Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

FOSTERING TRAUMA HEALING THERAPY WITH A LITERARY APPROACH TO STUDENTS AFFECTED BY THE LOMBOK EARTHQUAKE Ilham Ilham; Habiburrahman Habiburrahman; Rudi Arrahman; Akhmad H. Mus; Supratman Supratman
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 4, No 3 (2021): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v4i3.5670

Abstract

Abstrak: Bencana alam berupa gempa bumi yang menimpa masyarakat Lombok NTB pada tanggal 29 Juli 2018 dengan kekuatan 6,8 SR kemudian disusul dengan gempa bumi pada tanggal 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7,0 SR. Desa Pohgading merupakan salah satu bagian dari daerah kabupaten Lombok Timur berdekatan dengan desa Batuyang Kecamatan Pringgabaya yang termasuk salah satu desa yang terdampak bencana alam berupa gempa bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan psikososial support di Posko SMA Muhammadiyah Pohgading Kecamatan Pringgabaya pada tanggal 18 Oktober 2018 yang dilakukan oleh Tim Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lombok Timur. Pada kegiatan tersebut, Tim memberikan berbagai macam permainan edukasi serta ada kegiatan membaca buku-buku cerita anak sekaligus pembagian hadiah bagi seluruh anak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Rasa senang dan gembira terpancar dari raut wajah para adik-adik hari itu. Dalam hal ini tim pengabdian UMMAT kembali melakukan pemulihan trauma healing lewat cara-cara yang familiar di mata masyarakat dengan pendekatan sastra. Pendekatan sastra yang diberikan untuk mengungkapkan gejolak jiwa mereka dan mewakili ungkapan hati mereka lewat puisi yang diungkapkan sehingga titik jenuh dari trauma tersebut menjadi hilang. Hal ini sesuai dengan manfaat sastra dalam kehidupan yaitu memperkaya rohani penikmatnya.Abstract: Natural disasters in the form of an earthquake that struck the people of Lombok NTB on July 29, 2018 with a magnitude of 6.8 SR and then followed by an earthquake on August 5, 2018 with a magnitude of 7.0 SR. Pohgading Village is one part of the East Lombok regency area adjacent to Batuyang Village, Pringgabaya District, which is one of the villages affected by natural disasters in the form of earthquakes. This is evidenced by the existence of psychosocial support activities at the Muhammadiyah Pohgading High School Pringgabaya Subdistrict on October 18, 2018 conducted by the East Lombok Regency Library and Archives Service Team. In this activity, the Team provided various educational games and there were activities to read children's story books as well as the distribution of prizes to all children participating in the activity. Joy and joy emanated from the faces of the younger siblings that day. In this case, the UMMAT service team returned to trauma recovery through ways that were familiar to the public with a literary approach. Literary approach to express the turmoil of their souls and represent their heart's expressions through poetry that is expressed so that the saturation point of the trauma disappears. This is in accordance with the benefits of literature in life that is to enrich the spiritual audience.
WUJUD DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN JAMAAH TABLIG DALAM BERDAKWAH habiburrahman Habiburrahman; Rudi Arrahman; Siti Lamusiah
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 1: Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i1.3870

