Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA MAHASISWA DALAM PESAN WHATSAPP TERHADAP DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA Dicko Mifrian Tubi; Bambang Djunaidi; Ngudining Rahayu
Jurnal Korpus Vol 5, No 1: APRIL 2021
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v5i1.13157

Abstract

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa pada pesan whatsapp yang dikirim mahasiswa kepada dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Data berupa tuturan-tuturan dalam pesan whatsapp yang menunjukkan pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan bahasa. Sumber data penelitian ini berupa pesan whatsapp yang dikumpulkan  periode Januari sampai Juni 2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik dokumentasi. Langkah-langkah analisis data (1) mengumpulkan pesan whatsapp, (2) membaca pesan, (3) mengidentifikasi maksim-maksim, (4) mengklasifikasikan maksim-maksim, (5) menganalisis maksim-maksim, (6) kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan (1) pematuhan maksim kebijaksanaan mengucapkan Assalamualaikum bapak, maaf mengganggu waktunya pak, menggunakan salam sebagai bentuk sapaan sekaligus penghormatan. (2) Pematuhan maksim kedermawanan penutur memiliki kesadaran untuk meringankan beban seperti mau mengembalikan buku. (3) Maksim penghargaan seperti terimakasih arahannya. (4) Maksim kesederhanaan penutur mengurangi pujian pada dirinya sendiri dan mencaci dirinya sendiri mohon maaf mengganggu waktunya. (5) Maksim pemufakatan, penutur memiliki kecocokan dengan mitra tutur supaya percakapan terasa santun. (6) Maksim kesimpatian mengucapkan Sebelumnya mohon maaf lahir batin ya pak penutur menunjukkan bentuk kepedulian. Pelanggaran kesantunan (1) maksim kebijaksanaan Hari senin bisa saya bimbingan ngga bun penutur tidak memberikan pilihan. (2) Maksim pemufakatan penutur tidak mampu menyiapkan dirinya dalam membentuk kesepakatan.
ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA SISWA DAN GURU SMP NEGERI 03 KOTA BENGKULU Reni Veronika; Ngudining Rahayu; Bambang Djunaidi
Jurnal Korpus Vol 4, No 1: APRIL 2020
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v4i1.12429

Abstract

RETORIKA PENULIS ARTIKEL DI MEDIA ONLINE KOMPASIANA Munirah Munirah; Suryadi Suryadi; Bambang Djunaidi
Jurnal Korpus Vol 3, No 3: DESEMBER 2019
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v3i3.9481

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan retorika penulis artikel yang ada di media online Kompasiana.Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Data penelitian berupa kata-kata dan kalimat yang bersumber dari 15 artikel edisi bulan November 2018 di situs media online Kompasiana.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi dan teknik catat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik retorika persuasi yang digunakan penulis artikel di media online Kompasiana adalah (1) Posman Siahaan menggunakan 3 teknik yaitu teknik asosiasi, teknik tataan dan teknik red herring; (2) Giri Lukmato menggunakan 3 teknik yaitu teknik asosiasi, teknik integrasi dan teknik red herring; (3) Mbah Ukik menggunakan teknik asosiasi dan teknik tataan;(4) teknik retorika persuasi yang paling banyak digunakan adalah teknik asosiasi; (5) teknik retorika persuasi yang tidak digunakan adalah teknik ganjaran. Ciri kebahasaan yang digunakan penulis artikel di media online Kompasiana pada diksi yaitu (1) kata kerja imperatif berupa imperatif taktransitif, transitif, biasa, ajakan, dan  larangan; (2) kata teknis berupa kata teknis olahraga, media sosial, kesehatan, pertanian dan lalu lintas; (3) konjungsi persuasi argumentatif berupa konjungsi pertentangan, penyimpulan, pengakibatan, pengurutan dan penyebaban; (4) kata kerja mental berupa kata kerja mental tindakan, keberadaan, dan sikap. Pada ciri kebahasaan kalimat yang digunakan penulis artikel di media online Kompasiana yaitu (1) kalimat saran; (2) kalimat ajakan; (3) kalimat pertimbangan dan (4) kalimat motto.
SEMIOTIKA UMPASA BAHASA BATAK TOBA: PENDEKATAN ROLAND BARTHES Putri Sion Sinaga; Bambang Djunaidi; Irma Diani
Jurnal Korpus Vol 5, No 1: APRIL 2021
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v5i1.12600

