Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Multipel Sklerosis pada Anak Fredyton Rizminardo; Iskandar Syarief; Rahmi Lestari; Tuti Handayani
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 4
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.927

Abstract

Multipel sklerosis (MS) adalah suatu penyakit neurodegeneratif akibat proses demielinisasi kronik pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh peradangan autoimun. Penyakit ini umumnya mengenai kelompok pasien usia dewasa muda (antara 30 sampai 40 tahun) dengan prevalensi umum di seluruh dunia adalah 30 kasus per 100.000 populasi; dan hanya sekitar 2-5% penyakit ini terjadi pada usia kurang dari 18 tahun. Berbeda halnya dengan yang terjadi pada populasi dewasa, penyakit MS pada populasi anak memiliki sejumlah variasi manifestasi klinis demielinisasi atipikal yang menyebabkan pengenalan dan diagnosis MS pada pasien anak merupakan suatu proses yang rumit. Telah dilaporkan suatu laporan kasus pada seorang anak perempuan berusia 13 tahun 7 bulan dengan keluhan utama kejang yang disertai penurunan kesadaran, dimana kedua manifestasi klinis ini merupakan manifestasi klinis yang jarang ditemukan pada pasien multiple sklerosis. Diagnosis MS pada pasien ditegakkan setelah dilakukannya pemeriksaan MRI kepala. Pasien kemudian diterapi dengan menggunakan steroid intravena dan pada pengamatan selanjutnya ditemukan perbaikan klinis yang nyata.
Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi pada Anak Palsi Serebral M Luthfi Suhaimi; Iskandar Syarif; Eva Chundrayetti; Rahmi Lestari
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 2 (2020): Online June 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i2.1282

Abstract

Pada anak yang menderita palsi serebral kemungkinan akan mengalami peningkatan risiko terjadinya epilepsy. Setiap perubahan pada otak dapat menjadi faktor risiko terjadinya epilepsi dengan berbagai manifestasi klinis. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan terjadinya epilepsi pada anak palsi serebral di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode: Desain peneltian ini adalah cross-sectional study yang dilaksanakan pada Agustus 2018 sampai Desember 2019. Subjek palsi serebral diperoleh secara consecutive sampling, dengan jumlah minimal 60 subjek. Faktor risiko yang diteliti meliputi asfiksia, persalinan vakum ekstraksi, berat badan lahir rendah, prematuritas dan kejang neonatal. Uji statistik menggunakan Chi-square test dan Fisher’s exact test, dengan batas kemaknaan p<0,05. Hasil: Pada 60 pasien palsi serebral, ditemukan 39 pasien (65%) menderita epilepsi dan 21 pasien (35%) tidak menderita epilepsi. Perbandingan jenis kelamin perempuan dan laki-laki 1,2:1. Epilepsi umum merupakan tipe epilepsi yang paling banyak ditemukan (76,9%), pengobatan secara politerapi hampir sama banyak dengan monoterapi. Asfiksia, persalinan vakum ekstraksi, berat badan lahir rendah, prematuritas dan kejang neonatal tidak bermakna sebagai faktor risiko epilepsi pada anak palsi serebral. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara asfiksia, persalinan vakum ekstraksi, berat badan lahir rendah, prematuritas dan kejang neonatal dengan terjadinya epilepsi pada anak palsi serebral.Kata kunci: cerebral palsy, epilepsy, risk factors
Intraventricular Hemorrhage in Children with COVID-19 Confirmed Utari Gustiany G; Rahmi Lestari; Finny Fitry Yani
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 6 No. 6 (2022): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v6i6.526

Abstract

Background. The most common symptom of Coronavirus disease 2019 (COVID-19) caused by SARS-CoV-2 is respiratory symptoms. However, neurological symptoms in adult patients are increasingly being reported. In children, neurological symptoms of COVID-19 are still underreported. This case report was aimed to describe intraventricular hemorrhage in a child with Covid-19 infection. Case presentation. We report a case of a 15-year-old girl with intraventricular bleeding, which is one of the COVID-19 infection symptoms or a possible symptom of a multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C). Laboratory tests on the first day of treatment showed an increase in leukocytes and decreased lymphocytes. On the 6th day of treatment, the patient had worsening symptoms of consciousness and high fever. The results of laboratory examination showed a decrease in kidney function and an increase in D-dimer. Conclusion. Severe clinical manifestations of COVID-19 can be in the form of neurological manifestations, one of which is intraventricular hemorrhage.
Identifikasi virus herpes simpleks pada anak dengan ensefalitis: sebuah studi pendahuluan Rahmi Lestari; Andani Eka Putra
Majalah Kedokteran Andalas Vol 40, No 2 (2017): Published in September 2017
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.18 KB) | DOI: 10.22338/mka.v40.i2.p90-99.2017