Abstract

Abstrak: Teori tindak tutur dikembangkan dari keyakinan dasar bahwa bahasa digunakan untuk melakukan tindakan. Jadi, faham fundamentalnya berfokus pada bagaimana makna dan tindakan dihubungkan dengan bahasa. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti setiap kegiatan bertutur atau menggunakan tuturan terjadi tindak tutur. Hakikat tindak tutur itu adalah tindakan yang dinyatakan dengan makna atau fungsi (maksud dan tujuan) yang melekat pada tuturan. Tindak tutur merupakan unit terkecil aktivitas bertutur (percakapan atau wacana) yang terjadi dalam interaksi sosial. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi tindak tutur direktif di kalangan jamaah tablig dalam berdakwah; 2) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan strategi kesantunan tindak tutur direktif di kalangan jamaah tablig dalam berdakwah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan fungsi tindak tutur direktif di kalangan Jamaah Tablig dalam berdakwah menjadi 9, yaitu: (1) fungsi tindak tutur direktif untuk menyatakan ajakan, (2) suruhan, (3) peringatan, (4) seruan, (5) imbauan, (6) persilaan, (7) anjuran, (8) harapan, dan (9) larangan.Abstract: Speech act theory is developed from the basic belief that language is used to perform actions. So, its fundamentalism focuses on how meaning and action are related to language. If the speaking activity is considered an action, it means that every speaking activity or using speech occurs a speech act. The essence of said speech act is an action which is expressed by the meaning or function (purpose and objective) attached to the speech. Speech act is the smallest unit of speech activity (conversation or discourse) that occurs in social interactions. The objectives of this study were: 1) to describe and explain the function of directive speech acts among the tablig congregation in preaching; 2) to describe and explain the strategy of directive speech act politeness among the tablig congregation in preaching. In this study, researchers used qualitative research methods. Based on the research results, it can be described that the function of directive speech acts among Jamaah Tablig in preaching into 9, namely: (1) the function of directive speech acts to express invitations, (2) orders, (3) warnings, (4) calls, (5) appeals , (6) morality, (7) suggestions, (8) hopes, and (9) prohibitions.
Konflik Sosial Penanganan Covid-19 dalam Kajian Kesantunan Habiburrahman Habiburrahman; Akhmad H. Mus; Rudi Arrahman; Siti Lamusiah; Supratman Supratman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 2: Juli 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i2.5473

Abstract

Pada hakikatnya, realisasi prinsip kesantunan digunakan untuk menunjukkan citra baik aparatur desa sebagai orang yang santun di tengah masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, aparatur desa mengendalikan percakapan dengan cara mengatur pola tutur, memberikan, mengambil giliran tutur, mengatasi penyimpangan, dan mengatasi kesalahpahaman.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunanaan kesantuanan tindak tutur penyelesaian konflik sosial penanganan covid-19. Penelitian kesantunan ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian sosiopragmatik. Sesuai dengan pandangan tersebut, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Analisis. Hasil peneltian menunjukkan bahwa aparatur desa bajur merealisasikan enam maksim kesantunan untuk menyelesaikan masalah konflik sosial penanganan covid-19. Keenam maksim tersebut yaitu, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan atau kecocokan, dan maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut sangat erat kaitannya dengan jiwa besar seorang pemimpin yang patut diteladani dan dihormati dalam bertutur sehingga permasalahan dalam masyarakat dapat terselesaikan dengan baik dan pemimpin tersebut dikategorikan sebagai seorang yang santun. Selain itu, keenam maksim tersebut cocok untuk diterapkan di tengah masyarakat pedesaan dalam menciptakan keharmonisasian antar warga masyarakat dan tokoh masyarakat.   In essence, the realization of the principle of politeness is used to show a good image of the village apparatus as a polite person in the community. To achieve this goal, village officials control the conversation by regulating speech patterns, giving, taking turns, overcoming deviations, and overcoming misunderstandings. The purpose of this study is to describe the use of politeness speech acts to resolve social conflicts in the handling of COVID-19. This politeness research is one of the studies in sociopragmatic studies. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. The data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. Analysis. The results of the study show that the Bajur village apparatus realizes the six maxims of politeness to solve the problem of social conflict in handling COVID-19. The six maxims are the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of appreciation, the maxim of simplicity, the maxim of agreement or compatibility, and the maxim of sympathy. The six maxims are closely related to the great spirit of a leader who should be imitated and respected in speaking so that problems in society can be resolved properly and the leader is categorized as a polite person. In addition, the six maxims are suitable to be applied in rural communities in creating harmony between community members and community leaders.
Transaksi yang Mengandung Unsur Riba, Maysir, dan Gharar dalam Kajian Tindak Tutur habiburrahman Habiburrahman; Rudi Arahman; Siti Lamusiah; Supratman Supratman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 5, No 2: Juli 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v5i2.2608

