Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PERAN KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR TERHADAP KESULITAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA Susi Handayani Br. Lubis; Riana Sahrani; Pamela Hendra Heng
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 16(2), 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/harkat.v16i2.16144

Abstract

Abstract. This study aims to determine the role and extent the contribution of emotional intelligence variable, career decision making self-efficacy and career exploration as a mediator on the career decision making difficulties of Students in high school. The approach used in this study is a correlational quantitative approach. The subjects in this study are 368 high school students of grade XI in South Jakarta, South Tangerang and Depok. This study uses a non-random sampling technique. Analysis of the try out result implements SPSS V.23 data processing application. The results of the reliability test with Cronbach's Alpha coefficient are in the range of .770 to .902 (α> .50). The actual data is tested for the validity of statement items using Confirmatory Factor Analysis (CFA) using MPlus Ver processing software. 8.2. Hypothesis testing uses path analysis model testing using Mplus 7.0 software. It was found that the significance of emotional intelligence on the career decision making difficulties with a value of 0.944> 0.05. Career decision making self-efficacy with a significance of P-Value 0.000 <0.05. Career exploration with a significance of P-Value 0.141> 0.05. The results of the study show that career exploration testing has not been able to become a mediator between emotional intelligence and self-efficacy in career decision making towards the difficulties of career decision making. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan seberapa besar sumbangsih variabel kecerdasan emosi, efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dan eksplorasi karir sebagai mediator terhadap kesulitan pengambilan keputusan siswa pada Siswa SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif korelasional. Subjek dalam penelitian ini menggunakan 368 orang siswa kelas XI SMA di Jakarta Selatan, Tangerang Selatan dan Depok. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non-random sampling. Analisis data yang digunakan untuk data hasil try out menggunakan SPSS V.23. Adapun hasil uji reliabilitas dengan koefisien Alpha Cronbach berada pada rentang .770 hingga .902 (α > .50). Data sebenarnya dilakukan uji validitas butir pernyataan  menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menggunakan software pengolahan MPlus Ver. 8.2. Uji hipotesis menggunakan pengujian model path analysis menggunakan software Mplus 7.0. Didapatkan bahwa signifikansi kecerdasan emosi terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir denganp value 0.944 > 0.05. Efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir dengan signifikansi P-Value 0.000 < 0.05. Ekplorasi karir dengan signifikansi P-Value 0.141 > 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian eksplorasi karir belum mampu menjadi mediator antara kecerdasan emosi dan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir terhadap kesulitan pengambilan keputusan karir. 
KECEMASAN MAHASISWA SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 Hartinah Dinata; Sri Tiatri; Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11786.2021

