Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN INDUSTRI HILIR DOMESTIK TERHADAP BIJI KAKAO Faris Maulana Satria; Adi Nugraha; Eka Purna Yudha; Ernah Ernah
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 5, No 2 (2020): Volume 5 Nomor 2
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v5i2.30800

Abstract

ABSTRAKKakao merupakan salah satu komoditas yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Indonesia. Kakao memiliki potensi hilirisasasi yang sangat baik, dimana produk hilir kakao sangat beragam dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pemerintah menetapkan bubuk kakao dan lemak kakao sebagai produk hilir utama yang dihasilkan Indonesia. Perkembangan dapat dilihat pada perubahan jenis produk kakao yang diekspor. Ekspor biji kakao terus mengalami penurunan, sementara ekspor bubuk kakao dan lemak kakao terus mengalami peningkatan. Perkembangan pada industri juga dapat dilihat pada peningkatan impor biji kakao oleh Indonesia yang mengindikasikan peningkatan pada konsumsi biji kakao oleh industri hilir domestik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis trend perubahan produksi biji kakao, konsumsi biji kakao oleh industri, dan produksi produk hilir dengan menggunakan analisis trend dan grafik, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan industri hilir domestik terhadap biji kakao menggunakan analisis regresi linier berganda metode Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan software SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dan volume ekspor biji kakao mengalami penurunan, sementara produksi produk hilir dan konsumsi biji kakao oleh industri meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan industri hilir terhadap biji kakao secara signifikan adalah harga biji kakao, harga lemak kakao, harga bubuk kakao, dan produksi bubuk kakao.Kata Kunci: Bubuk Kakao, Lemak Kakao, Trend Perubahan, Permintaan Industri, Ordinary Least SquareABSTRACTCocoa has one of the highest contribution towards Indonesian economy among other agricultural commodities. Cocoa has huge potential in the downstream sector, reflected by the many variations of cocoa-based products with high economic value. Government of Indonesia declared cocoa powder and cocoa butter as the main product of downstream cocoa industry. Development of the cocoa industry downstream sector is indicated in the shift of cocoa based-products exported to various countries around the world, from raw cocoa seeds to cocoa powder and cocoa butter. Increase in Indonesian import of cocoa beans shows that there is an increase in the industry’s consumption of raw cocoa beans. The purpose of this research is to analyze the trend and dynamics of Indonesia’s cocoa bean production, cocoa bean export, downstream sector’s production, and downstream sector’s cocoa bean consumption, and to identify factors that affect downstream cocoa industry’s demand of cocoa beans using Ordinary Least Squares regression analysis. The result of this research shows that Indonesia’s cocoa bean export and production is trending downward, while downstream production and consumption shows a positive developing trend. Factors that affect the cocoa downstream industry’s demand are prices of cocoa bean, cocoa butter, cocoa powder, and the amount of cocoa powder produced by the industry.Keywords: Cocoa Powder, Cocoa Butter, Trend, Dowsntream Industry’s Demand, Ordinary Least Square
PERAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SWADAYA (P4S) DALAM PENGEMBANGAN PEMUDA PEDESAAN (Studi Kasus di P4S Tani Mandiri Desa Cibodas Kec. Lembang Kab. Bandung Barat) Iwan Setiawan; Muhammad G. Judawinata; Adi Nugraha
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 1, No 2 (2016): Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.673 KB) | DOI: 10.24198/agricore.v1i2.22710