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna denotasi dan konotasi umpasa bahasa Batak Toba dengan menggunakan pendekatan Roland Barthes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan berasal dari tiga sumber buku kumpulan umpasa dan adat Batak Toba. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik dokumentasi, sedangkan data dianalisis menggunakan pendekatan Roland Barthes. Berdasarkan hasil tabel klasifikasi penelitian dan pembahasan tentang makna denotasi dan konotasi, penulis menemukan dari 55 data umpasa, 46 di antaranya mengandung konotasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umpasa dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yaitu (1) pernikahan (2) kelahiran (3) kematian (4) memasuki rumah baru, dan (5) baptisan kudus yang terdiri dari makna denotasi dan konotasi. Tanda-tanda denotasi terletak di bagian sampiran yang menjadi petanda denotasi, sedangkan tanda konotasi terletak di bagian isi. Petanda denotasi dan petanda konotasi pada dua bagian tersebut menghasilkan hubungan semiotik yang menjadi sebuah pesan dalam setiap jenis umpasa. Tanda-tanda denotasi dan konotasi yang ditemukan pada; (1) umpasa pernikahan di antaranya berupa tumbuh-tumbuhan seperti andor halumpang dan padang togu, hewan seperti ular dari, sungai seperti sungai Sihoru-horu, bukit dan desa seperti Bukit Sitapongan dan tanda yang lainnya yang berhubungan dengan adat dan kehidupan masyarakat Batak Toba; (2) umpasa memasuki rumah baru di antaranya berupa tumbuh-tumbuhan seperti pakis dan andor, sungai seperti sungai Sihoru-horu, buah-buahan seperti buah labu; (3) umpasa kelahiran di antaranya berupa hewan seperti burung kutilang, tumbuhan seperti pohon beringin dan tambinsu; (4) umpasa kematian di antaranya berupa keindahan alam hutan Sipoholon, benda langit yaitu matahari dan bulan, tumbuhan seperti daun hahompu, serta Bukit Simalungun dan Bukit Simamora; (5) pohon tambinsu dan pohon Nangka serta benda langit seperti bulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umpasa bahasa Batak Toba mengandung makna denotasi dan konotasi sesuai dengan petanda denotasi dan petanda konotasi yang menghasilkan hubungan semiotik yang menjadi sebuah pesan dalam setiap jenis umpasa. 
KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS X MAN 1 MODEL KOTA BENGKULU Novia Anggraini; Ngudining Rahayu; Bambang Djunaidi
Jurnal Korpus Vol 3, No 1: APRIL 2019
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.554 KB) | DOI: 10.33369/jik.v3i1.7345

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran kesantunan berbahasa Indonesia antara guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas X MAN 1 Model Kota Bengkulu berdasarkan prinsip kesantunan Geoffrey Leech. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Objek penelitian ini adalah guru dan siswa di kelas X  MAN 1 Model Kota Bengkulu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi, teknik rekaman dan teknik wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran di kelas X MAN 1 Model Kota Bengkulu terdapat (173) pematuhan tuturan prinsip kesantunan Geoffrey Leech dengan 6 maksim, dan (12) pelanggaran tuturan prinsip kesantunan Geoffrey Leech dengan 4 maksim. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa Indonesia di kelas X MAN 1 Model Kota Bengkulu banyak terdapat pematuhan prinsip kesantunan Geoffrey Leech, karena dari (185) data tuturan, terdapat (173) data tuturan pematuhan kesantunan berbahasa Indonesia, dengan kata lain memiliki tingkat pematuhan kesantunan yang tinggi yaitu 93,5%. Kata kunci: Kesantunan berbahasa, Prinsip Kesantunan Geoffrey Leech, Kelas X MAN 1 Model Kota Bengkulu.
BAHASA GAUL DALAM MEDIA SOSIAL TIKTOK Yeri Septianti Putri; Rokhmat Basuki; Bambang Djunaidi
Jurnal Korpus Vol 5, No 3: DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v5i3.17159

