Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IBM KELOMPOK PENGUSAHA MIKRO PENJUAL MINUMAN DAN KELOMPOK MAHASISWA PRODUSEN TANAMAN OBAT DI KOTA PEKANBARU Sri Rahayu Prastyaningsih; Hamdan Yazid; Ambar Tri Ratna Ningsih
Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 11 No. 2 (2015): Jurnal Ilmiah Pertanian
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/jip.v11i2.1265

Abstract

Kelompok mahasiswa budidaya tanaman obat di Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning sudah membudidayakan tanaman obat selama ± 1 tahun. Jenis-jenis tanaman obat yang dibudidayakan antara lain lidah buaya, jahe merah, kencur dll. Saat ini tanaman obat sudah berproduksi tetapi mahasiswa dalam pemasaranya masih kesulitan dan terbatas pada saat pameran. Sebagian besar mahasiswa Universitas Lancang Kuning berasal dari daerah-daerah di luar kota Pekanbaru. Terkadang mereka tidak mempersiapkan makanan dan minuman dan makan dan minum di kantin kampus. Sebagian besar minuman yang dijual di kantin-kantin merupakan minuman dalam kemasan botol maupun kotak yang mengandung pengawet. Kondisi demikian merupakan peluang usaha yang baik bagi kelompok mahasiswa produsen tanaman obat untuk menjual hasil tanaman obat kepada pengusaha kantin untuk diolah sebagai minuman yang segar dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Kegiatan Ibm dilakukan kepada 2 kelompok yaitu kelompok pengusaha mikro penjual minuman dan kelompok mahasiswa produsen tanaman obat dengan jangka waktu kegiatan satu tahun. Metode yang telah dilakukan yaitu (1) pelatihan budidaya tanaman obat yaitu lidah buaya, jahe merah dan kecur (2) pelatihan ketrampilan membuat minuman berbahan dasar tanaman obat yaitu minuman lidah buaya, wedang jahe dan beras kencur, (3) pelatihan ketrampilan pengemasan minuman dan (4) pelatihan analisis usaha minuman. Dari hasil kuisioner, setelah dilakukan pelatihan budidaya tanaman obat maka (1) Pengetahuan mitra tentang budidaya lidah buaya meningkat sebesar 27,1 % dengan persen hidup tanaman sebesar 95%, sedangkan pengetahuan mitra tentang budidaya jahe merah dan kencur meningkat sebesar 40% dengan persen hidup tanaman sebesar 100%. (2) Mitra telah berhasil mengolah pelepah lidah buaya, jahe merah dan kencur menjadi minuman segar dengan nilai rata-rata tingkat ketrampilan peserta dalam mengolah pelepah lidah buaya menjadi minuman adalah 4 (baik), sedangkan pengetahuan mitra tentang pengolahan minuman jahe merah dan kencur sebesar 45% dengan nilai rata-rata tingkat ketrampilan peserta dalam mengolah pelepah lidah buaya menjadi minuman adalah 4 (baik). (3) Mitra memiliki ketrampilan dalam mengemas produk minuman lidah buaya, jahe merah dan beras kencur. (4) Mitra mampu menghitung pembukuan secara sederhana usaha minuman lidah buaya dengan keuntungan per 50 gelas adalah Rp.51.119,- .atau Rp.1.022,- per gelas dari harga Rp.2.000,- per gelas minuman segar lidah buaya, sedangkan untuk jahe merah dan beras kencur dengan keuntungan per 50 gelas adalah Rp.59.535,- .atau Rp.1.191,- per gelas dari harga Rp.2.000,- per gelas minuman jahe merah dan beras kencur.
Pengolahan Sampah Rumah Tangga Menjadi Kompos di Kelurahan. Labuh Baru Timur Pekanbaru Ambar Tri Ratna Ningsih; Latifa Siswati
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2021): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v5i4.2265

Abstract

Garbage Used newspapers and paper are garbage that is produced in many households and in office environments. Kedungsari Village has an environmental love group formed by the name of the Waste Bank Cadre. This group exists in every RW and consists of two people who are appointed as pioneers in managing waste in their environment to be used as a source of income for their citizens. So far the garbage collected is still limited to the crude form of the waste and is exchanged for the rupiah, but with the initial form of transformation into an aesthetic value form it will increase the selling value of the waste. The method of implementing this PKM activity includes: Extension, Demonstration, Training, Mentoring, and Evaluation. The results of the community service activities carried out in Kedungsari Subdistrict, Sukajadi District, Pekanbaru, increased the knowledge of participants in managing used papers or newspapers for 62.50%, and obstacles that could hinder the craft of managing paper or used newspapers. So that the Kelurahan apparatus must make a policy to form a local market that can provide motivation to artisans to use used paper or used newspapers to be a selling value item.
Pengolahan Sampah Rumah Tangga Menjadi Kompos Di Kelurahan Labuh Baru Timur Pekanbaru Latifa Siswati; Ambar Tri Ratna Ningsih; Jeniwardi Jeniwardi
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.334 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.514