Abstract

The COVID-19 pandemic (Coronavirus Disease 2019) is an epidemic that is occurring worldwide and causing a number of psychological reactions and mental health. In response to the outbreak, the government established ‘Pembelajaran Jarak Jauh’ (PJJ). However, PJJ has had a number of negative effects. In addition, students are also prone to experiencing anxiety. There is increasing attention to the mental health of students at the higher education due to the COVID-19 situation. This study aims to determine the impact of the COVID-19 pandemic on student mental health, especially anxiety among students in Indonesia. The study was conducted using an online survey, with an anxiety scale from the DASS (Depression Anxiety Stress Scale), and a questionnaire related to the anxiety. The participants were 166 active undergraduate (S-1) students who were doing PJJ. The results showed that most students experienced extremely severe level of anxiety (44%). The anxiety that students experience might come from the COVID-19 pandemic situation, and the PJJ situation. Most of the students were worried that they would be infected by COVID-19 (83.13%). In addition, students also experience anxiety about the PJJ activities. They feel more anxious about carrying out academic activities compared to the period before the pandemic (76.5%). In addition, there are several conditions that affect student anxiety, such as: (a) feeling bored and less enthusiastic about online learning activities (78.31%); (b) the signal is bad, the quota runs out (68.67%), and (c) there is a lot of disturbance to the surrounding environment when online classes (67.47%). This state of academic anxiety is considered disturbing for students. Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) merupakan epidemi yang terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan sejumlah reaksi psikologis dan kesehatan mental. Dalam menanggapi adanya wabah yang sedang merebak, pemerintah menetapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun demikian, PJJ menyebabkan sejumlah dampak negatif. Selain itu, mahasiswa juga rentan mengalami kecemasan. Terjadi peningkatan perhatian terhadap kesehatan mental siswa pada tingkat pendidikan tinggi karena situasi COVID-19. Penelitian ini berusaha mengetahui dampak pandemi COVID-19 pada kesehatan mental mahasiswa, khususnya kecemasan pada mahasiswa di Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan online survey, dengan skala kecemasan dari DASS (Depression Anxiety Stress Scale), dan survey terkait kecemasan yang mahasiswa rasakan yang diciptakan peneliti. Partisipan berjumlah 166 mahasiswa aktif Strata 1 (S-1) yang sedang melakukan PJJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kecemasan dengan tingkat sangat parah (44%). Kecemasan yang dialami siswa dapat berasal dari situasi pandemi COVID-19 dan situasi PJJ. Sebagian besar mahasiswa cemas akan terjangkit COVID-19 (83,13%). Selain itu, mahasiswa juga mengalami kecemasan mengenai kegiatan PJJ yang berlangsung. Mereka merasa lebih cemas dalam menjalankan kegiatan akademik dibandingkan dengan masa sebelum pandemi (76,5%). Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa, seperti: (a) perasaan bosan dan kurang antusias mengenai kegiatan belajar online (78,31%); (b) sinyal buruk, kuota habis (68,67%), dan (c) banyaknya gangguan lingkungan sekitar ketika sedang kelas online (67,47%). Keadaan kecemasan akademik ini dianggap mengganggu bagi mahasiswa.
PENERAPAN PROGRAM THE GOOD BEHAVIOR GAMES (GBG) UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL PADA BYSTANDER Yunike Putri; Sri Tiatri; Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i1.7712.2020

Abstract

Bullying is not only affects victims of bullying, but it can also affect students who witness bullying (bystander). The role of the bystander becomes very important because as someone who often witnesses the bullying, they can prevent the incident. A bystander who is often passive in stopping bullying has been found to have a low quality prosocial behavior. In doing prosocial behavior, one of very important thing to do is to give reinforcement to children. In the Good Behavior Games (GBG) program, students in groups will be given instructions in a game to do various prosocial behavior. Students will be given reinforcement, which is the compilation of rewards if they can show the expected behavior. The purpose of this research is to examine whether the implementation of the Good Behavior Games (GBG) program can increase prosocial behavior of bystander in 6th grade students. This study used an experimental design of one group pre-test post-test involving 27 participants who were identified as bystanders. The sampling technique in this study used purposive sampling. Measurements in this study used a Prosocial Behavior measurement tool developed by Knafo Noam et al. The GBG implementation was carried out in 22 sessions. The results showed that the Good Behavior Games intervention program was able to increase prosocial behavior of bystanders. Kejadian bullying tidak hanya mempengaruhi korban bullying, tetapi hal tersebut juga dapat memengaruhi siswa-siswa yang menyaksikan kejadian bullying (bystander). Peran bystander menjadi sangat penting, karena sebagai seseorang yang seringkali menyaksikan bullying, mereka dapat mencegah kejadian tersebut. Seorang bystander yang seringkali bersikap pasif dalam menghentikan bullying ditemukan memiliki kualitas perilaku prososial yang rendah. Dalam mengajarkan perilaku prososial, salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan yaitu dengan memberikan reinforcement atau penguatan pada anak. Dalam program the Good Behavior Games (GBG) para siswa dalam kelompok diberikan instruksi untuk melakukan berbagai perilaku prososial dalam suatu permainan. Siswa diberi reinforcement, yaitu berupa reward ketika berhasil menunjukkan perilaku yang diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah penerapan program the Good Behavior Games (GBG) dapat meningkatkan perilaku prososial pada bystander pada siswa kelas 6 SD. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen one group pre-test post-test dengan melibatkan 27 partisipan yang teridentifikasi sebagai seorang bystander. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Perilaku Prososial yang dikembangkan oleh Knafo Noam dkk. Pelaksanaan the GBG dilaksanakan sebanyak 22 sesi. Hasil penelitian menunjukkan pemberian intervensi program the Good Behavior Games dapat meningkatkan perilaku prososial pada bystander.
PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KUALITAS HIDUP REMAJA PERKOTAAN Pamela Hendra Heng; Naomi Soetikno; Amala Fahditia
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.6599.2020

