Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENAMBAHAN ENZIM FITASE KOMPLEKS DALAM RANSUM BERBASIS DEDAK PADI TERHADAP PRODUKSI KADAR KOLESTEROL TELUR AYAM LOHMANN BROWN Witari N. M.; Roni N. G. K.; Putri Utami I. A.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 17 No 3 (2014): Vol 17, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.78 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2014.v17.i03.p06

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim Fitasekompleks (Phylazim) dalam ransum berbasis dedak padi terhadap produksi dan kadar kolesterol telur ayam Lohmann Brown umur 42-50 minggu. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x2 dengan enam kali ulangan. Tiap ulangan menggunakan dua ekor ayam petelur Lohmann Brown umur 42 minggu dengan berat badan homogen. Faktor pertama adalah level dedak padi (15% dan 30%) dalam ransum, sedangkan faktor kedua adalah level enzim Phylazim (0% dan 0,30%). Ransum disusun isokalori (ME: 2750 kkal/kg) dan isoprotein (CP: 17%). Ransum dan air minum selama periode penelitian diberikan secara ad libitum. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: konsumsi ransum, berat telur, jumlah telur, hen-day production, feed conversion ratio (konsumsi/berat telur), dan kadar kolesterol serum darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata (P>0,05) antara level dedak padi dan enzim Phylazim dalam ransum terhadap semua variable yang diamati. Penggunaan 30% dedak padi dalam ransum secara nyata (P<0,05) menurunkan produksi dan efisiensi penggunaan ransum dibandingkan dengan ransum 15% dedak padi. Suplementasi enzim Phylazim dalam ransum secara nyata (P<0,05) meningkatkan produksi telur dan efisiensi penggunaan ransum. Akan tetapi secara nyata (P<0,05) menurunkan kadar kolesterol serum darah ayam.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 30% dedak padi dalam ransum ternyata menurunkan produksi telur ayam. Sebaliknya, suplementasi 0,30% enzim Phylazim dalam ransum nyata meningkatkan produksi telur dan menurunkan kadar kolesterol serum darah ayam Lohmann Brown umur 42-50 minggu.
RESPONS FISIOLOGI KELINCI LOKAL YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN AMPAS TAHU YANG DISUPLEMENTASI RAGI TAPE PADA JENIS KANDANG BERBEDA Nuriyasa I M.; Roni N. G. K.; Puspani E.; Candrawati D. P. M. A.; Wirawan I W.; Puger A. W.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 17 No 2 (2014): Vol 17, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.616 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2014.v17.i02.p05

Abstract

Penelitian yang bertujuan mempelajari respon fisiologi kelinci jantan lokal telah dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola split-plot 2×3 dengan 4 blok (ulangan). Jenis kandang sebagai main plot yang terdiri dari: kandang under ground shelter (K0) dan kandang battery (K1). Perlakuan ransum sebagai sub plot yang terdiri dari: ransum tanpa menggunakan ampas tahu (R0), ransum menggunakan 15% ampas tahu tanpa suplementasi ragi tape (R1) dan ransum menggunakan 15% ampas tahu yang disuplementasi 0,2% ragi tape (R2).Hasil penelitian mendapatkan bahwa kandang battery menyebabkan suhu dan kelembaban kandang lebih tinggi daripada kandangunder ground shelter. Temperatur dan kelembaban udara lebih tinggi pada K1 menyebabkan denyut jantung dan temperatur kulit lebih tinggi daripada K0. Perlakuan ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap temperatur dan kelembaban kandang serta temperatur rektal dan kulit ternak kelinci. Pada kandang K0, perlakuan ransum tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi. Pada kandang K1, perlakuan ransum R2 menyebabkan laju respirasi kelinci jantan lokal lebih tinggi daripada R1 dan R0. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelinci jantan lokal yang dipelihara pada kandang under ground shelter menghasilkan respon fisiologi lebih baik daripada kandang battery. Penggunaan ampas tahu dalam ransum kelinci dan suplementasi ragi tape pada penggunaan ampas tahu tidak mempengaruhi respon fisiologi ternak kelinci jantan lokal.
PERTUMBUHAN KACANG PINTO (Arachis pintoi) YANG DIBERI PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKORIZA Roni N. G. K.; N. N. Candraasih; N. M. Witariadi; N. W. Siti
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 20 No 1 (2017): Vol 20, N0 1 (2017)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.046 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2017.v20.i01.p07