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan makna bahasa gaul dalam media sosial Tiktok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data penelitian ini berasal dari tuturan atau ujaran bahasa gaul yang terdapat pada fitur komentar dalam media sosial Tiktok. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Langkah-langkah analisis data ada empat tahap yaitu, identifikasi data, klasifikasi data, analisis data dan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh enam bentuk bahasa gaul yang terdapat di dalam media sosial Tiktok, yaitu;  (1) bentuk singkatan (pen, gans, bet, fyp, gws, dc, p); (2) bentuk serapan (omaygatt, epribadeh, njungkel, membagongkan, insekiur, gais, fens); (3) bentuk akronim (boty, slowmo, gercep, salting, cogan, salpok); (4) bentuk metatesis (sabi, kuy, kane, ngab;  (5) bentuk kontraksi bund, notif);  (6) bentuk pemenggalan (gan, kak, bang). Makna yang didapatkan dalam bahasa gaul yaitu makna yang menyatakan pujian, bersimpati, ucapan selamat, pernyataan, penyampaian, pengakuan, harapan, permintaan dan ajakan. Simpulan penelitian bahwa bahasa gaul merupakan hasil kreatifitas dari para pengguna bahasa gaul itu sendiri yang meciptakan berbagai bentuk. Bentuk yang ditemukan dalam bahasa gaul media sosial Tiktok yaitu, bentuk singkatan, bentuk serapan, bentuk akronim, bentuk metatesis, bentuk kontraksi, dan bentuk pemenggalan. Makna yang terdapat dalam bahasa gaul yaitu makna yang sesuai dengan konteks penggunaan yaitu makna yang menyatakan pujian, pernyataan, harapan, ajakan, rasa simpati, penyampaian, bertanya dan ucapan selamat. Saran bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti bahasa gaul dengan kajian ilmu yang berbeda seperti dengan menggunakan kajian sosiolinguistik dengan rumusan masalah penggunaan dan pembentukan bahasa gaul dalam media sosial seperti Snack Video dan Helo.
KONJUNGSI PADA HARIAN RAKYAT BENGKULU Monika Puspita Sari; Bambang Djunaidi; Supadi Supadi
Jurnal Korpus Vol 4, No 2: AGUSTUS 2020
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v4i2.9482

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis, fungsi dan makna konjungsi intrakalimat Harian Rakyat Bengkulu edisi Februari 2019.Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung konjungsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik  analisis data yang digunakan yaitu teknik delesi, dan teknik substitusi. Hasil penelitian ini ditemukan konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif dan konjungsi korelatif. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, konjungsi  koordinatif yaitu konjungsi dan, serta, atau, namun, lalu, sedangkan, kemudian, yaitu, dan  adalah. Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi sejak, hingga, setelah, selama, sampai, jika, kalau, sehingga, karena, sebab, sebagai, dengan, bahwa. Konjungsi korelatif  yaitu konjungsi dan...serta, dan...atau, atau...serta, dan...namun, dan...kemudian, atau...adalah, dan...sejak, hingga...dan, karena...kemudian, dan...dengan. Fungsi konjungsi yaitu (1) menghubungkan kalimat luas yang setara, (2) menghubungkan kalimat luas yang tidak setara dan, (3) menghubungkan klausa dengan klausa. Makna konjungsi dalam penelitian ini yaitu (1) makna penjumlahan, (2) makna pemilihan, (3) makna pertentangkan, (4) makna  pengurutan, (5) makna penyamaan, (6) makna waktu, (7) makna  persyaratan, (8) makna hasil, (9) makna sebab, (10) makna perbandingan, (11) makna alat, dan (12) makna isi. Berdasarkan  hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konjungsi intrakalimat yakni konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif dan konjungsi korelatif pada kolom utama Harian Rakyat Bengkulu edisi Februari 2019.
ANALISIS RETORIKA KHOTBAH JUMAT DI MASJID NUR-ILAHI KELURAHAN GUNUNG ALAM KECAMATAN ARGA MAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA Fifi Alfionita Anggraini; Ngudining Rahayu; Bambang Djunaidi
Jurnal Korpus Vol 4, No 3: DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v4i3.13101

