Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Hubungan Lama Paparan Sinar Matahari dengan Kadar 8-Hydroxy-2’-Deoxyguanosine Urin pada Remaja Perempuan Rani Aulia Dwi Nanda; Rahmatini Rahmatini; Ilmiawati Ilmiawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1S (2020): Online January 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1S.1161

Abstract

Salah satu bentuk predominan dari lesi oksidatif yang diinduksi oleh radikal bebas adalah 8-hidroksi-deoksiguanosin (8-OHdG). Paparan sinar matahari pada sel, terutama sel kulit dapat menyebabkan reaksi fotooksidasi yang terjadi akibat pelepasan reactive oxygen species (ROS). Lama paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penentu berapa banyak sel kulit yang mengalami stres oksidatif. Tujuan: Menganalisis hubungan lama paparan sinar matahari dengan kadar 8-OHdG urin pada remaja perempuan. Metode: Ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dilakukan pada populasi mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Andalas dengan teknik systematic random sampling (n = 110). Lama paparan sinar matahari diperoleh melalui kuesioner dan kadar 8-OHdG diukur dengan metode ELISA. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil: Rerata usia subjek pada penelitian ini adalah 20,6 ± 1,23 tahun, rerata lama paparan sinar matahari didapatkan sebesar 49,01 ± 36,96 menit. Rerata kadar 8-OHdG pada subjek adalah 40,75 ± 39,62 ng/ml. Analisis bivariat menunjukkan bahwa lama paparan sinar matahari tidak berhubungan dengan kadar 8-OHdG urin (p = 0,396). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara lama paparan sinar matahari dengan kadar 8-OHdG urin pada remaja perempuan.
Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro Nova Suryati; Elizabeth Bahar; Ilmiawati Ilmiawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i3.732

Abstract

Lidah Buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat. Lidah buaya mempunyai berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Adanya efek antibakteri pada lidah buaya karena lidah buaya mengandung senyawa antibakteri seperti  saponin, tannin dan flavonoid. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteri ekstrak lidah buaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Ekstrak etanol lidah buaya dibuat dengan menggunakan lidah buaya segar dalam lima konsentrasi (6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%) yang diuji daya hambatnya. Penelitian ini menggunakan bakteri Escherichia coli yang dibiakkan dalam tiga agar dan diuji menggunakan metode difusi. Didapatkan bahwa tidak terdapatnya daerah bening disekitar cakram yang telah mengandung ekstrak lidah buaya pada semua konsentrasi. Simpulan penelitian ini adalah ekstrak aloe vera tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli.
Koreksi: Hubungan Lama Paparan Sinar Matahari dengan Kadar 8-Hydroxy-2’-Deoxyguanosine Urin pada Remaja Perempuan Rani Aulia Dwi Nanda; Rahmatini Rahmatini; Cimi Ilmiawati; Mohamad Reza
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1 (2020): Online March 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1.1852

Abstract

Salah satu bentuk predominan dari lesi oksidatif yang diinduksi oleh radikal bebas adalah 8-hidroksi-deoksiguanosin (8-OHdG). Paparan sinar matahari pada sel, terutama sel kulit dapat menyebabkan reaksi fotooksidasi yang terjadi akibat pelepasan reactive oxygen species (ROS). Lama paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penentu berapa banyak sel kulit yang mengalami stres oksidatif. Tujuan: Menganalisis hubungan lama paparan sinar matahari dengan kadar 8-OHdG urin pada remaja perempuan. Metode:  Ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dilakukan pada populasi mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Andalas dengan teknik systematic random sampling (n = 110). Lama paparan sinar matahari diperoleh melalui kuesioner dan kadar 8-OHdG diukur dengan metode ELISA. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil: Rerata usia subjek pada penelitian ini adalah 20,6 ± 1,23 tahun, rerata lama paparan sinar matahari didapatkan sebesar 49,01 ± 36,96 menit. Rerata kadar 8-OHdG pada subjek adalah 40,75 ± 39,62 ng/ml. Analisis bivariat menunjukkan bahwa lama paparan sinar matahari tidak berhubungan dengan kadar 8-OHdG urin (p = 0,396). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara lama paparan sinar matahari dengan kadar 8-OHdG urin pada remaja perempuan.Kata kunci: 8-OHdG urin, lama paparan sinar matahari, stres oksidatif
Pengaruh Pemberian Sakarin terhadap Aktivitas Alanine Aminotransferase Serum Mencit Diabetes Melitus yang Diinduksi Aloksan Mhicya Utami R; Cimi Ilmiawati; Elmatris Sy
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i1.785