Abstract

In an effort to improve the progress of the Indonesian nation, it is necessary to pay attention to all levels of society, especially the young people who will be the pillars of the Indonesian nation in the future. One fourth of Indonesia's population is children and adolescents. Other studies have shown that parenting can influence a child's level of self-confidence, academic performance, and children's behavior. This research was to examine the "Role of Parents’ Parenting towards Urban Adolescents’ Quality of Life". A quantitative method with non-experimental was used and attended by 381 State High School students (SMAN), ages of 14-19 years in schools of X and Y in X city, namely 234 girls and 147 boys. Measuring instruments used are Youth Quality of Life (YQOL) and parenting measuring instruments that have been adapted. Based on the results of different tests on parenting parents with One-way Anova obtained values of F = 10,203, p = .000 <.05 for mothers’ parenting, and F = 6,146, p = .000 <.05 for fathers’ parenting, so there are significant differences between quality of life with parenting styles. The results showed that "authoritative" parenting has a high quality of life, where parents encourage, also provide limits, adolescents become independent individuals. Meanwhile, “neglectful” parenting has a low quality of life, lacks involvement in the lives of children, adolescents do not become independent individuals, less competent in socializing and lack of self-control. Dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa Indonesia perlu diperhatikan semua lapisan masyarakat, khususnya para remaja yang akan menjadi tiang tonggak bangsa Indonesia di masa mendatang. Seperempat dari penduduk Indonesia merupakan anak-anak dan remaja. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pola asuh orangtua dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri anak, performa dalam akademik, dan perilaku anaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji “Peranan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kualitas Hidup Remaja Perkotaan.” Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan non eksperimental dan ini diikuti oleh 381 siswa SMAN berusia 14-21tahun di sekolah X dan Y di kota X, yakni 234 wanita dan 147 pria. Alat ukur yang digunakan adalah Youth Quality of Life (YQOL) dan alat ukur pola asuh yang telah diadaptasi. Berdasarkan hasil uji beda pada pola asuh orangtua dengan Oneway Anova diperoleh nilai F = 10.203, p = .000 < .05 untuk pola asuh ibu, dan F = 6.146, p = .000 < .05 untuk pola asuh ayah, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup dengan pola asuh orangtua. Hasil penelitian menunjukkan, remaja dengan pola asuh orangtua yang “authoritative” memiliki kualitas hidup yang tinggi, dimana orang tua mendorong, juga memberikan batasan, remaja menjadi pribadi yang mandiri. Sementara, remaja dengan pola asuh orangtua yang “neglectful” memiliki kualitas hidup yang rendah, dimana kurang keterlibatan orangtua dalam kehidupan anak, remaja menjadi pribadi tidak mandiri, kurang kompeten bersosialisasi dan kurang pengendalian diri. 
PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR DAN KETERLIBATAN AKADEMIK TERHADAP INTENSI MENGUNDURKAN DIRI DENGAN RESILIENSI SEBAGAI MEDIATOR Pricilia Claudia Pattynama; Riana Sahrani; Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.5629

