Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PELATIHAN KEMANDIRIAN EKONOMI TERHADAP KELUARGA DHUAFA DI DESA CIBARUSAH MELALUI MATA KULIAH KEMUHAMMADIYAHAN Muhammad Dwi Fajri; Amirullah Amirullah; Danin Haqien; Muhammad Aqsal; Nur Cahyo Firdaus
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i1.7294

Abstract

ABSTRAKDalam meningkatkan kemajuan ekonomi di kehidupan masyarakat, tentu perlu adanya sebuah rasa kemandirian yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Keluarga merupakan sebuah ruang lingkup paling kecil yang terdapat di kehidupan masyarakat. Kemiskinan masih menjadi hal yang mengkhawatirkan di tengah masyarakat, terlebih lagi dari keluarga-keluarga dhuafa. Untuk memberdayakan keluarga dhuafa, tentu harus mendorong kemandirian ekonomi agar hasilnya memiliki dampak yang berkepanjangan. Dalam pemberdayaan ini, menggunakan metode Y-PAR yang memungkinkan mahasiswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri dilakukannya dengan cara identifikasi, penelitian, dan mengatasi sebuah problematika sosial melalui kegiatan kolaborasi dengan keluarga dhuafa. Pemberdayaan ini merupakan program dari mata kulia Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, dilakukan di Desa Cibarusah dan pemberdayaan ini dilakukan kepada Keluarga Bapak Deden sebagai mitra untuk memajukan kemandrian ekonomi. Hasil dari pemberdayaan ini berupa meningkatkan usaha warung kecil Keluarga Bapak Deden agar Keluarga Bapak Deden dapat memiliki kemandirian ekonomi. Kata kunci: pemberdayaan keluarga dhuafa; kemandirian ekonomi; kemuhammadiyahan ABSTRACTIn improving economic progress in people's lives, of course, there needs to be a sense of independence that arises from the community itself. Family is the smallest scope in people's lives. Poverty is still a worrying thing in the community, especially from dhuafa families. To empower dhuafa families, of course, must encourage economic independence so that the results have a prolonged impact. In this empowerment, using the Y-PAR method that allows students to be active in building their own knowledge by identifying, researching, and overcoming a social problem through collaborative activities with the dhuafa family. This empowerment is a program from the eyes of kemuhammadiyahan students at muhammadiyah university Prof. Dr. Hamka, conducted in Cibarusah village and this empowerment is done to Mr. Deden's family as a partner to advance economic stagnating. The result of this empowerment is in the form of increasing the small stall business of Mr. Deden's family so that Mr. Deden's family can have economic independence. Keywords: empowerment of dhuafa family; economic independence; kemuhammadiyahan
Pembelajaran Sejarah Abad 21 dalam Menunjang Kompetensi Komunikasi dan Rasa Nasionalisme Siswa Hari Naredi; Danin Haqien; Ahmad Ruslan; Nelsusmena Nelsusmena; Gery Erlangga
BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual Vol 7, No 3 (2022): Volume 7 Nomor 3, Agustus 2022
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.951 KB) | DOI: 10.28926/briliant.v7i3.1065

Abstract

Peran pembelajaran sejarah di sekolah, tentunya mampu menunjang kompetensi abad 21 terhadap siswa dan salah satunya ialah kompetensi komunikasi. Dengan adanya pembelajaran sejarah abad 21, tidak serta merta menghilangkan penanaman nilai nasionalisme terhadap siswa. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan data penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan dari artikel penelitian sebelumnya, serta peneliti menganalisis data berdasarkan teori-teori pembelajaran abad 21.   Hasil dari penelitian ini terdapat dua model pembelajaran sejarah abad 21 untuk menunjang kompetensi komunikasi serta rasa nasionalisme siswa, yaitu model pembelajaran problem-based learning dan project-based learning. Pada kedua model pembelajaran tersebut, akan meningkatkan kompetensi komunikasi karena, siswa akan menjalankan sebuah interaksi sosial untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari siswa tersebut. Rasa nasionalisme siswa juga dapat terbentuk dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut, karena apabila siswa dilatih dalam berpikir historis layaknya seorang sejarawan, maka rasa nasionalisme dapat diresapi apabila siswa tersebut mampu berpikir secara historis.