Abstract

Sakarin dijadikan pemanis alternatif pada penderita Diabetes melitus (DM) karena tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Keamanan sakarin mulai diperdebatkan berdasarkan temuan bahwa sakarin mengakibatkan kerusakan hepar yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas alanine aminotransferase (ALT) serum. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian sakarin terhadap aktivitas ALT serum mencit diabetes melitus yang diinduksi aloksan. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan post-test only control group sejak bulan Agustus sampai Oktober 2015 di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Penelitian dilakukan terhadap 20 mencit (Mus musculus) putih jantan diabetes melitus yang diinduksi aloksan yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok kontrol diberi akuades dan kelompok perlakuan diberi sakarin dengan dosis masing masing 22,75; 45,5; dan 91 mg/kgBB secara oral selama 28 hari. Nilai aktivitas ALT diukur pada akhir penelitian dengan menggunakan alat chemistry analyzer dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai aktivitas ALT pada semua kelompok percobaan dibandingkan dengan nilai normal ALT. Analisis statistik mendapatkan aktivitas ALT yang tidak berbeda bermakna antara kelompok percobaan (p = 0,264). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian sakarin selama 28 hari tidak memberikan efek yang bermakna pada peningkatan ALT serum mencit diabetes melitus yang diinduksi aloksan.
Perbandingan Daya Hambat Larutan Antiseptik Povidone iodine dengan Ekstrak Daun Sirih terhadap Candida albicans secara In Vitro Septriana Putri; Aziz Djamal; Rahmatini Rahmatini; Cimi Ilmiawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.393

Abstract

Abstrak Candida albicansb (C. albicans) adalah salah satu mikroorganisme penyebab masalah kesehatan reproduksi wanita, yaitu keputihan (fluor albus). Penggunaan larutan povidone iodine dan bahan alam seperti ekstrak daun sirih menjadi pilihan masyarakat sebagai pembersih alat kewanitaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkandaya hambat larutan antiseptik povidone iodine dan ekstrak daun sirih terhadap jamur C. albicans secara in vitro. Penelitian dilakukan terhadap lima isolat jamur C. albicans dengan larutan kontrol akuades.Perlakuan terdiri dari povidone iodine, ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa povidone iodine memiliki daya hambat terhadap C. albicans. Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5% dan 10% tidak memiliki daya hambat terhadap C. albicans, namun ekstrak daun sirih konsentrasi 20% memiliki daya hambat terhadap C. albicans. Analisis statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post-hoc menunjukkan perbedaan bermakna antara daya hambat larutan povidone iodine dan ekstrak daun sirih 20% terhadap kontrol(p < 0.05).Larutan povidone iodine memiliki daya hambat dua kali lebih besar terhadap pertumbuhan C. albicans dibandingkan ekstrak daun sirih 20%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larutan povidone iodine dan ekstrak daun sirih 20% dapat menghambat pertumbuhan jamur C. albicans secara in vitro. Kata kunci: povidone iodine, ekstrak daun sirih, Candida albicansAbstract Candida albicans (C. albicans) is one of the frequent causes of  reproductive health problems in women, namely vaginal discharge (fluor albus). The antiseptic solution, povidone iodine, is still an option to overcome vaginal discharge. The use of natural materials such as betel (Piper betle L.) leaves extract also become a popular choice as adouche for women. The objective of this study was to compare the inhibitory activity of povidone iodine solution and betel leaf extract against the growth of C. albicans in vitro. We used five different isolates of C. albicans with distilled water as control. Each isolate was treated with povidone iodine solution, betel leaf extract at concentration of 5%, 10%,and 20%. The results showed that povidone iodine had inhibitory effect on C. albicans. Betel leaf extract at concentration of 5% and 10% did not have inhibitory effectwhile betel leaf extract at concentration of 20% hadinhibitory effect on C. albicans. Analysis by ANOVA followed by Post-hoc tests showed a significant difference in inhibitory activity of povidone iodine and betel leaf extract at 20% concentration compared to control (p < 0,05). Povidone iodine solution showed twice as much as inhibitory effect on C. albicans compared to betel leaf extract (20% concentration). It is concluded that povidone iodine solution and betel leaf extract at 20% concentration can inhibit the growth of C. albicans in vitro.Keywords: povidone iodine, betel leaf extract, Candida albicans
Hubungan Kadar 25-Hidroksivitamin D Serum dengan Latensi Tidur pada Perempuan Remaja Akhir Elwitri Silvia; Elliza Nasrul; Cimi Ilmiawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 1 (2019): Online Maret 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i1.980