Abstract

Abstrak: Hakikat tindak tutur itu adalah tindakan yang dinyatakan dengan makna atau fungsi (maksud dan tujuan) yang melekat pada tuturan. Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam peristiwa tindak tutur yang mengandung unsur riba, maysir dan gharar menjadi obyek penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur yang mengandung unsur riba, maysir, dan gharar dalam syariat Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara simultan, yaitu kegiatan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau menarik simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bentuk tindak tutur yang mengandung unsur riba, maysir, dan gharar dalam syariat Islam menggunakan dua bentuk, yaitu 1) strategi langsung dan strategi tidak langsung. Kedua strategi tindak tutur tersebut melekat pada tujuh bentuk tindak tutur dalam akad transaksi yang mengandung unsur riba, maysir, dan gharar dalam syariat Islam, yaitu 1) akad transaksi yang mengandung unsur riba fadl, 2) akad transaksi yang mengandung riba nasî’ah, 3) akad transaksi yang mengandung maysir dalam bentuk permainan, 4) akad transaksi yang mengandung maysir dalam bentuk taruhan, 5) akad transaksi yang mengandung gharar dalam bentuk jual beli ma’dum, 6) akad transaksi yang mengandung gharar dalam bentuk jual beli barang majhul, 7) akad transaksi yang mengandung gharar dalam bentuk jual beli barang yang tidak dapat diserahterimakan. Katujuh bentuk akad transaksi tersebut mengandung peristiwa tindak tutur sebagai media komunikasi. Dengan demikin, strategi tindak tutur yang digunkan tidak terlepas dari strategi langsung dan strategi tidak langsung. Hal ini disebabkan karena transasksi yang menimbulkan permasalahan riba, maysir, dan gharar tidak terlepas dari aspek bahasa yang digunakan dalam bertransaksi yaitu dalam kajian tindak tutur.Abstract: The fact of the Act is an act expressed by meaning or function (purpose and purpose) inherent to speech. Some of the problems found in the event of a follow-up that contain the element riba, Maysir and Gharar become the object of this research. The purpose of this research is to describe the form of action that contains elements riba, Maysir, and Gharar in Islamic sharia. This research uses qualitative descriptive research methods. The collection of data in this study is as follows: (1) Preparation of data collection, (2) Observation techniques, and (3) interview techniques. Qualitative data analysis In this study consists of three simultaneous flows of activities, i.e. data reduction activities, data presentation, and data verification or attracting sympulsion. The results of the study showed a form of action that contains elements riba, Maysir, and Gharar in Islamic sharia using two forms, namely 1) direct strategy and indirect strategy. Both these follow-up strategies are attached to seven forms of action in transactions that contain elements of Riba, Maysir, and Gharar in Islamic Shari'a, ie 1) transactions Akad containing riba Fadl element, 2) transaction contract containing RIBA Nasî'ah, 3) contract agreement containing Maysir in the form of games, 4) contract transactions containing Maysir in the form of bets, 5) transaction Akad containing Gharar in the form of buying and selling Ma'dum , 6) transaction contract containing Gharar in the form of buying and selling goods Majhul, 7) transaction agreement containing Gharar in the form of buying and selling goods that can not be handed over. The form of the transaction agreement contains a follow-up event as a communication medium. With Demikin, the speech strategy used is not detached from the direct strategy and indirect strategy. This is due to the transasction that raises the problem of Riba, Maysir, and Gharar not regardless of the aspect of the language used in the transaction that is in the study of the follow-up.
KESANTUNAN TINDAK TUTUR INTROGATIF DOSEN DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS: STUDI KASUS DI PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UM MATARAM Habiburrahman Habiburrahman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 3, No 2: Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v3i2.605

Abstract

Dalam komunikasi, kesantunan merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan mitra tutur. Kaitan hubungan bahasa dengan realitas sosial tercermin pula pada proses pembelajaran di kelas dalam menciptakan suasana kampus yang harmonis.  Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur introgatif dosen dalam pembelajaran di kelas, dan 2) untuk mendeskripsikan kesantunan tindak tutur introgatif dosen dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan beberapa bentuk klasifikasi tindak tutur introgatif (pertanyaan). Tindak tutur introgatif yang diungkapkan oleh dosen dibagi menjadi dua, yaitu: 1) bentuk tindak tutur introgatif berdasarkan maksud pengajuannya dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: pertanyaan permintaan, pertanyaan retoris, pertanyaan mengarahkan atau menuntun, dan pertanyaan menggali; dan 2) bentuk tindak tutur introgatif berdasarkan tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu: pertanyaan pengetahuan, pertanyaan pemahaman, pertanyaan aplikatif, pertanyaan analisis, pertanyaan sintesis, dan pertanyaan evaluasi. Sedangkan bentuk kesantunan tindak tutur introgatif dapat dibedakan menjadi strategi kesantunan negatif dan strategi kesantunan positif. Strategi kesantunan negatif ada tiga, yaitu 1) kesantunan dengan menggunakan pagar; 2) kesantunan dengan meminimalkan paksaan; dan 3) kesantunan dengan memberikan penghormatan. Sementara strategi kesantunan positif ada dua, yaitu 1) kesantunan dengan menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (mhite lies), atau pemagaran opini (hedging opinicon); dan 2) kesantunan dengan menunjukkan keoptimisan.
KAJIAN SOSIOPRAGMATIK TENTANG PENGGUNAAN KATEGORI FATIS BAHASA SASAK DALAM KESANTUNAN TINDAK TUTUR MASYARAKAT LOMBOK Habiburrahman Habiburrahman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 3, No 1: Januari 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.649 KB) | DOI: 10.31764/telaah.v3i1.301