Abstract

ABSTRAKPusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) merupakan sebuah lembaga yang dibangun,dimiliki dan dikelola secara langsung oleh komunitas petani. Salah satu misi P4S adalahmengembangkan pemuda pedesaan. P4S Tani Mandiri yang berlokasi di Desa Cibodas merupakansatu dari 400 P4S yang menjadi pionir di Indonesia. Hingga tahun 2015, P4S Tani Mandiri telahmenghasilkan 1950 lulusan dari seluruh Indonesia. Pertanyaannya, sejauh mana P4S Tani Mandiriberperan dalam mengembangkan (memberdayakan) pemuda di lingkungannya? Tulisan inibertujuan untuk menganalisis peran P4S dalam pengembangan pemuda dan sejauh mana prinsip-prinsip pengembangan masyarakat diterapkan dalam proses tersebut. Data dalam tulisan inidiperolah dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan. Hasil analisismengungkap bahwa selama 20 tahun, P4S Tani Mandiri berperan dalam memberdayakan pemudapengangguran, memberdayakan anak-anak petani, mengembangkan agribisnis dan menginisiasiusaha-usaha alternatif. Secara umum, prinsip-prinsip pengembangan masyarakat sudahdiimplementasikan, namun masih lemah dalam hal menghargai budaya dan sumberdaya lokal, dalamhal ekologis dan belum bersih dari unsur-unsur kolonisasi immateril. Oleh karena itu, perludibangun kerjasama dengan komunitas-komunitas hijau dan pelaku-pelaku kreatif yang bergerakdalam perwujudan ramah lingkungan serta peningkatan siklus nilai (value cyclic) dan siklussumberdaya lokal (resource cyclic).Kata kunci: peran, P4S, pengembangan, pemuda pedesaanABSTRACTPusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) is an institution that is built, owned andmanaged directly by the farmer community. One of P4S mission is to develop rural youth. P4S TaniMandiri which located in Cibodas Village is one of P4S pioneers in Indonesia, which has been insuccession for 20 years. Until the year of 2015, P4S Tani Mandiri has produced 1950 graduatesfrom all over Indonesia. The question is, how far P4S Tani Mandiri role in developing (empowering)youth in the community? This paper aims to analyze P4S role in the development of youth and theextent to which the principles of community development applied in the process. The data in thispaper obtained from observations and interviews with informants in Cibodas. The results of theanalysis revealed that for 20 years, P4S Tani Mandiri has contributed to empowering youthunemployment, empowering the children of farmers, developing agribusiness and youth alternativebusinesses. In general, the principles of community development have been implemented, but stillweak in terms of the culture and local resources, in terms of ecological and not yet free fromcolonization immaterial elements. Therefore, a cooperation with green communities and creativeactors engaged in the realization of environmental friendly as well as an increase in the value cycleand the cycle of local resources need to be introduced.Keywords: role, P4S, development, rural youth
DINAMIKA SOSIAL KAJI TINDAK PEMBANGUNAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN, TERINTEGRASI DAN MANIDIRI ENERGI (STUDI KASUS DI DESA PAMALAYAN, KECAMATAN BAYONGBONG, KABUPATEN GARUT) Adi Nugraha; Demi Soetraprawata; Mahra Arari Heryanto
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 2, No 2 (2017): Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v2i2.15617

Abstract

ABSTRAK Pertanian berkelanjutan dalam tiga dekade terakhir telah menjadi paradigma baru yang memengaruhi arah pembangunan pertanian. Walaupun demikian, praktik-praktik pertanian berkelanjutan memiliki karakter knowledge-intensive dan dinamis sehingga memiliki kecenderungan kegagalan penerapan yang cukup tinggi. Pola program penyuluhan dan diseminasi teknologi pertanian biasanya berdasarkan asumsi linear yang menempatkan petani hanya sebagai ‘pengguna pasif’ teknologi yang dihasilkan oleh para ahli ilmu pertanian. Penelitian ini difokuskan pada analisa interaksi-interaksi antar aktor di dalam program pengembangan pertanian berkelanjutan, terintegrasi dan mandiri energi di Desa Pamalayan, Garut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menekankan pada kedalaman informasi yang digali. Data primer didapatkan dari proses wawancara mendalam, FGD, dan observasi partisipatif. Bentuk dan perilaku organisasi serta kondisi sosial secara mikro ketika program dijalankan dianalisis dengan menggunakan Actor Oriented Approach. Berdasarkan hasil penelusuran lapangan, salah satu kunci penentu keberhasilan adalah perencanaan dan pelaksanaan program yang menitikberatkan pada aspek social, yang dalam prosesnya dilakukan secara informal. Hal ini masih jarang dilakukan oleh pelaku pembangunan di Indonesia. Konsep partisipatif dalam diseminasi suatu program pada pelaksanaannya seringkali hanya bersifat sementara, dan tidak dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Oleh karena itu, metode disseminasi dengan pendekatan informal yang mengusung lokalitas dan tingginya tingkat partisipasi tineliti dapat dijadikan contoh untuk program-program pembangunan pertanian dan pedesaan. Kata kunci: dinamika sosial, kaji tindak, keberlanjutan, pertanian terintegrasi ABSTRACT Sustainable agriculture within the last decades has been a new paradigm in agriculture development. However, sustainable agriculture practices are still characterised by knowledge intensive in its dissemination, leading to countless failures. The common dissemination processes apply linear way of thinking in its assumptions, putting farmers as ‘object for development’. This study analyses the interaction among the actors involved in the sustainable, integrated and resilient farming system development in Pamalayan, Garut. The study employs descriptive qualitative approach, focusing on the depth of gained information. Primary data were collected through in-depth interview, FGD, and participant observation. The social condition and form of interaction among related actors were analysed by using Actor Oriented Approach. The results show that the early stage of the dissemination process is one of the key factor in successing the program. This stage was focused in the social aspect of the beneficiaries, which was done through informal approaches. This style of dissemination is seldom to be seen in Indonesia. Participatory concepts are often superficial, neglecting the social sustainability of the programs. Thus, this case shows that paying attention to social aspects and informal dissemination procces play important roles in rural/agricultural development programs. Keywords: social dynamics, action research, sustainability, integrated farming
ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) BAWANG MERAH DI JAWA BARAT Trisna Insan Noor; Pandi Pardian; Adi Nugraha
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 1, No 1 (2016): Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.394 KB) | DOI: 10.24198/agricore.v1i1.22684