Abstract

Pengunduran diri dari perkuliahan merupakan salah satu fenomena yang banyak terjadi pada mahasiswa, terutama mahasiswa strata 1 (S1) di institusi swasta. Penyebab utama fenomena ini adalah adanya intensi mengundurkan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran regulasi diri dalam belajar dan keterlibatan akademik terhadap intensi mengundurkan diri dari perkuliahan. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menguji resiliensi sebagai variabel mediator. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan 348 mahasiswa yang terdaftar di sebuah Universitas di Jakarta, Indonesia sebagai partisipan penelitian. Partisipan penelitian berusia 18 hingga 25 tahun. Pengambilan data dilakukan menggunakan empat alat ukur yang diadaptasi dari instrumen sebelumnya. Alat ukur tersebut mengukur regulasi diri dalam belajar, keterlibatan akademik, resiliensi dan intensi mengundurkan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi merupakan variabel mediator antara regulasi diri dalam belajar dan keterlibatan akademik terhadap intensi mengundurkan diri dari perkuliahan. Intensi tinggi untuk mengundurkan diri ditemukan pada mahasiswa di fakultas kedokteran serta mahasiswa tahun kedua. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa keterlibatan akademik paling berkontribusi terhadap intensi mengundurkan diri dibandingkan regulasi diri dalam belajar dan resiliensi. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa perlu meregulasi diri dalam perkuliahan, membangun rasa terlibat dengan proses studi, serta perlu memiliki resiliensi agar semakin memiliki intensi rendah untuk mengundurkan diri. Drop out of college students is a rising phenomenon, especially in private institution. The main cause of this phenomenon is drop out intention. The goal of this research was to investigate the role of self-regulated learning and academic engagement to predict college student drop out intention. Specifically, this research aim to test resilience as a mediator variable between self-regulated learning and academic engagement in drop out intention. This study conducted quantitative approach with 348 student enrolled in a University in Jakarta, Indonesia as participant. Participants’ age range from 18 to 25 years. Data collected from four instruments adapted from previous instrument measured self regulated learning, academic engagement, resilience and drop out intention. Result showed that resilience mediated self regulated learning and academic engagement to drop out intention. High level of drop out intention found in medical student and second year student. Academic engagement has the most contribution to drop out intention. Result showed that college student need to develop self-regulated learning, feel engage with their learning process in institution, and have resilience in order to reduce drop out intention.
DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI MEDIATOR PENGARUH RASA SYUKUR TERHADAP KEPUASAN HIDUP GURU PADA SAAT PEMBELAJARAN DARING Yulia Lestari Tarihoran; Pamela Hendra Heng; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.12102.2021

Abstract

The Covid-19 pandemic resulted in new policies, one of which was to maintain physical distance.The application of maintaining physical distance has a huge impact in the world of education.This is due to the introduction of an online learning system. Teachers are the most affected.In desperate circumstances, teachers are required to transform face-to-face learning systems into online learning.Changes that occur suddenly affect the satisfaction of the teacher's life as a professional educator.No exception occurs in elementary school teachers.The difficulties experienced with the implementation of online learning systems cause discomfort.One way to reduce teacher discomfort is to practice gratitude.This study examined whether social support acted as a mediator of the influence of gratitude on the life satisfaction of elementary school teachers in South Tangerang.Life satisfaction measurements use the Satisfaction with Life Scale (SWLS) adaptation scale.Social support uses the Multidimentional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) adaptation scale Zimmet (1988).The adaptation scale of the Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) is used to measure gratitude.The results proved that social support mediated the influence of gratitude on life satisfaction in 125 elementary teachers in South Tangerang.The results support previous research in Korea (You et al., 2018), conducted on settings (COVID-19 pandemic) and different cultures. Pandemik Covid-19 menghasilkan kebijakan baru, salah satunya adalah menjaga jarak fisik. Penerapan menjaga jarak fisik sangat memiliki dampak dalam dunia pendidikan. Hal ini berimbas dengan diberlakukannya sistem pembelajaran daring. Guru merupakan pihak yang paling terkena dampak. Dalam keadaan terdesak, guru dituntut untuk mentransformasi sistem pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba memengaruhi kepuasan hidup guru sebagai tenaga pendidik profesional. Tidak terkecuali terjadi pada guru Sekolah Dasar. Kesulitan yang dialami dengan pemberlakuan sistem pembelajaran daring mengakibatkan ketidaknyamanan. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan guru adalah melatih rasa syukur. Penelitian ini menguji apakah dukungan sosial berperan sebagai mediator pengaruh rasa syukur terhadap kepuasan hidup guru SD di Tangerang Selatan. Pengukuran kepuasan hidup menggunakan skala adaptasi Satisfaction with Life Scale (SWLS). Dukungan sosial menggunakan skala adaptasi Multidimentional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) Zimmet (1988). Skala adaptasi dari Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) digunakan untuk mengukur rasa syukur. Hasil penelitian membuktikan bahwa dukungan sosial memediasi pengaruh dari rasa syukur terhadap kepuasan hidup pada 125 guru SD di Tangerang Selatan. Hasil penelitian mendukung penelitian sebelumnya di Korea dilakukan pada setting (pandemik COVID-19) dan budaya berbeda.
PENERAPAN METODE TUNJUKKAN DAN CERITAKAN TERHADAP KESIAPAN MEMBACA PADA ANAK TK Christina Christina; Sri Tiatri; Pamela Hendra Heng
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.10085.2021