Abstract

Kategori fatis yaitu tipe tuturan yang digunakan untuk menciptakan ikatan sosial yang harmonis dengan semata-mata bertukar kata-kata. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk dan fungsi kategori fatis bahasa Sasak; 2) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan nilai dari strategi kesantunan penggunaan bentuk dan fungsi kategori fatis bahasa Sasak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui teknik observasi yang dibantu teknik perekaman menggunakan handycam. Data penelitian terdiri atas dua jenis, yaitu: (1) data tuturan berupa percakapan masyarakat; dan (2) data catatan lapangan berupa interaksi verbal dan situasi tindak tutur. Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) bentuk kategori fatis dalam bahasa Sasak berupa: partikel, kata dan frase. 2) Fungsi kategori fatis dalam bahasa sasak yaitu, untuk memulai percakapan, untuk melakukan gosip, untuk mengalihkan topik, untuk menyatakan empati, untuk mengungkapkan kesantunan, sebagai penegasan, fungsi untuk mengungkapkan ekspresi dan fungsi untuk mengakhiri percakapan. 3) Strategi kesantunan penggunaan bentuk dan fungsi kategori fatis bahasa Sasak, yaitu menggunakan srategi kesantunan negatif dan strategi positif. Beberapa jenis strategi kesantunan tersebut yaitu 1) mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta; 2) menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan praanggapan (presupposition); 3) menhindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju dalam arti persetujuan yang semu; 4) membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada mitratutur; 5) ujaran tindak tutur itu sebagai kesantunan yang bersifat umum; dan 6) menyatakan hubungan secara timbal balik.
Penguatan Pendidikan Karakter Siswa dalam Kesantunan Berbahasa Rudi Arrahman; habiburrahman Habiburrahman; Arsyad Abd Gani; Siti Lamusiah; Halus Mandala
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 1: Januari 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i1.7453

Abstract

Abstrak: Pada hakikatnya, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi),dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Realisasi prinsip kesantunan digunakan untuk membangun budaya santun yang berbasis kelas, budaya sekolah, dan budaya masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, penguatan pendidikan karakter dapat dicapai dengan  cara mengatur pola tutur, memberikan, mengambil giliran tutur, mengatasi penyimpangan, dan mengatasi kesalahpahaman.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunanaan kesantuanan tindak tutur dalam penguatan pendidikan karakter siswa. Penelitian kesantunan ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian pragmatik. Sesuai dengan pandangan tersebut, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Hasil peneltian menunjukkan bahwa penguatan pendidikan karakter pada siswa dapat dilakukan dengan menanamkan enam maksim kesantunan. Keenam maksim tersebut yaitu, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan atau kecocokan, dan maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut dapat direalisasikan di dalam kelas, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, kreatif, mandiri dan percaya diri siswa sesungguhnya dapat tertanam dengan kuat dari keenam maksim tersebut. Abstract: In essence, Strengthening Character Education (PPK) is an educational movement in schools to strengthen the character of students through harmonization of heart (ethics), taste (aesthetics), thought (literacy),and sports (kinesthetic) with the support of public involvement and collaboration between schools, families, and communities. The realization of politeness principles is used to build a polite culture based on class, school culture, and community culture. To achieve this goal, strengthening character education can be achieved by regulating speech patterns, giving, taking speech turns, overcoming deviations, and overcoming misunderstandings. The purpose of this study is to describe the use of politeness of speech acts in strengthening student character education. This politeness research is one of the studies in pragmatic studies. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. The data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. The results of the research show that strengthening character education in students can be done by instilling the six maxims of politeness. The six maxims are the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of appreciation, the maxim of simplicity, the maxim of agreement or compatibility, and the maxim of sympathy. The six maxims can be realized in the classroom, school environment, and community environment. Discipline, honesty, responsibility, creativity, independence and self-confidence of students can actually be strongly embedded in the six maxims.
Strategi Tindak Tutur Komisif dalam Kampanye Politik Pilkada Serentak 2018 Habiburrahman Habiburrahman; H. Arsyad Abd Gani; Irma Setiawan
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 5, No 1: Januari 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.116 KB) | DOI: 10.31764/telaah.v5i1.1683

