Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IMPLIKASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BERNILAI NORMATIF TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN UMUM Azmi -
JIPAGS (Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies) Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JIPAGS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31506/jipags.v3i2.7551

Abstract

Undang-Undang Dasar 1945 secara normatif menganut ajaran negara hukum kesejahteraan. Indonesia diadakan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kewajiban pelaksanaan secara fundamental dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah. Permasalahan bagaimana penyelenggaraan pemerintahan daerah dan implikasinya terhadap pembangunan dan peningkatan kesejahteraan umum di daerah. Melalui penelitian hukum normative-empiris kualitatif menunjukkan hasil, penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan bernegara, termasuk menjamin pemenuhan hak-hak serta kebutuhan hidup masyarakat melalui proses normatif menurut UUD 1945, UU No. 23 Tahun 2014 dan peraturan hukum lain. Implikasi penyelenggaraan pemerintahan daerah bernilai normatif, indikatornya dapat terukur dari dan  dapat dipertanggungjawabkan menurut UUD 1945 untuk melindungi, memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial. Suatu kesimpulan, bahwa kewajiban Pemerintah Daerah merupakan hak daerah diakui dalam UUD 1945 untuk mencapai tujuan bernegara bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan umum di daerah sebagai bagian dari pelaksanaan tujuan negara secara umum.Kata Kunci, Konstitusi Normatif, Daerah, Pembangunan Kesejahteraan Umum.
POSITION AND PROTECTION OF ASSOCIATION RIGHTS SECURITY UNIT IN HUMAN RIGHTS PERSPECTIVE ACCORDING TO THE BASIC STATE LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA YEAR 1945 Edi Candra; Azmi Azmi; Anne Gunawati
Jurnal Hukum Replik Vol 9, No 2 (2021): JURNAL HUKUM REPLIK
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/jhr.v9i2.4570

Abstract

The rights and obligations in the world of labor have been regulated in the labor law, including the right of association which must be given to every worker to associate as stated in Law Number 21 of 2000 concerning Trade Unions / Labor Unions Article 28 and Article 43. In addition, problems arise when the Indonesian National Police Headquarters on behalf of the Indonesian National Police Chief through the Head of the Security Maintenance Agency issues Circular Letter Number; B/194/I/201/Baharkam concerning: Security Guards are Not Members of Trade Unions. In Article 5 of the Circular, it is stated that "in this regard, the security guard is not a member of a trade union and is not allowed to become a member of a trade union organization". Related to this, the writer will discuss about the position of the Security Unit in the perspective of human rights according to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia and how the protection of the right of association for the security unit in the perspective of human rights according to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. The writing method that the author uses in writing this article is empirical normative, comparing a rule with the situation in the field related to the prohibition for the security unit to associate. The results of the research in this paper are that the regulation of freedom of association rights has two main objectives to be achieved, firstly human rights must be protected as basic rights, secondly there must be guarantees that the rights and freedoms of others can be carried out properly and a form of legal protection against workers in this case the security unit is an effort to fulfill human rights, where one of the important aspects of the application of a rule of law is law enforcement. A new legal instrument is said to be effective if the law can be implemented with sanctions and can be enforced if the law violates it.Keywords: Security Unit, Freedom of Association, Legal Protection 
DEMOKRASI DALAM NEGARA BERDASARKAN HUKUM PANCASILA DAN MASYARAKAT ISLAM Azmi Azmi
Al Qalam Vol 33 No 2 (2016): July - December 2016
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.048 KB)

Abstract

Demokrasi dan hukum dua pilar utama berkenaan dengan diri manusia ; baik dalam kapasitas individu, masyarakat, bangsa, negara dan masyarakat internasional. Apakah demokrasi dan hukum berbenturan antar keduanya atau saling mengisi bergerak dalam fungsi masing-masing. Bagaimana keberadaan demokrasi dalam negara hukum Pancasila dan Masyarakat Islam. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai-nilai demokrasi dan hukum tidak terdapat pertentangan antar keduanya, melainkan saling mengisi dan melengkapi. Islam memberi arah bagi demokrasi dan hukum. Kesimpulan, demokrasi dan hukum muncul atas kehendak rakyat dari karunia Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai perlawanan terhadap paham kekuasaan otoriter, untuk memberikan jaminan terhadap hak-hak individu, masyarakat, bangsa, negara dan masyarakat dunia dalam mencapai dan mewujudkan kehidupan bersama lebih baik. Keberadaan kedua tak terpisahkan dari konstitusi negara dan peraturan perundang-undangan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Islam memberi filter dan arah terhadap pelaksanaan demokrasi pada masyarakat Indonesia dalam negara hukum Pancasila. Saran, implmentasi demokrasi dan hukum di Indonesia, dijalankan harus sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, Falsafah Negara, Pancasila, UUD 1945 dan nilai-nilai Islam yang telah membentuk negara dan menata masyarakat Indonesia.
KEDAULATAN RAKYAT DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM YANG BERKETUHANAN Azmi Azmi
Al Qalam Vol 34 No 1 (2017): January - June 2017
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.987 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v34i1.1301

Abstract

Negara hukum memperlihatkan ciri adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia dan hak warga negara di mana terdapat susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar, pembatasan tindakan dan pelaksanaan kekuasaan badan-badan negara bersifat fundamental, serta tindakan warga negara sebagai pemegang kedaulatan untuk membentuk kekuasaan pemerintahan legislatif, eksekutif dan kekuasaan pemerintahan terkait lainnya melalui wakil-wakil rakyat yang memerintah. Persoalan muncul: apakah kekuasaan yang bersumber dari kedaulatan rakyat, bebas dari hukum dan kekuasaan Allah sebagai Tuhan Yang Mahakuasa? Deskripsi esensional tersebut merupakan suatu masalah, memerlukan kajian mendalam terutama mengenai bagaimana kedaulatan rakyat dalam perspektif negara hukum berketuhanan. Melalui pola pendekatan induktif, kajian ini menemukan, bahwa kedaulatan rakyat harus dilaksanakan melalui pelaksanaan fungsi hukum, baik kekuasaan dan juga hukum pelaksanaannya bersandar atas dasar-dasar dan nilai-nilai yang diilhami Tuhan. Merupakan kesimpulan, bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam negara demokrasi salah satu caranya diwujudkan melalui pemilihan umum sebagai bentuk perjanjian umum hukum untuk membentuk kekuasaan pemerintahan melalui wakil-wakil rakyat yang akan memerintah mewakili rakyat dalam jabatan kekuasaan pemerintahan legislatif, eksekutif, dan kekuasaan terkait lainnya dengan bersandar kepada nilai-nilai ketuhanan berdasarkan Alquran dan Pancasila sebagai norma dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata Kunci: Kedaulatan Rakyat, Kekuasaan Memerintah, Hukum, Nilai-Nilai Ketuhanan, Demokrasi