Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Proxymate Analysis, Lead and Total Formaldehyde Contents of Squid Eggs Crackers Denny Syaputra; Eva Prasetiyono
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v7i2.2687

Abstract

Trimethylamine N-oxyde (TMAO) known to be breakdown into formaldehyde (H2CO) in the fish-based product such as squid egg crackers or keritcu under high temperature condition of frying. The oral reference dose (RfD) suggested by the US Environmental Protection Agency (EPA) is 0.2 mg formaldehyde per kg body weight per day. Blood lead level should below 5 µg/dL  to prevent of reducing cognitive function, decreasing of IQ, and academic achievement. We examine the content of total formaldehyde, leads and proxymate analysis of squid egg crackers. in two different products of halal certificated keritcu in Pangkalpinang. Two different products of halal certificated keritcu were selected after 77 students of junior high school (average body weight was 34 kg), and 95 students of senior high school (avereage body weight was 51,65 kg) in Pangkalpinang city were participated in organoleptic test. High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) was conducted to the two products of keritcu in Pangkalpinang city to examine its total formaldehyde. Inductively Coupled Plasma Atomic-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) methods was conducted to examine the leads (Pb) content of two different products of keritcu. SNI 01-2891-1992 methods was conducted for proxymate analysis. In two different products of halal certificated keritcu, no formaldehyde content was detected (limit of detection 1,31 mg/kg), as well as no leads content was detected (limit of detection 0,24 mg/kg). Water content 2,38-2,96%, ash 2,71-3,28%, protein 5,7-6,11%, total lipid 24,39-27,29%, and carbohydrate 61,34-63,84%.  Our data show that these two products of keritcu are safe to be consumed by students of junior high school (average body weight was 34 kg) for not more than 5,22 kg keritcu per day, and not more than 7,89 kg keritcu per day for students of senior high school (avereage body weight was 51,65 kg). Leads content of these two products of keritcu (i.e less than 0,24 mg/kg) showed that these products are safe to be consumed.
STRATEGI RESILIENSI PEMBUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR DI KOTA PANGKALPINANG Nadya Indah Pusvita; Endang Bidayani; Denny Syaputra
Jurnal Perikanan Vol 12 No 1 (2022): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v12i1.273

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis tingkat pendapatan pembudidaya ikan hias air tawar di Kota Pangkalpinang, dan 2) Merumuskan strategi resiliensi pembudidaya ikan hias air tawar di Kota Pangkalpinang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa pembudidaya berpotensi menjalankan usaha ikan hias air tawar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah metode snowball, pembudidaya yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 pembudidaya ikan hias air tawar. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan terlebih dahulu baru kemudian diolah secara tabulatif dan desktiptif baik kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendapatan pembudidaya ikan hias air tawar di Kota Pangkalpinang sebesar Rp 984.429.618,00 per tahun. Pembudidaya ikan hias air tawar di Kota Pangkalpinang menerapkan tiga strategi untuk bertahan yaitu strategi aktif 100%, strategi pasif 6,67% dan strategi jaringan 33,3%. Nilai rata-rata Revenue Cost Ratio pada usaha ikan hias air tawar di Kota Pangkalpinang sebesar 3,31 dalam setahun.
Eksistensi fitoplankton di kolong pascatambang timah dengan umur berbeda Andri Kurniawan; Denny Syaputra; Eva Prasetiyono
Teknosains Vol 17 No 2 (2023): Mei-Agustus
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v17i2.35789

Abstract

Kajian tentang keberadaan fitoplankton di danau (kolong) bekas tambang timah dengan urutan waktu yang berbeda di Pulau Bangka penting dilakukan sebagai bioindikator kualitas ekosistem pada waktu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fitoplankton pada kolong pascatambang timah dengan umur yang berbeda, yaitu < 1 tahun, 20-25 tahun, dan > 50 tahun. Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan metode purposive sampling untuk pemilihan lokasi penelitian, sedangkan pengamatan fitoplankton dilakukan secara ex situ di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan empat genus fitoplankton adalah Chlorella, Closterium, dan Coelastrum dari Chlorophyceae serta Synedra dari Bacillariophyceae. Chlorella ditemukan pada semua jenis lubang dan jumlah individu tertinggi pada kolong dengan umur < 1 tahun yaitu sebanyak 1.325 ekor/L. Synedra juga ditemukan di semua jenis lubang dan jumlah individu tertinggi di kolong dengan umur antara 20-25 tahun, sebanyak 107 ind./L. Sedangkan Closterium dan Coelastrum tidak ditemukan pada pit dengan umur < 1 tahun, tetapi teridentifikasi pada kolong dengan umur > 20 tahun. Jumlah individu Closterium tertinggi ditemukan pada pit dengan umur antara 20-25 tahun sebanyak 17 ind./L, sedangkan jumlah individu Coelastrum tertinggi terdapat pada kolong dengan umur > 50 tahun sebanyak 30 ind./L. Hasil penelitian juga menunjukkan indeks keanekaragaman (H') dan indeks keseragaman (E) terendah pada kolong umur < 1 tahun (0,215), sedangkan indeks tertinggi pada kolong umur > 50 tahun (0,817). Indeks dominasi (D) menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada kolong dengan umur > 50 tahun (0,522), sedangkan nilai terendah terdapat pada kolong dengan umur < 1 tahun (0,892).
PELABELAN KEMASAN DENGAN METODE STEMPEL SABLON PADA USAHA KEMPLANG IKAN DI PULAU PANJANG Ardiansyah Kurniawan; Eva Lestari; Tiara P Anjani; Denny Syaputra; Zindi S Sari; Inas R Alam; Noviar Kandiaz; Uswatun Khasana; Zeli Zuyadi; Lia R Ayu; Andika Saputra
Jurnal Gembira: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 05 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Media Inovasi Pendidikan dan Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pulau Panjang, salah satu pulau di Kabupaten Bangka Selatan, memiliki produksi kemplang ikan memanfaatkan hasil tangkapan lautnya. Kemplang ikan merupakan produk kerupuk berbahan ikan yang popular di masyarakat Bangka Belitung. Hasil samping tangkapan nelayan dapat ditingkatkan nilai ekonominya melalui produksi kemplang. Kemplang asal Pulau Panjang kurang dikenal karena tidak adanya label saat pemasaran. Akses dan jarak menuju pulau menjadi kendala jika label menggunakan jasa percetakan. Sablon stempel menjadi solusi pelabelan yang menarik, murah dan mudah diterapkan. Universitas Bangka Belitung melaksanakan pengabdian terkait pelabelan sistem sablon stempel kepada produsen kemplang ikan di Pulau Panjang pada 19 -22 Juni 2023. Pelabelan sistem ini pada kemasan kemplang dapat diterima oleh pelaku usaha. Label akan menjadi media komunikasi antara produsen dengan konsumen sehingga produk Pulau Panjang lebih dikenal oleh masyarakat.