan; Novriaman Pakpahan; Y. Aris Purwanto; Nanik Purwanti; Slamet Budijanto
JURNAL PANGAN Vol. 30 No. 2 (2021): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v30i2.522

Abstract

Salah satu informasi penting yang harus diketahui dalam mendistribusikan produk pangan dari gudang penyimpanan hingga ke tangan konsumen adalah stabilitas produk pangan selama penyimpanan. Salah satu cara untuk menggambarkan stabilitas produk pangan adalah melalui kurva isotermi sorpsi air (ISA) yang memperlihatkan pola kadar air kesetimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model matematika yang tepat menggambarkan isotermi sorpsi air dari beras analog. Pemodelan tersebut digunakan untuk menduga umur simpan beras analog melalui pendekatan kadar air kritis. Larutan garam jenuh yang digunakan untuk memperoleh kurva ISA beras analog antara lain NaOH, CH3COOK, MgCl2, KI, NaCl, KCl dan BaCl2. Model matematika yang digunakan untuk menggambarkan kurva ISA beras analog adalah model GAB, Oswin, Halsey, Chen-Clayton, Henderson, Caurie dan Smith. Berdasarkan nilai MRD maka model GAB adalah model matematika yang paling sesuai menggambarkan kurva ISA beras analog. Nilai kadar air kritis beras analog sebesar 15.24 % bk. Perhitungan pendugaan umur simpan beras analog yang disimpan di dalam plastik polipropilen dan plastik nilon masing-masing adalah 1 tahun 10 bulan dan 3 tahun 3 bulan.