Abstract

Labuh Baru Timur Village already has a Waste Bank, but to process organic waste into compost, cadres of Waste Banks every RW still do not have that knowledge. The Unilak Community Service Team has the required knowledge, and through this activity knowledge transfer is carried out, so that the Waste Bank Cadre will be more optimal in managing the waste that has been collected in the Waste Bank of each RW. The method of activities given to the community is awareness, counseling, demonstration, and evaluation. Awareness is intended to give awareness to Waste Bank Cadres that managing waste into compost will have a positive impact on their environment. Counseling aims to provide knowledge to the community so that they are more sensitive to their environment so that the environment will provide beneficial results for their families. The demonstration aims to provide knowledge directly, both through picture shows, and the practice of directly composting household waste. And evaluation is carried out to determine the level of knowledge of partners before and after the activity, and to determine the success of the activity. The results of the activities concluded that the participants' knowledge, understanding, and skills could increase ranging from 4% -95%. And the composting speed depends on the size of the organic material used as the compost material, the smaller the size of the pieces of organic material, the faster the composting process will be. Bio activators used to play a role in accelerating the composting process, besides the homogeneity of materials is also a consideration in composting
Manfaatkan Sampah Rumah Tangga Menjadi Kompos di Kecamatan Minas Kabupten Siak Latifa Siswati; Ambar Tri Ratna Ningsih; Hamzah Eteruddin
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 3 (2020): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha Dalam Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menyongsong
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.908 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v3i0.796

Abstract

Sampah rumah tangga dapat dimanfaatkan menjadi kompos yang digunakan sebagai pupuk bagi tanaman , umumnya masyarakat memiliki pekarangan yang dapat ditanamani bunga,sayur dan buah. Pengolahan sampah rumah tangga selain untuk dijadikan kompos sekaligus untuk membersihkan lingkungan rumah juga ,memberikan kontribusi dalam masalah pengelolaan sampah di daerah ,serta menguranggi pengeluaran rumah tangga untuk membeli pupuk bagi tanaman ,meminimalkan pemakaian pupuk kimia . Kecamatan Minas berjarak 8 km dari Universitas Lancang Kuning, belum ada masyarakat memanfaatkan sampah menjadi kompos. Pengelola bank sampah belum memiliki keterampilan dan pengetahuan ini sehingga sampah rumah tangga belum diolah menjadi kompos , memberi penyadaran kepada masyarakat untuk peduli kepada lingkungan apabila tidak ada kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah menyebabkan sampah semakin banyak . Metode kegiatan yang diberikan kepada masyarakat adalah, penyadaran, penyuluhan, demonstrasi, dan evaluasi. Untuk mempercepat proses pengomposan di beri bioaktifator . Setelah dilakukan pelatihan terjadi peningkatan pengetahuan peserta 13,33% sampai 93,33%. Lingkungan jadi bersih
Manajemen Usaha Dan Pemasaran Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Kelulut Pomuan Enny Insusanty; Ambar Tri Ratna Ningsih; Eno Suwarno
FLEKSIBEL: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): Edisi April 2023
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program ini akan dilaksanakan kepada kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS) kelulut pomuan yang berada di sekitarhutan adat Ghimbo Pomuan kenagarian Kampa, Kabupaten Kampar. Pemilihan mitra ini didasarkan pada observasi awal yang telah kami lakukan bahwa kelompok ini telah mencoba untuk melakukan budidaya madu kelulut. Namun demikian pengetahuan yang dimiliki mengenai manajemen usahadan pemasaran masih belum optimal seperti terdapat kendala pada pemasaran dengan keterampilan anggota masih perlu ditingkatkan . Metode yang dilakukan adalah memberikan pelatihan manajemen usaha dan pemasarannya. Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan mitra maka dilakukan penilaian kuisioner sebelum dan sesudah pengabdian. Kegiatan pengabdian kepada Mitra Kelompok Usaha madu pomuan telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan telah meningkatnya pengetahuan mitra manajemen usaha keuangan dan pemasaran sebesar 26 %. Mitra telah lebih memahami manajemen usaha keuangan dan pemasaran y keluut. Kendala dalam Budidaya madu kelulut pemanfaatan limbah adalah produksi yang terbatas dan pemasaran yang belum maksimal sehingga berpengaruh kepada kesinambungan usaha