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja rantai nilai bawang merah di Jawa Barat, yangmenitik beratkan pada proses penambahan nilai dan aspek keadilan dalam pembagian pendapatan disetiap pelaku yang terlibat di dalam rantai. Peta pelaku, sebaran penambahan nilai, dan pembagiankeuntungan dalam rantai nilai bawang merah dijabarkan, dilengkapi oleh formulasi saran kebijakandemi meningkatkan kinerja rantai nilai bawang merah yang dilandasi aspek keadilan. Metode yangditerapkan pada kajian ini adalah pendekatan rantai nilai, yang merupakan suatu kerangka kunci untukmemahami berbagai penggunaan input dan jasa secara bersama yang digunakan untuk menumbuhkan,mengubah, atau menghasilkan suatu produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nilaitambah dari agribisnis bawang merah dinikmati oleh para pelaku yang terlibat dalam rantai pasokanbawang segar (52,39%-70,23%), sedangkan sisanya dinikmati oleh pelaku yang berasal dari luar rantaipasokan bawang merah segar (29,77%- 47,61%). Hasil analisis juga menunjukan bahwa penerimanilai tambah terbesar di antara para pelaku adalah petani (39,87%), sementara penerima nilai tambahterkecil adalah penebas (10,62%). Namun besar kecilnya nilai tambah yang diperoleh setiap pelakutidak mencerminkan nilai keuntungan yang diterimanya, karena keuntungan lebih dipengaruhi olehfrekuensi transaksi dari setiap pelaku.Kata kunci: bawang merah, rantai nilai, nilai tambah, aspek keadilan, Jawa Barat
REFLEKSI PARADIGMA KEDAULATAN PANGAN DI INDONESIA: STUDI KASUS GERAKAN PANGAN LOKAL DI FLORES TIMUR Adi Nugraha; Mochamad S. Hestiawan; Dika Supyandi
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 1, No 2 (2016): Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1517.11 KB) | DOI: 10.24198/agricore.v1i2.22717