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kacang pinto (Arachis pintoi) yang diberi pupukkandang sapi dan mikoriza serta kombinasinya, dan mendapatkan taraf/level pupuk yang dapat meningkatkanpertumbuhan kacang pinto. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dua faktor. Faktorpertama adalah dosis pupuk kandang sapi yaitu tanpa (S0), 10 ton/ha, (S1), 20 ton/ha (S2) dan 30 ton/ha (S3).Faktor kedua adalah dosis mikoriza yaitu tanpa (M0), 10 g/pot, (M1), 20 g/pot (M2) dan 30 g/pot (M3), dengantiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pupuk kandang sapi dan mikoriza.Perlakuan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan jumlah cabang, jumlah daun, diameter batang, jumlahbunga, jumlah bintil akar, dan luas daun per pot tanaman kacang pinto dibandingkan dengan kontrol, dan leveloptimal pada dosis 20 ton/ha (S2) terjadi pada peubah diameter batang. Perlakuan mikoriza mampu meningkatkanjumlah daun kacang pinto dengan level optimal pada dosis 20 g/pot (M2). Berdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pupuk kandang sapi dan mikoriza. Perlakuan pupuk kandang sapidan mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan kacang pinto. Kata kunci: pupuk kandang sapi, pupuk hayati mikoriza, kacang pinto (Arachis pintoi)
PERFORMANS DAN INDEKS KELEMBABAN SUHU KELINCI JANTAN (Lepus nigricollis) YANG DIPELIHARA DENGAN LUAS LANTAI KANDANG DAN DIBERI RANSUM DENGAN IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN BERBEDA Eny Puspani; Roni N. G. K.; Nuriyasa I. M.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 18 No 1 (2015): Vol 18, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.939 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2015.v18.i01.p01

Abstract

Penelitian yang bertujuan mempelajari indeks kelembaban suhu atau temperature humidity index dan performans kelinci jantan lokal pada kepadatan ternak berbeda dan diberi ransum dengan imbangan energi protein berbeda telah dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Faktorial 2 x 3 dengan empat kali ulangan (blok). Sebagai perlakuan pertama adalah imbangan energi dan protein pada ransum (R) yang terdiri dari ransum dengan kandungan energi termetabolis 2500 kkal/kg dan protein kasar 17% dengan imbangan energi dan protein 147 (R1), ransum dengan kandungan energi termetabolis 2800 kkal/kg dengan kandungan protein kasar 18,5% dengan imbangan energy dan protein 151 (R2). Sebagai perlakuan kedua adalah luas lantai kandang (L) yang terdiri dari 3500 cm2 (L1), 1750 cm2 (L2) dan 1166 cm2 (L3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim mikro pada perlakuan tingkat kepadatan ternak dan ransum dengan imbangan energi dan protein yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kelembapan udara, temperatur udara, “temperature humidity index” dan radiasi matahari. Performans pada perlakuan ransum dengan imbangan energy dan protein R1 menyebabkan konsumsi air, ransum, berat badan akhir dan pertambahan berat badan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan perlakuan R2 sedangkan FCR yang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Performans pada perlakuan tingkat kepadatan ternak L2 dan L3 menyebabkan konsumsi air dan ransum lebih tinggi sehingga berat badan akhir pada kandang L2 dan L3 juga lebih tinggi dibandingkan L1 kecuali pertambahan berat badan dan FCR memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan iklim mikro pada kandang dengan perlakuan ransum dengan imbangan energi dan protein berbeda serta perlakuan dengan tingkat kepadatan ternak berbeda. Kelinci yang diberi ransum dengan imbangan energi dan protein 147 (R1) menghasilkan performans lebih tinggi daripada imbangan energi dan protein 151 (R2). Kelinci yang dipelihara pada tingkat kepadatan ternak 2 ekor/3500cm2 menghasilkan performans lebih tinggi daripada tingkat kepadatan ternak 1 ekor dan 3 ekor/3500 cm2.