Abstract

Reading readiness is one of the skills given to early childhood through playing while learning. Kindergarten children are given assignments in the form of worksheets and the teacher will ask those children to read and then mention the words back on their worksheet. If the learning system to read like this were practiced repeatedly, the child will get bored. Reading readiness can be done through telling stories and using flash cards. One of the behaviors that show the child is in the reading readiness stage is when a child who is able to use spoken language to express an object. This can be realized through the show and tell method, which is a method that provides opportunities for children to learn new things through storytelling and listening to stories from their friends. This study aims to see the application of the show and tell method on reading readiness of kindergarten children. Participants in this study were 16 TK B students in PAUD FL which were divided into two groups, namely EG (Experiment Group) and CG (Control Group). Participants will be provided with an adapted Reading Readiness Assessment test kit and an Expressive Vocabulary Test as additional analysis given at the beginning and end of the study. The data analysis used an independent sample t-test which resulted that the method show and tell was ineffective for the reading readiness of kindergarten children (t = 1,678; p = 0.114) but the method show and tell was effective in increasing the number of children’s word to describe something (t = 4.961; p = 0.001) and children's vocabulary (t = 4,797; p = 0.002). Kesiapan membaca merupakan salah satu keterampilan yang diberikan kepada anak usia dini melalui kegiatan bermain sambil belajar. Anak TK diberikan tugas dalam bentuk lembar kerja dan meminta anak untuk membaca lalu menuliskan kembali kata yang ada pada lembar kerja tersebut. Apabila sistem belajar membaca seperti ini dilakukan berulang, maka anak akan merasa jenuh. Kesiapan membaca dapat dilakukan dengan cara bercerita, mendongeng dan penggunaan media flash card. Salah satu perilaku yang menunjukkan anak berada dalam tahap kesiapan membaca adalah anak mampu menggunakan bahasa lisan untuk menceritakan suatu objek. Hal ini dapat diwujudkan dalam metode tunjukkan dan ceritakan, yaitu metode yang memberikan peluang bagi anak untuk belajar hal baru melalui kegiatan bercerita dan mendengarkan cerita teman sekelompoknya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan metode tunjukkan dan ceritakan terhadap kesiapan membaca anak TK. Partisipan pada penelitian ini adalah 16 murid TK B di PAUD FL yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu KE (Kelompok Eksperimen) dan KK (Kelompok Kontrol). Partisipan akan diberikan alat tes Reading Readiness Assessment yang telah diadaptasi serta Expressive Vocabulary Test sebagai analisis tambahan yang diberikan pada awal dan akhir penelitian. Analisis data menggunakan uji beda yang menunjukkan hasil bahwa metode tunjukkan dan ceritakan tidak efektif terhadap kesiapan membaca anak TK (t = 1.678; p = 0.114) namun metode tunjukkan dan ceritakan efektif untuk meningkatkan jumlah kata anak (t = 4.961; p = 0.001) dan jumlah kosakata anak (t = 4.797; p = 0.002).