Abstract

ABSTRAKKedaulatan Pangan telah diadopsi sebagai pendekatan pembangunan pangan dan pertanian nasionalbersama dengan konsep kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Namun, Program yangdiinisiasi pemerintah lebih dipengaruhi oleh paradigma ketahanan pangan dan kemandirian panganyang lebih rentan terhadap rezim korporasi pangan. Kedaulatan pangan perlu lebih jauhdidiseminasikan sebagai alternatif terhadap rezim korporasi pangan. Studi ini merupakan studikualitatif deskriptif yang menggunakan pendekatan etnografis dalam pengambilan informasi. Kajianterhadap Persepsi terhadap operasionalisasi konsep kedaulatan pangan di tingkat petani dapatdiungkap secara lebih detail salah satunya dengan teori Hegemoni Gramsci, analisa regim pangan,dan teori multi kedaulatan. Hasil kajian menunjukkan bahwa respon petani terhadap kedaulatanpangan dan ketahanan pangan cenderung samar dan menunjukkan keterkaitan yang sejajar non-komplementer. Kedaulatan dapat bekerja baik dalam kondisi yang menghargai adanya keberagamansumber kedaulatan. Kedaulatan pangan memiliki kecenderungan untuk dapat menguatkankeberagaman konteks, budaya, dan pilihan cara produksi sebagai upaya nyata untuk mengurangidampak dominasi regim pangan korporasi terhadap upaya negara dan petani menjamin terpenuhinyahak rakyat atas pangan.Kata kunci: kedaulatan pangan, ketahanan pangan, rezim korporasi pangan, gerakan petaniABSTRACTFood sovereignty has been officially adopted as national food and agriculture developmentapproach along with food self sufficiency and food security. However, state led program wereheavily influence by food security paradigm and food self-sufficiency which more vulnerable topredatory character of corporate food regime. The food sovereignty discourse must be disseminatedfurther as alternative to corporate food regime. The discourse of food sovereignty was put into theaction by NGO and local groups which framed as local food movement initiative. The local foodmovement and the phenomena surrounding its rise needs to be ethnographically scrutinized.Gramsci's theory of hegemony, food regime analysis, relational scale and multiple sovereigntyelucidate the perception of food sovereignty value concept its relation and contestation among smallscale in the Flores Timur. Results shows that in small scale farmer perceived food sovereignty andfood security are interrelated because the persistence penetration of neoliberal economy. Foodsovereignty should be articulated and adapted for different contexts without losing its ground. Foodsovereignty works best with multiple recognitions of sovereignty. Food sovereignty were embraceand strengthen the diversity of contexts, cultures and pathways in order to slow down the furtherdomination of the corporate food regime.Keywords: food sovereignty, food security, corporate food regime, farmer’s movement
Optimalisasi Sistem Agribisnis Kopi Garut Ahmad Choibar Tridakusumah; Dika Supyandi; Mahra Arari Heryanto; Adi Nugraha; Dede Abdul Hasyir Hasyir
COMSEP: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2022): COMSEP : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.985 KB) | DOI: 10.54951/comsep.v3i1.188

Abstract

The coffee commodity planted by KTH LMDH Kramatjaya member farmers in Garut Regency has good quality, supported by representative coffee processing production facilities but has not been utilized optimally. Therefore it is necessary to carry out Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) regarding the optimization of the coffee agribusiness system. . The PKM method uses the Participatory Rural Appraisal (PRA) approach and the applied Good Agricultural Practices (GAP) at the production and processing stages. PKM results show that the production has not yet reached the optimal level of productivity. The post-harvest treatment of coffee harvest processing has not applied the GAP principle. The PKM activity that has been implemented is online training as an effort to increase access and demand for coffee. In addition, activities are being carried out to design portable drying beds. The next PKM activity plan includes training and mentoring related to online marketing strategies and training on the use of portable drying beds.
MEMAHAMI PELIBATAN PELANGGAN DI DALAM PROSES BISNIS DAN PEMASARAN PRODUK SEGAR PADA RITEL ONLINE Hesty Nurul Utami; Adi Nugraha
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 7, No 1 (2022): Agricore
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v7i1.40420

Abstract

AbstrakSemakin berkembangnya penggunaan teknologi digital dan internet telah mentransformasi model keterlibatan konsumen di dalam bisnis online akibat perubahan pola perilaku belanja konsumen dan munculnya model bisnis baru yang dilakukan oleh perusahaan. Perkembangan platform digital juga mempengaruhi jenis bisnis ritel yang dijalankan secara online, seperti penjualan bahan pangan produk segar untuk kebutuhan sehari – hari. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pelibatan konsumen sebagai bagian dari proses bisnis yang dijalankan oleh pebisnis ritel online yang menjual produk segar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan para pelaku usaha yang terlibat di dalam jaringan usaha ritel online yang menjual produk segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan konsumen menjadi salah satu hal penting di dalam proses bisnis ritel online yang menjual produk segar dengan menjadikan konsumen sebagai pihak yang berpotensi mempengaruhi model bisnis. Pelibatan konsumen dilakukan melalui interaksi yang dekat dengan setiap konsumen dan penciptaan pengalaman berbelanja yang berbeda dibandingkan dengan berbelanja produk segar di ritel konvensional. Pengalaman berbelanja online diterjemakan ke dalam berbagai aktivitas pemasaran kreatif dan inovatif sebagai diferensiasi bisnis. Hal ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kepuasan konsumen, penyebarluasan informasi positif mengenai perusahaan, pembelian berulang, penciptaan permintaan baru, serta menciptakan diferensiasi pengalaman berbelanja secara online untuk produk segar.Kata kunci: platform digital, bisnis digital, pelibatan personal, pengalaman pelanggan, agribisnis AbstractThe increase of digital technology and internet usage has transformed consumer engagement models in online businesses due to the changes in consumer purchase behaviour and the emergence of new business models implemented by companies. Digital platform development has also influenced online retailing business types, such as selling food products categorised as fresh produce for daily consumer needs. This study investigates consumer engagement as part of online food retailing business processes. The study employed a qualitative research approach with in-depth interviews with various business actors involved in the online food business retail that sold fresh produce. The results show that consumer engagement has become one of the essential parts of the business process of food online retailing by putting consumers as the party that potentially influences the company's business model. Consumer engagement is developed through close interactions with every consumer and creates an exceptional consumer experience distinct from conventional food retails. The online purchase experience is interpreted in various creative and innovative marketing activities used as business differentiation. These activities are expected to positively impact increasing consumer satisfaction, spreading positive information about the company, repeat purchase, creating new demands, and creating differentiation for fresh produce online purchase experience. Keywords: digital platforms, digital business, personal engagement, customer experience, agribusiness
ANALISIS DAYA SAING BUAH MANGGIS INDONESIA DI NEGARA THAILAND, HONG KONG, DAN MALAYSIA Eka Purna Yudha; Adi Nugraha
Agricore: Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad Vol 7, No 1 (2022): Agricore
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agricore.v7i1.40432