Abstract

Abstrak: Tindak tutur komisif sangat berperan dalam rangka mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya pada beberapa tindakan yang akan datang seperti menjanjikan, bersumpah, menawarkan, mengancam dan memanjatkan doa. Sementara kampanye diartikan sebagai serangkaian usaha dan tindakan komunikasi yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari sejumlah besar khalayak yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara terorganisir dalam suatu proses pengambilan keputusan dan dilakukan secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara simultan, yaitu kegiatan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau menarik simpulan. Ketiga kegiatan tersebut saling berinteraksi, berawal dari pengumpulan data dan berakhir pada selesainya penulisan laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi penggunaan fungsi tindak tutur komisif dalam kampanye politik Pilkada Serentak 2018 di Desa Bajur ada dua, yaitu 1) strategi langsung, dan 2) strategi tidak langsung. Kedua strategi tersebut terdapat dalam empat penggunaan fungsi tindak tutur, yaitu 1) strategi langsung tindak tutur komisif dengan cara menjanjikan, 2) strategi langsung tindak tutur komisif dengan cara menawarkan, 3) strategi tidak langsung tindak tutur komisif dengan cara  mengancam dan 4) strategi tidak langsung tindak tutur komisif dengan cara memanjatkan doa.Abstract: Commissive speech acts are very important in order to bind the speaker to carry out all the things mentioned in his utterance in a number of future actions such as promising, swearing, offering, threatening and saying prayers. While the campaign is defined as a series of planned efforts and communication actions to get support from a large number of audiences carried out by a person or group of people in an organized manner in a decision making process and carried out continuously in a certain period of time.. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. Data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. Qualitative data analysis in this study consists of three activities that occur simultaneously, namely data reduction, data presentation, and data verification or drawing conclusions. The three activities interact with each other, starting with data collection and ending with the completion of the research report writing. The results showed that the strategy for using the commissive speech act function in the 2018 Simultaneous Local Election political campaign in Bajur Village was twofold, namely 1) direct strategy, and 2) indirect strategy. The two strategies are contained in the four uses of the speech act function, namely 1) the direct strategy of commissive speech act by promising, 2) the direct strategy of commissive speech act by offering, 3) the indirect strategy of commissive speech act by threatening and 4) the strategy of indirect speech direct commissive speech acts by saying prayers.
ANALISIS KATA MAKIAN DALAM DRAMA KOMEDI SASAK OMJ (OOO MENU JARIN) SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Hilpiatun Hilpiatun; Akhmad Akhmad; Habiburrahman Habiburrahman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 4, No 1: Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.491 KB) | DOI: 10.31764/telaah.v4i1.1212