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan teknik persuasi dan ciri penanda lingual dalam retorika khotbah Jumat di Masjid Nur-Ilahi Kelurahan Gunung Alam Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data penelitian ini berasal dari tuturan khatib yang mengandung teknik persuasi dan ciri penanda lingual yang terdapat dalam teknik persuasi tersebut. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik rekaman. Teknik analisis data yang dilakukan adalah menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa pada bagian pendahuluan, isi, dan penutup khotbah ditemukan 5 teknik persuasi yaitu teknik persuasi secara langsung; teknik persuasi secara tidak langsung; teknik persuasi dengan menggunakan acuan/referensi; teknik persuasi dengan menggunakan analogi; dan teknik persuasi menggunakan harapan dan doa. Ciri penanda lingual dalam teknik persuasi tersebut adalah: (1) teknik persuasi secara langsung ditemukan enam variasi yang menjadi ciri penanda lingualnya yaitu menggunakan kata saya berpesan, marilah, kembali khatib mengingatkan, mari, kembali saya mengajak, dan selamatkan diri kita demi Allah selamatkan diri kita lari dari fitnah; (2) teknik persuasi secara tidak langsung ditemukan ciri penanda lingualnya yaitu maksud/ makna dari kutipan khatib (dilihat berdasarkan maksud yang disampaikan dalam tuturan khatib); (3) teknik persuasi dengan menggunakan acuan/referensi ditemukan ciri penanda lingualnya yaitu sebagaimana dalam Al-Quran, cerita hadits Nabi Muhammad, Allah berfirman, menurut Abdullah bin Mubarok (ulama), Nabi Muhammad bersabda, Abu Dzar berkata, Rasulullah bersabda, kata para ulama, dialog Nabi dengan para sahabat, dan dijelaskan dalam hadits; (4) teknik persuasi dengan menggunakan analogi ditemukan ciri penanda lingualnya yaitu analogi balans atau neraca yang dianalogikakan dengan amal perbuatan manusia; (5) teknik persuasi menggunakan harapan dan doa ditemukan ciri penanda lingualnya yaitu mudah-mudahan dan semoga.
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DISKUSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE Diansyah Ramadhan; Ngudining Rahayu; Bambang Djunaidi
Wacana: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra dan Pengajaran Vol 18, No 2 (2020): Wacana, Vol. 18, No. 2, Juli 2020
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jwacana.v18i2.14848

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa berdasarkan maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim kesimpatian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitin ini teknik dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung kesantunan berbahasa yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim kesimpatian dalam acara diskusi ILC di TV One tayang pada tanggal 09 Maret 2019-26 maret 2019. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini, yaitu: (1) mengidentifikasi data, (2) mengklasifikasikan data dan memberi kode data, (3) menginterpretasi data berdasarkan maksim yang telah ditentukan, (4) menyimpulkan hasil analisis. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam diskusi ILC yakni maksim kebijaksanaan (buatlah kerugian penutur sekecil mungkin dan buatlah keuntungan penutur sebesar mungkin), maksim kedermawanan (penutur harus membut keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sebesar mungkin), maksim penghargaan (kecamlah orang lain sedikit mungkin; pujilah orang lain sebanyak mungkin), maksim kesederhanaan (pujilah diri sedikit mungkin; kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin, maksim pemufakatan (peserta tutur dapat saling membina kecocokan di dalam bertutur), maksim kesimpatian (peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati)
MAKNA DARI LIRIK DI DALAM REJUNG KHAS PADANG GUCI (KAJIAN PRAGMATIK) Dwi Syah Putri; Ngudining Rahayu; Bambang Djunaidi
Jurnal Korpus Vol 6 No 1: April 2022
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v6i1.17166

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tindak tutur ilokusi yang ada di dalam lirik rejung khas Padang Guci. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode diskriptif. Objek penelitian ini adalah Daerah Padang Guci tempatnya di Desa Rigangan III dan Tanjung Ganti. Data dalam penelitian ini adalah lirik rejung yang akan diteliti maknanya berdasarkan hasil wawancara, rekam dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, rekaman dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tiga jenis tindak tutur ilokusi (1) Tindak tutur asertif, pada tindak tutur asertif ditemukan bentuk ujaran yang berisikan suatu makna ungkapan pernyataan dan ungkapan mengeluh (berupa keluhan hidup, keluhan percintaan maupun keluhan tentang sebuah kerinduan). (2) Tindak tutur ekspresif, pada tindak tutur ekspresif terdapat bentuk ujaran yang berisikan suatu makna ungkapan kesedihan (kesedihan hidup maupun percintaan dan sebagainya), ungkapan kebahagiaan (kebahagiaan bersama seseorang yang disayang maupun kebahagian bersama seorang sahabat) dan yang terakhir yaitu ungkapan kesukaan (lebih pada hubungan percintaan antara kedua laki-laki dan perempuan). (3) Tindak tutur direktif, pada tindak tutur direktif terdapat bentuk ujaran yang berisikan suatu makna ungkapan permohonan (memohon kepada seseorang yang dicintai maupun bentuk permohonan lainnya) dan ungkapan memberikan saran (memberikan saran kepada seseorang yang dicintai maupun memberikan saran pada seseorang yang ditinggalkan meninggal dunia)