Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Seminar Nasional Hasil Penelitian LP2M UNM

Konstruksi Koreografi Tari Batara Sebagai Media Pembelajaran Seni Budaya Di Sulawesi Selatan Nurlina Syahrir
Seminar Nasional LP2M UNM SEMINAR NASIONAL 2021 : PROSIDING EDISI 9
Publisher : Seminar Nasional LP2M UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (942.281 KB)

Abstract

Abstrak. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran yang berkualitas. Upaya yang dilakukan peninjauan kurikulum secara berkala, sarana penunjang pendidikan, menggunakan media yang sesuai serta strategi pembelajaran yang tepat. Materi Seni Budaya yang salah satu unsurnya adalah tari, merupakan suatu perwujudan dari ekspresi personal (individu) dan sosial (komunal). Kompleksitas ekspresi tari bersumber dari pemikiran individu (seniman) sesuai dengan citarasa personalnya  yang diharapkan melahirkan “sesuatu” beserta nilai-nilai sosial (dan kultural) yang mengikatnya, dengan kata lain semua aspek terwujudkan dalam satu kesatuan secara simultan. Menari dikatakan sebagai perwujudan ekspresi personal, karena ketika menari setiap orang dipengaruhi oleh dorongan jiwa, rasa, dan kepekaan artistik yang ada dalam dirinya. Pada setiap perbuatan, termasuk menari, memiliki suatu alasan (sebab) atau makna, baik secara sadar (terencana, tersusun) maupun tidak sadar (spontan, reaktif). Ada empat fase dalam belajar tari sebagai perwujudan ekspresi budaya; bentuk, teknik, irama, dan rasa (termasuk didalamnya nilai-nilai secara kolektif) melibatkan partisipasi banyak orang. Dalam setiap tarian akan tercermin nilai-nilai budaya, yang dimiliki oleh masyarakat dari mana tarian itu berasal. Dalam banyak hal, tari dapat berfungsi memperkokoh dan cerminan masyarakat pendukungnya, kesemuanya sebagai perwujudan ekspresi kultural.  Kata Kunci: Koreografi Tari Batara, Pembelajaran, Seni Budaya
KOREOGRAFI A’KARENA RI BENTENG PANNYUA Nurlina Syahrir; Jamilah Jamilah
Seminar Nasional LP2M UNM SEMNAS 2019 : PROSIDING EDISI 4
Publisher : Seminar Nasional LP2M UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.307 KB)

Abstract

A'karena choreography from Benteng Pannyua with the interrelation-subjective approach uses a layered pattern. The results of the study prove that this layered pattern results in a socio-cultural construction, and as an initial foundation the identities of the four ethnicities are raised as a foothold in conducting research / exploration. These results were formed and constructed following the choreography concept of A'karena ri Benteng Pannyua with a duration of 1 hour 45 minutes. The symbol of the movement is realized following the spatial landscape in the Fort Rotterdam Rotterdam, all of which are divided into three stages of time namely morning, evening and night atmosphere. In the morning until noon the emphasis on the educational atmosphere, the afternoon until before sunset point points on the religious atmosphere and at night the atmosphere of the fort will be conditioned as its function in the past until now as the public space of the people of South Sulawesi. The purpose of this study is to create the A'karena ri choreography of Benteng Pannyua with the understanding that, the body becomes a point of view in seeing all the problems and the elements in them. Motion, sound, light, body, space-time interact in multiple dimensions. The first four elements are interrelated bases, the other two elements namely space and time are also one frame. In this sense, in fact four are one and two are one, all of which are in unity, as the basis for activity. In this dance work the "concept of one" arises from one realistic thought, about the existence of the universe which is always distinguished by two experts: visible and invisible, palpable and invisible, physical and spiritual. A'karena ri Benteng Pannyua is transformed into a form of dance work with an emphasis on aspects of space (place / location) and time (historical period / setting). Fort Ford Rotterdam with all its history included in the concept as well as the performance area, can be interpreted that this choreography as cultural-symbolic actualization. Interpretation of space and interwoven atmosphere fosters visual, auditive and choreographical (bodily and thematic) ideas as an effort to discover possible dimensions factually, because the end of the construction is the complexity of the problems that strongly support A'karena ri Benteng Pannyua's work both in real and artistic terms.
Tari Galaganjur Sebagai Media Pembelajaran Budaya di Sulawesi Selatan Nurlina Syahrir; Bau Salawati
Seminar Nasional LP2M UNM SEMINAR NASIONAL 2022 : PROSIDING EDISI 6
Publisher : Seminar Nasional LP2M UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.471 KB)

Abstract

Abstrak. Tari Galaganjur adalah tari berpasangan antara laki-laki dan perempuan, merupakan sebuah teks. Pada tataran konteks tari tersebut bernilai keseimbangan dalam kehidupan sesuai dengan ruang domestiknya. Hal tersebut tersimbolkan dalam Pelaku, Gerak, Kostum dan Pola lantai.Penelitian ini bertujuan untuk mencermati simbol-simbol pembentuk dari tari tersebut dan pada akhirnya menjadi sebuah identitas bagi masyarakat penyangganya. Saat ini generasi muda tidak lagi mengenal dan peka terhadap simbol budayanya yang syarat ajaran perilaku, untuk itu analisis pada ranah kontekstual menjadi kunci utama dalam pencapaian pendidikan karakter yang hendak diwujudkan. Dalam mengkaji teks dan konteks melalui analisis konstruksi yang didasarkan pada pemaknaan simbol. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara, studi pustaka dan partisipasi dengan tujuan mengungkap taksu tarian. Pemanfaatan identitas merupakan representasi memberikan penguatan kelokalan, untuk itu tari Galaganjur merupakan ruang pembelajaran budaya bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Kata Kunci: Galaganjur, Hidup, Keseimbangan