Abstract

Tinjauan sistematis dan metanalisis melaporkan bahwa defisiensi vitamin D berhubungan dengan gangguan tidur yang lebih tinggi. Reseptor vitamin D terdapat pada area batang otak yang dikenal sebagai pacemaker cells yang berperan dalam tahap pertama tidur (latensi tidur). Studi epidemiologi menyatakan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami kualitas tidur buruk dibandingkan laki-laki. Kondisi kesehatan generasi mendatang bergantung pada keadaan kesehatan perempuan mulai dari masa pranikah. Berdasarkan data statistik menunjukkan perkawinan sering terjadi pada usia 19-24 tahun yang tergolong pada kelompok usia remaja akhir. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan kadar 25-Hidroksivitamin D (25(OH)D) serum dengan latensi tidur pada perempuan remaja akhir. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sepertiga (32,6%) subjek penelitian memasuki fase tidur lebih dari 15 menit. Lebih dari separuh (65%) pernah mengalami sulit tidur yaitu tidak memasuki fase tidur dalam waktu 30 menit sebanyak kurang dari 1 kali sampai dengan 3 kali dalam seminggu. Lebih dari separuh (60%) subjek penelitian mengalami defisiensi vitamin D (<11 ng/ml). Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar 25(OH)D serum dengan latensi tidur (p<0,001; r=-0,437) pada perempuan remaja akhir. Simpulan studi ini ialah semakin rendah kadar vitamin D maka akan semakin buruk latensi tidur individu tersebut.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Melinjo (Gnetum gnemon) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Pada Tikus Galur Wistar (Rattus norvegicus) Model Hiperkolesterolemia Dita Viviant Sagith; Cimi Ilmiawati; Yusticia Katar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 4 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i4.906