Abstract

AbstrakManggis adalah komoditas unggulan ekspor Negara Indonesia. Tiga Negara yang menjadi Negara tujuan ekspor manggis Indonesia adalah Thailand, Hongkong dan Malaysia. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan metode analisis data Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Jenis data berupa nilai ekspor total dan komoditas manggis (HS 080450) Indonesia , nilai ekspor dan impor komoditas manggis Indonesia, volume ekspor manggis Indonesia, dengan data time series tahun 2014-2018. Hasil dari analisis daya saing ekspor manggis Indonesia menunjukkan rata-rata nilai RCA Indonesia di Negara Thailand (0,63) artinya berdaya saing lemah dan tidak memiliki keunggulan komparatif. Pada Negara Hongkong dan Malaysia yaitu masing-masing (28,16 ) dan (12,69). Menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing kuat dan keunggulan komparatif di Negara Hongkong dan Malaysia. Sedangkan, rata-rata hasil ISP Indonesia (0,973) menyatakan bahwa Indonesia berdaya saing kuat dan dalam tahap kemandirian. Negara India dan Kenya sebagai pengeskpor buah manggis memiliki ISP (0,989) untuk India dan (0,949) untuk Kenya.Kata kunci : Manggis, Daya saing, RCA, ISPAbstractMangosteen is a leading export commodity of the Indonesian State. The three countries that become Indonesia's mangosteen export destinations are Thailand, Hong Kong and Malaysia. This study uses quantitative analysis with the data analysis method Revealed Comparative Excellence (RCA) and the Trade Specialization Index (ISP). The types of data consist of the total export value and mangosteen commodity (HS 080450) of Indonesia, the export and import value of Indonesian mangosteen commodities, the volume of Indonesian mangosteen exports, with 2014-2018 time series data. The results of the analysis of Indonesia's mangosteen export competitiveness show the average value of Indonesia's RCA in Thailand (0.63) means that it is weakly competitive and has no comparative advantage. In Hong Kong and Malaysia, respectively (28.16) and (12.69). Supporting that Indonesia has strong competitiveness and comparative advantage in Hong Kong and Malaysia. Meanwhile, the average Indonesian ISP results (0.973) state that Indonesia is highly competitive and in a condition of independence. India and Kenya as exporters of mangosteen fruit have ISPs (0.989) for India and (0.949) for Kenya.Key source : Mangosteen, Competitiveness, RCA, ISP
KETAHANAN PANGAN PERKOTAAN, KEMISKINAN, DAN COVID-19: KASUS KOTA BANDUNG Mahra Arari Heryanto; Adi Nugraha
Mimbar Agribisnis : Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis Vol 8, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ma.v8i2.7187