Abstract

Ensefalitis Herpes simpleks merupakan salah satu penyebab infeksi virus yang paling berat pada otak manusia. Tanpa terapi yang adekuat mortalitas mencapai 70% dan sebagian besar dari pasien yang bertahan hidup akan menderita sekuele neurologis berat. Data tentang prevalensi dan proporsi Herpes simpleks ensefalitis pada anak di Indonesia belum tersedia. Tujuan: Untuk menentukan proporsi ensefalitis Herpes simpleks pada anak dengan ensefalitis di RSUP M. Djamil Padang. Metode: Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP M. DJamil Padang dari bulan Agustus hingga Desember 2016. Ensefalitis didefinisikan menurut konsensus International Encephalitis Consortium. Variabel yang dicatat meliputi usia, jenis kelamin, manifestasi klinis, dan luaran. Subjek dikatakan menderita ensefalitis Herpes simpleks bila hasil pemeriksaan polymerase chain reaction Herpes simpleks pada cairan serebro spinal memberikan hasil positif. Sebanyak empat belas orang anak memenuhi kriteria inklusi selama periode penelitian. Hasil: Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah demam, kejang, dan penurunan kesadaran. Sebagian besar subjek pulang dengan sekuele. Tidak ada virus Herpes simpleks yang ditemukan pada pemeriksaan PCR terhadap cairan serebrospinal. Kesimpulan: Tidak ada ensefalitis Herpes simpleks yang teridentifikasi pada penelitian ini. Dibutuhkan studi lebih lanjut dengan subjek yang lebih besar dan periode penelitian yang lebih panjang untuk mendapatkan gambaran besarnya masalah ensefalitis Herpes simpleks pada anak di Indonesia.
Intraventricular Hemorrhage in Children with COVID-19 Confirmed Utari Gustiany G; Rahmi Lestari; Finny Fitry Yani
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 6 No. 6 (2022): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v6i6.526

Abstract

Background. The most common symptom of Coronavirus disease 2019 (COVID-19) caused by SARS-CoV-2 is respiratory symptoms. However, neurological symptoms in adult patients are increasingly being reported. In children, neurological symptoms of COVID-19 are still underreported. This case report was aimed to describe intraventricular hemorrhage in a child with Covid-19 infection. Case presentation. We report a case of a 15-year-old girl with intraventricular bleeding, which is one of the COVID-19 infection symptoms or a possible symptom of a multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C). Laboratory tests on the first day of treatment showed an increase in leukocytes and decreased lymphocytes. On the 6th day of treatment, the patient had worsening symptoms of consciousness and high fever. The results of laboratory examination showed a decrease in kidney function and an increase in D-dimer. Conclusion. Severe clinical manifestations of COVID-19 can be in the form of neurological manifestations, one of which is intraventricular hemorrhage.
Otoacoustic emission examination results on down syndrome students Haidar Haikal Fasya; Rahmi Lestari; Al Hafiz; Ade Asyari; Nice Rachmawati Masnadi; Cimi Ilmiawati
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana (ORLI) Vol. 53 No. 1 (2023): VOLUME 53, NO. 1 JANUARY - JUNE 2023
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v53i1.592

Abstract

Background: Down syndrome (DS) is a genetic disorder that occurs due to an excess of genetic material on chromosome 21. Down syndrome was associated with various congenital abnormalities and dysfunction of several organs, one of which was hearing. DS patients often experience sensorineural hearing loss. Evaluation of sensorineural hearing loss in DS patients could be done in several ways, one of which is the Otoacoustic Emission (OAE) examination. Purpose: This study aimed to describe the results of the OAE examination in elementary school children at special need schools in Padang City in 2022. Methods: This research was a descriptive study, using a cross sectional study design. Data were collected and processed using consecutive sampling technique. The research subjects who met the criteria were 31 samples. Results: The results showed that the majority of DS subjects received “refer” results 25/31 on OAE examination, OAE “refer” results occurred both in one ear or both ears. The “refer” results of the OAE were greater in male DS patients 20/24 than female 5/7 and more common in the 18-21 year old age group. Conclusion: Conclusions based on this study, people with DS are more at risk of having sensorineural hearing loss.