Abstract

Melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tumbuhan asli Indonesia yang mudah diperoleh dan ekstrak biji melinjo mengandung berbagai macam stilbenoid yang tergolong senyawa resveratrol beserta turunannya. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa resveratrol dapat menurunkan kadar kolesterol LDL serum melalui penghambatan HMG-KoA reduktase. Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh pemberian ekstrak biji melinjo terhadap penurunan kadar kolesterol LDL pada tikus yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pre-post test control group design yang terdiri dari lima kelompok (n=5). Diet tinggi lemak diberikan berupa pakan otak sapi selama 29 hari (2 ml/hari). Kelompok perlakuan diberi ekstrak biji melinjo dosis 250, 500, dan 2000 mg/kgbb/hari. Ekstrak biji melinjo mulai diberikan hari ke-16 sampai hari ke-29. Kadar kolesterol LDL serum diperiksa dengan spektrofotometer. Data dianalisis dengan paired sample t-test dan One-Way ANOVA. Hasil paired sample t-test menunjukkan terdapat penurunan bermakna kadar kolesterol LDL serum setelah pemberian ekstrak biji melinjo pada kelompok yang mendapat dosis 2000 mg/kgbb/hari (p=0,003), sedangkan pada dosis lain tidak terdapat penurunan LDL serum yang bermakna. Uji One-Way ANOVA antar kelompok perlakuan menunjukkan tidak terdapat perbedaan kadar kolesterol LDL serum yang bermakna (p=0,531). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji melinjo dapat menurunkan kadar kolesterol LDL serum pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak pada dosis 2000 mg/kgbb/hari.
Gestational Monosodium Glutamate Exposure Effects on Anogenital Distance of Male Rat Pups Amelya Permata Sari; Cimi Ilmiawati; Mohamad Reza
Majalah Kedokteran Bandung Vol 53, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v53n2.2302

Abstract

High-dose Monosodium Glutamate (MSG) expo sure increases the estrogen level in pregnant rats. However, there are limited data available on whether the MSG-related maternal hormonal effects can affect male litters' genitalia phenotype. This study aimed to analyze the impact of MSG on estrogen level in pregnant rats and anogenital distance in male pups. Experiment for this study was performed at the animal facility of Biomedical Laboratory at the Faculty of Medicine, Universitas Andalas, from April 2019 to February 2020. Pregnant Wistar rats were given MSG orally at 2 and 4 mg/g body weight (BW) for 20 days. On day 21, pregnant rats were sacrificed and blood was drawn intracardially. Estradiol serum level was measured by ELISA. Male pups were counted, and the anogenital distance (AGD) was measured. Maternal serum estradiol levels were statistically analyzed by One-Way ANOVA and the AGD of male litters were analyzed by the Kruskal-Wallis test. Results showed that perinatal MSG exposure increased the estradiol level (26.3±4.5 pg/ml; 37.5±6.7 pg/ml; 62.1±8.2 pg/ml in control, 2 mg/g BW, and 4 mg/g BW group, respectively [mean±SD; p=<0.001]) and decreased the AGD (4 mm; 3 mm; 1.5 mm in control, 2 mg/g BW, and 4 mg/gBW group, respectively [median; p=<0.01]) in a dose-dependent manner. Thus, MSG exposure during pregnancy is a risk factor for male rat feminization. 
Edukasi Pencegahan Penyakit Paru Akibat Paparan Debu Silika pada Pengrajin Batu Akik di Kota Padang Cimi Ilmiawati; Mohamad Reza; Russilawati Russilawati
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.667 KB) | DOI: 10.25077/logista.1.1.1-10.2017