Abstract

The Covid-19 pandemic that hit Bandung City impacted increasing poverty rates and unemployment rates due to negative economic growth. The decline in purchasing power impacts declining people's access to food. For low-income communities, decreasing access to food means reducing the quantity and quality of food consumed. This paper discusses the food security of urban communities affected by the crisis due to the Covid-19 pandemic. By using the system thinking approach, exploration is held by analyzing events, behavior patterns, and system structures. The results of this study indicate that the macroeconomic system plays a significant role in the food security of urban communities. There are several mutually reinforcing feedback loops between macroeconomics and food security: purchasing power, food access and food consumption. As the vulnerable group most affected by the pandemic, the fulfillment of nutrition for low-income groups is still below the recommended nutritional adequacy standard (2,150 kilo calories per capita per day). Another finding of this study is a comprehensive CLD on urban food security systems. The CLD can describe the interdisciplinary roles between actors to fulfill basic human needs: food. In addition, besides macroeconomics and agriculture, food security is also closely related to health, environment, and trade.
PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN TANI DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK TANAH DAN LINGKUNGANNYA Adi Nugraha; Iwan Setiawan; Ahmad Choibar Tridakusumah; Hepi Hapsari; Ganjar Kurnia
Dharmakarya : Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat Vol 12, No 2 (2023): Juni, 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v12i2.45687

Abstract

ABSTRAK.  Sustainable Development Goals (SDGs) memasukkan ketahanan pangan sebagai salah satu dari 17 indikator keberhasilan. Namun, naiknya angka kelaparan dunia menyebabkan perlunya peningkatan produksi tanaman pangan, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Salah satu penyebab utama penurunan produktivitas tanaman pangan adalah penurunan kesuburan tanah yang drastis, yang selanjutnya diperparah dengan kurangnya pemahaman di kalangan petani. Hal ini menyebabkan kebingungan di kalangan petani mengenai dosis pupuk organik dan anorganik yang tepat untuk digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Desa Ciburuy yang terletak di Kecamatan Padalarang Jawa Barat merupakan salah satu desa di Kabupaten Bandung Barat yang perekonomiannya sangat bergantung pada produksi komoditas pertanian. Namun, terjadi penurunan produktivitas padi akibat pemupukan yang tidak seimbang yang kemungkinan disebabkan oleh defisiensi unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Untuk mengatasi masalah ini, program seminar dan pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam memahami defisiensi unsur hara dan melatih mereka menghitung dosis pupuk berimbang yang tepat agar mendapatkan efisiensi secara agronomi dan ekonomi. Program ini menyasar anggota kelompok tani yang membudidayakan tanaman pangan khususnya padi di Desa Ciburuy dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi. Uji tanah yang dilakukan di laboratorium menunjukkan bahwa tanah di Desa Ciburuy adalah Inceptisols dengan kandungan karbon organik (C-Organik) rendah (<2%), nitrogen total rendah (<0,2%), dan kalium tersedia rendah (<20 mg/100g). Program ini diharapkan dapat menghasilkan peningkatan kesadaran di kalangan petani tentang kesuburan tanah dan penggunaan pupuk berimbang. Program pelatihan ini merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan ketahanan pangan di Indonesia dan memastikan pertanian berkelanjutan di masa depan. Kata kunci: pemberdayaan, kesuburan lahan, peningkatan produktivitas ABSTRACT. The Sustainable Development Goals (SDGs) include food security as one of the 17 indicators of success. However, the increasing number of hungry people in the world requires an increase in food crop production, particularly in tropical regions such as Indonesia. One of the main causes of the decline in productivity of food crops is the drastic decrease in soil fertility, which is further compounded by a lack of understanding among farmers. This leads to confusion among farmers regarding the appropriate doses of organic and inorganic fertilizers to use to improve soil fertility. Ciburuy village, located in Padalarang district, West Java, is one of the villages in West Bandung Regency whose economy depends heavily on agricultural commodity production. However, there has been a decline in rice productivity due to imbalanced fertilization, which may be caused by nutrient deficiencies required for optimal plant growth. To address this problem, a seminar and training program was conducted to enhance farmers' capacity in understanding nutrient deficiencies and train them to calculate the appropriate balanced fertilizer doses for optimal agronomic and economic efficiency. This program targeted members of the farmer group who cultivate food crops, particularly rice, in Ciburuy village with the aim of improving the quality and quantity of rice production. Soil tests conducted in the laboratory showed that the soil in Ciburuy village is Inceptisols with low organic carbon content (<2%), low total nitrogen (<0.2%), and low available potassium (<20 mg/100g). This program is expected to generate increased awareness among farmers regarding soil fertility and the use of balanced fertilizers. This training program is an important step in achieving food security goals in Indonesia and ensuring sustainable agriculture in the future.Keywords: Community Development, Soil Quality, ProductivityÂ