Shulfi Ana Helmi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Konstruksi Media Online Detik.com dan Kompas.com terhadap Vanuatu (Analisis Framing Pemberitaan Vanuatu Pasca Pengangkatan Isu Pelanggaran HAM Papua dalam Sidang Umum PBB ke-75) Fikri Ali Kurnia; Shulfi Ana Helmi; Sunnah Dwi Rochmana
Jurnal Ilmu Komunikasi PROGRESSIO Vol 2, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Jurnal Ilmu Komunikasi PROGRESSIO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKVanuatu merupakan salah satu negara Kepulauan Pasifik yang secara konsisten menyampaikan isu dugaan pelanggaran HAM Papua dalam setiap kesempatannya di Sidang Umum PBB. Pada 27 September 2020, Vanuatu yang diwakili oleh Perdana Menteri Republik Vanuatu, Bob Loughman, kembali menyinggung isu kasus pelanggaran HAM masyarakat Papua dalam Sidang Umum PBB ke-75. Pernyataan Vanuatu dan jawaban dari Diplomat Indonesia, Sylvany Austin Pasaribu dalam sidang PBB ke-75 tersebut menjadi sorotan berbagai media. Salah satu media yang turut memberitakan yaitu Detik.com dan Kompas.com sebagai pionir media online dan salah satu situs berita yang paling sering diakses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedua media online tersebut mengemas pemberitaannya terhadap Vanuatu pasca disinggungnya isu pelanggaran HAM Papua dalam Sidang Umum PBB ke-75. Periode berita yang diteliti yakni sejak tanggal 27 September hingga 2 Oktober 2020. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicky. Dalam penelitian ini, Detik.com lebih cenderung menyudutkan Vanuatu. Hal ini dapat dilihat dari segi kuantitas maupun pengemasan berita. Sedangkan Kompas.com meskipun tidak menempatkan Vanuatu dalam posisi yang menguntungkan, namun berusaha menunjukan keberimbangan dalam pemberitaan.
AUDIENCE FRAMING PADA PEMBERITAAN POLISI VIRTUAL DI NARASI NEWSROOM Shulfi Ana Helmi; Sumardjijati Sumardjijati
Jurnal Visi Komunikasi Vol 21, No 02 (2022): November 2022
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/visikom.v21i02.16580

Abstract

Abstrak - Media berita turut mengalami pergeseran sejak berkembangnya teknologi yang begitu masif terutama setelah kemunculan internet. Tren terbaru menunjukkan media pemberitaan merambah pada platform media sosial. Narasi merupakan salah satu media yang menggunakan media sosial sebagai platform pendistribusian beritanya. Kanal berita narasi bernama Narasi Newsroom yang menggunakan media sosial instagram sebagai platform unggahan berita utamanya. Salah satu isu menarik yang diberitakan oleh Narasi Newsroom adalah Polivisi Virtual. Polisi Virtual sendiri merupakan Polisi yang bertugas di ranah virtual khususnya media sosial. Media sosial sebagai platform berita memberikan peluang bagi audiens untuk berkomentar. Hubungan keterlibatan audiens dalam dimensi normatif, yakni audiens dapat memberi makna dan nilai pada media berdasarkan pengalaman autobiographical, identitas, dan demografi terhadap teks atau topik media. Audiens memiliki otoritasnya sendiri untuk memaknai atau mengintepretasikan teks yang disampaikan oleh media. Kajian framing dapat dilakukan tidak hanya dari sisi media yang melakukan framing namun juga dapat dikaji dari sisi framing yang dilakukan oleh audiens. Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui audience framing yang terbentuk oleh audiens pada pemberitaan Polisi Virtual di Narasi Newsroom dengan menggunakan metode penelitian audience framing. Hasil dari penelitian Audience Framing pada Pemberitaan Polisi Virtual di Narasi Newsroom menunjukkan terdapat lima framing yang terbentuk yaitu frame urgensi pembentukan Polisi Virtual, frame narasumber tidak seimbang, frame Narasi media kredibel dan kritis, frame kewaspadaan dalam bermedia sosial, dan frame citra buruk Polisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya frame tersebut adalah literasi digital, kepercayaan audiens terhadap media yang dikonsumsinya, latar belakang pengalaman, dan kepercayaan masyarakat terhadap Polisi.