Abstract

ABSTRAK: Meningkatnya minat masyarakat terhadap batu akik sebagai perhiasan dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia mendorong meningkatnya jumlah pengrajin batu akik. Pengrajin batu akik terpapar pada partikel batu yang utamanya terdiri atas silika. Tanpa proteksi diri yang sesuai, pengrajin berisiko mengalami penyakit akibat debu silika. Untuk melindungi pengrajin, diperlukan suatu program edukasi kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan kami adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai penyakit akibat debu silika dan upaya pencegahannya pada komunitas pengrajin batu akik di Kota Padang. Sebanyak dua puluh pengrajin diundang dan dinilai pengetahuan, sikap, dan perilakunya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja menggunakan kuesioner. Bahan edukasi disampaikan dalam bahasa setempat, diikuti dengan diskusi. Pada tiap peserta juga dibagikan booklet edukasi dan masker standar. Analisis kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar peserta memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pendapatan bervariasi, perokok, bekerja setiap hari, dan memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah program ini berhasil memodifikasi perilaku kerja pengrajin akik.Kata kunci: akik, edukasi, Indonesia, pengrajin, silika ABSTRACT: The increased public interest in the last few years towards agate as accessories in Indonesia has turned more people to grind agate as an alternative occupation. Grinders are exposed to hazardous agate particles mostly consist of silica. Without proper occupational protection, grinders are at risk of developing silica dust-associated diseases. To protect grinders, an occupational health and safety education program is needed. Our aim was to disseminate information on silica dust-associated diseases and necessary preventive measures to a community of agate grinders in Padang. Twenty participants were invited. We assessed their prior knowledge, attitude, and behavior on occupational health and safety by using a 24-items questionnaire. Educational material was presented in local language, followed by a discussion. A printed-guide on silica dust-associated diseases and a standard mask was distributed to each participant. Analysis of questionnaire responses showed that most participants were of low educational level, had variable income, were smokers, worked all weekdays, and had limited knowledge on relevant occupational health and safety practice. Further evaluation is required to assess whether this program successfully modifies the occupational behavior of the agate grinders.Keywords: agate, education, grinder, Indonesia, silica
Edukasi Pemakaian Plastik sebagai Kemasan Makanan dan Minuman Serta Risikonya terhadap Kesehatan pada Komunitas di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang Cimi Ilmiawati; Mohamad Reza; Rahmatini Rahmatini; Erlina Rustam
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.131 KB) | DOI: 10.25077/logista.1.1.20-28.2017

Abstract

ABSTRAK: Paparan terhadap zat tambahan pada plastik (plasticizers) berdampak luas terhadap kesehatan, khususnya pada janin dan anak. Plastik digunakan secara luas sebagai kemasan makanan dan minuman. Mengetahui bagaimana memilih dan menggunakan jenis plastik yang tepat yang akan berkontak dengan makanan penting untuk menghindari risiko paparan bahan kimia berbahaya pada plastik. Program pengabdian ini bertujuan untuk melakukan diseminasi temuan ilmiah terkini mengenai dampak plasticizers terhadap kesehatan melalui program edukasi masyarakat yang ditargetkan pada pemuka masyarakat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang. Edukasi disampaikan dalam bahasa lokal dan diikuti dengan diskusi bebas dengan peserta. Dampak program dinilai menggunakan kuesioner pra- dan pasca-intervensi. Analisis respon pra-intervensi menunjukkan bahwa sebagian besar peserta tidak mengetahui cara menggunakan plastik yang benar sebagai kemasan makanan dan minuman dan tidak mengetahui klasifikasi plastik. Namun, sebagian besar setuju bahwa penggunaan plastik harus dibatasi dalam pemrosesan makanan dan usia anak rentan terhadap bahaya plasticizers. Analisis pasca-intervensi menunjukkan terjadinya perubahan respon peserta. Disimpulkan bahwa program edukasi ini secara efektif memodifikasi sikap dan pengetahuan peserta mengenai risiko penggunaan plastik dalam pemrosesan dan kemasan produk makanan dan minuman.Kata Kunci: edukasi, kesehatan, makanan, minuman, plastik ABSTRACT: Environmental exposure to plasticizers has a wide health impact, particularly to the fetus and children. Plastics are widely used as food wrapping and beverage container. Knowing how to choose and to use the right kind of plastics for contact with foods and drinks is important to safeguard against the health-risks imposed by chemicals in plastics. Our objective was to disseminate scientific findings on the health impact of plasticizers through a community education program targeting key persons in the District of Bungus Teluk Kabung, Padang. Educational material was presented in local language, followed by a free-flow discussion with participants. We assessed the impact of the program by using pre- and post-intervention questionnaire. Analysis of pre-intervention responses showed that most participants did not know how to correctly use plastics as foods and drinks container and had no knowledge on the classification of plastics. However, most agreed that the use of plastics for food processing should be limited and that children are susceptible to the harmful effects of plasticizers. Post-intervention analysis showed a shift in participants’ responses. In conclusion, our program effectively modifies participants’ knowledge on the health risk imposed by using plastics in processing and keeping consumable products.Keywords: education, health, food, drink, plastics