Abstract

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini, yaitu 1) untuk mengetahui bentuk kata makian 2) untuk mengetahui fungsi kata makian 3) untuk mengetahui makna referensi kata makian. Metode penelitian ini, dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif diantaranya teknik simak dan catat, yaitu penelitian menonton film komedi Sasak OMJ ( Ooo Menu Jarin). Hasil dari penelitian menunjukkan 1) bentuk kata makian yang terdapat pada film drama komedi Sasak OMJ (Ooo Menu Jarin) sebanyak 12 kata makian dan terdiri atas dua bentuk bahasa yaitu bentuk kata dasar dan bentuk frase. 2) fungsi kata makian yang terdapat pada film tersebut menurut pandangan Andersson dan Trudgiil ada empat fungsi yaitu a) fungsi “explerive” yang berarti penggunaan makian untuk menyatakan emosi dan tidak ditunjukkan langsung pada orang lain b) fungsi”abusive” yang berarti penggunaan makian yang langsung ditunjukkan pada orang lain c) fungsi “humorous” yang berarti penggunaan makian yang merujuk langsung pada orang lain, tetapi bukan dalam maksud menghina dan yang d) fungsi”auxiliary” yangberarti menggunakan makian yang tidak langsung merujuk pada orang lain, melainkan sekedar cara bicara (lezy speaking), yang sering kali tidak sungguh-sungguh. 3) Makna referensial kata makian yaitu, keadaan, binatang, benda-benda, bagian tubuh dan profesi. Abstract: The purpose of this study, namely 1) to know the form of the word 2) to know the function of the word cuss 3) to know the meaning of the word reference. This method of research, with the technique of data collection using qualitative descriptive method including the reading and note-taking technique, which is the research to watch the comedy movies Sasak OMJ (Ooo Menu Jarin). The results of the study showed 1) the word form found in the comedy-drama Sasak OMJ (Ooo Menu Jarin) as many as 12 words and consists of two forms of basic word and phrase form. 2) The word function that exists in the film according to the views of Andersson and Trudgiil there are four functions of a) function "explerive" which means the use of cuss to declare emotions and not shown directly in others b) function "abusive" Which means the use of the stock is directly shown in others c) function "humorous" which means the use of the laboratory referring directly to others, but not in the intent of insults and the D) function "auxiliary" means using the Cuss That does not directly refer to other people, but rather just a lezy speaking, which is often not earnest. 3) referential meaning of the word cuss i.e., circumstances, animals, objects, body parts and professions.
Wisata Halal Dalam Dimensi Kesantunan Tindak Tutur Habiburrahman Habiburrahman; Nurmiwati Nurmiwati; Akhmad H.Mus
IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) 2018: Proceeding of The 1st International Conference on Halal Tourism, Products, and Services 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.853 KB) | DOI: 10.31764/ijeca.v0i0.1991

Abstract

Wisata halal  yang umum dikenal selama ini adalah wisata syariah atau wisata religi. Pengertiannya tentu tidak selalu berwisata ke lokasi-lokasi religius seperti makam-makam Walisongo seperti yang selama ini banyak dilakukan orang. Jika wisata religi lebih mengedepankan aspek lokasi atau objek dan sejarah tempat wisata, maka wisata halal lebih mengedepankan aspek pelaku atau wisatawannya. Istilah wisata halal tidak hanya soal berkunjung ke lokasi religius, namun juga ke lokasi-lokasi umum dengan tetap menjaga adab sebagai Muslim dan memberikan fasilitas serta kemudahan bagi para wisatawan Muslim. Sesuai uraian tersebut maka aspek kesantunan tindak tutur sebagai salah satu indikator wisata halal dari aspek kemudahan komunikasi. Bagian tidak terpisahkan lainnya dari wisata halal ini adalah para pemandu wisata yang juga harus menyesuaikan diri dengan para wisatawan Muslim. Dalam komunikasi, kesantunan merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara pemandu wisata dan wisatawan. Misalnya dengan menjaga adab berkomuniasi, menggunakan pakaian yang sopan sesuai standar Muslim serta tidak lupa mengingatkan waktu beribadah tepat waktu kepada para wisatawan dengan bahasa yang santun. Bentuk kesantunan tindak tutur ini banyak kita temukan dalam sembilan fungsi tindak tutur saat memberikan layanan sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan tentang penggunaan kesantunan tindak tutur direktif di kalangan Jamaah Tablig dalam berdakwah, yaitu: (1) fungsi tindak tutur untuk menyatakan ajakan, (2) suruhan, (3) peringatan, (4) seruan, (5) imbauan, (6) persilaan, (7) anjuran, (8) harapan, dan (9) larangan. Pemakaian kesantunan tindak tutur dalam memberikan layanan prima terhadap  para wisatawan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Kedua strategi kesantunan tersebut dapat menjadi indikator wisata halal dari aspek kemudahan komunikasi dengan menjaga adab berkomunikasi dan menciptakan situasi yang nyaman dengan lingkungan yang santun dari masyarakat sekitarnya.